19.A Cake with Apple

1K 171 35
                                    

Happy reading and sorry for typo!

__________

Apa dirimu berada dalam dunia yang kamu ciptakan sendiri?

.
.
.
.

Semuanya berjalan seperti biasanya. Benar-benar kembali seperti semula. Seakan tidak ada kejadian yang pernah mengusik hidupnya.

Pagi ini ia tengah menuju rumah Jaerim. Mereka akan pergi kuliah bersama hari ini. Dan berlanjut untuk mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah sahabatnya itu.

Akhir-akhir ini Eunha lebih sering mengunjungi rumah Jaerim. Terkadang memilih untuk menginap di sana. Rumahnya jadi terkesan tak ditinggali karena Ibunya pun jarang ada di rumah.

"Akh!"

Eunha hampir menjatuhkan seluruh buku yang dipegangnya. Matanya menangkap seseorang dengan jubah panjang lusuh yang baru saja ia tabrak.

Sambil membungkukkan badan berkali-kali gadis itu berucap, "ah, maaf. Aku tidak sengaja," lalu berlalu pergi setelahnya.

Di lain sisi, tudung jubah itu terangkat. Menampilkan wajah perempuan dengan luka dimana-mana memandang sendu kepergian sang Kakak.

Bersamaan dengan air matanya yang menetes, ia bergumam pelan,

"Tunggu sebentar lagi Kakak. Aku akan menemuimu."

















"Hei, kau baru bangun tidur?"

Jaerim bergumam asal sambil mengangguk. Ia mempersilahkan Eunha masuk dengan membiarkan pintu rumahnya terbuka. Sedang netranya masih menutup enggan untuk terbuka.

Ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Dari jauh ia melihat Eunha yang masih berdiri di samping sofa. "Kelas kita akan dimulai 3 jam lagi. Kenapa kau datang sepagi ini?"

"Hm, entahlah. Aku malas berada di rumah terus. Suasana rumahmu juga lebih baik dari rumahku."

"Benarkah?" Jaerim mengambil sikat giginya lalu mengolesinya dengan pasta gigi. "Padahal dulu kau bilang rumahku seperti ada penghuninya."

"Kapan aku bilang begitu?"

Ah, iya. Jaerim menghentikan pergerakan tangannya yang hampir memasukkan sikat gigi ke mulutnya. Ia  menyadari jika keadaan mungkin sudah berbeda sekarang.

"Tidak, hanya bercanda."

Eunha mengangguk dan mengambil posisi duduk di sofa. Tangannya meraih remot yang terselip diantara bantalan sofa. Matanya sibuk melihat tayangan di televisi hingga Jaerim selesai dengan aktivitasnya.

"Jae," panggil Eunha lirih. Jaerim mendekat lalu duduk di samping gadis itu. "Aku tidak bisa menghubungi Vernon sejak kemarin. Dia kemana ya?"

Andai kau tahu apa yang sebenarnya terjadi, Eun.

"Dia pindah ke luar negeri."

Eunha melotot tak terima, "sejak kapan? Mengapa tidak mengabari ku?"

"Dia tidak ingin kau merengek melarangnya pergi. Rengekan mu benar-benar menjengkelkan."

Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang