10.Confusing Circumstances

1.2K 175 20
                                    

Akan ada banyak hal yang belum terpecahkan dipart ini. So, baca dan resapi dengan baik oke?

Happy reading and sorry for typo!

(Disarankan play mulmed)












Langkahnya begitu tergesa-gesa. Menciptakan jejak pada jalanan setapak di tengah hutan. Terdengar pekikan lantang dari arah belakang. Menambah rasa takut serta cemas yang ia rasakan.

Malam dengan hujan turun begitu lebat. Jubah khas kerajaan miliknya tak luput terkena air. Serta kotak yang ia genggam ikut basah karenanya.

Ia berusaha kabur dari kawanan makhluk aneh itu. Sudah bertahun-tahun terkurung dengan kondisi yang memilukan. Tak ada makanan yang layak untuk dimakan. Sedangkan ia dipaksa untuk bekerja melayani para pemberontak.

Ia terus berharap untuk bertemu seseorang disini. Membawanya pergi dari hutan mengerikan ini. Atau setidaknya membawa pergi kotak yang setia ia genggam saat ini.

Dari arah depan terlihat cahaya seperti kobaran api yang samar. Sungguh, ia berharap jika itu adalah seseorang yang bisa membantunya lolos. Namun sayang, kobaran itu ternyata berasal dari makhluk yang mengincarnya.

Satu-satunya jalan adalah membuang kotak tersebut. Membiarkan ia tertangkap oleh para pemberontak. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia hanya bisa berharap ada orang yang menemukan kotak itu dan mengantarnya kepada orang yang ia tuju.

"Aku harap, kau bisa menemukan kotak itu. Kakak."

_____________
_____________

"Apa kekasihmu itu punya liontin merah?"

"Hah?" Jaerim memasang ekspresi bingungnya. "Aku tidak tahu. Kenapa kau menanyakan itu? Darimana kau tahu jika ia punya liontin merah?"

Eunha sama bingungnya dengan gadis itu. Pertanyaan tersebut tiba-tiba saja terlontar dari mulutnya. Seperti pertanyaan itu bukanlah kehendak dari dirinya sendiri.

"Aku juga tidak tahu." Eunha menatap Jaerim dengan raut wajah cemas. "Ini bukan seperti diriku."

Jaerim terdiam sesaat lalu mendengus, "candaanmu tidak lucu, Ha-ya. Sungguh."

Aku tidak bercanda, batin Eunha. Namun ia tidak berniat mengutarakannya. Biarkan ini menjadi teka-teki untuk dirinya. Karena saat ini Jaerim bukan dirinya sendiri.

Mengerti kan maksudku?

Eunha tertawa renyah lalu memukul bahu Jaerim. Sepertinya ia harus membatalkan niat untuk membicarakan hal yang sebenarnya pada Jaerim.

"Hanya itu yang ingin kau bicarakan? Kau mengganggu waktu bersantaiku karena itu? Astaga."

Ia hanya membalas dengan senyuman tipis. Rasanya tetap asing karena Jaerim menyukai seseorang dengan normal. Ia terbiasa dengan Jaerim yang dulu.

Manakala rasa asing ia rasakan, perasaan cemas juga mendatanginya. Entahlah, ia rasa akan banyak hal yang akan terjadi jika ia keluar dari istana iblis itu.

Dan seakan ada isyarat yang mengatakan bahaya akan mendatanginya sebentar lagi. Berharap jika ia harus bersiap entah untuk apa.

















"Jae, aku pergi dulu. Sampai jumpa di kampus." Lambaian ia berikan pada Jaerim. Setelahnya gadis itu memutuskan tak pergi kemanapun dan langsung pulang ke rumah.

Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang