Teka-Teki Penolakan Ruqayah

685 43 2
                                    


Pov Yusuf Husein Akbar

🌹🌹🌹

*Rasa ini dulunya datang dari-Nya
Biarlah Dia juga yang menghapus-Nya nanti
Jika kelak kami tak berjodoh maka Allah sendirilah yang akan membuat jalan lain untuk cinta kami.
Karena putaran cinta kami masih berada pada ridha-Nya.

🍂🍂🍂

Gadis gila itu langsung menyetujui permintaanku tanpa syarat. Setelah aku memberi tahu permintaanku itu lewat surat. Ya, sebenarnya aku sudah tahu jika ia bakalan setuju tanpa harus babibu dulu.

Aku mulai memahami pola pikir gadis gila itu. Walaupun belum seminggu aku mengenalnya. Gadis itu tak dapat diajak kompromi secara langsung melainkan dengan bersikap cantik dengan tak langsung.

Namun, aku ini makhluk tsundere-jutek dan tak peduli dengan orang lain. Mana bisa bersikap cantik dengan orang lain.

Memang baru gadis gila itu yang bisa membuatku berusaha untuk bersikap cantik. Walaupun tak ketara langsung olehnya.

"Kamu jangan bikin ulah di sini. Aku mau menemui seseorang dulu," ucapku saat kami tiba di pesantren Ruqayah.

Tumben gadis gila itu tak banyak tanya. Ia hanya menjawab perkataanku dengan sedikit anggukan. Mungkin saja hari ini otaknya masih bener belum konslet kaya biasanya.

Sepanjang perjalanan juga tadu dia lebih fokus dengan Al-qurannya. Ia terus saja menghitung jumlah alif yang di dalamnya. Lalu selepas itu ia mengumpatku dengan kesal.

Namun, umpatannya itu terdengar sangat pelan. Kalau telinganya gak tajam tidak bakalan mendengar keluh kesalnya. Tingkahnya itulah yang menghiburku sepanjang perjalanan. Aku pun hanya bisa terdiam tidak ingin menggangu mood-nya. Dan tertawa dalam hati dengan memasang wajah datar.

Nadya terlihat sangat senang saat melihat ayunan kayu. Dasar bocah! Lihat begituan saja jiwa kekanak-kanaknya sudah mulai memberontak. Gemas aku lihat tingkah lakunya. Tadi mulai anggun, tetapi sekarang sikap bocahnya mulai muncul lagi.

Ayunan ini dulu kubuat khusus untuk Ruqayah. Tak ada yang berubah dari ayunan itu selama empat tahun terakhir ini. Hanya saja anggrek dan lumutnya semakin tumbuh subur dan terawat.

Apakah jawabanmu masih sama, Ruqayah? Seperti empat tahun yang lalu. Aku harap ini yang terakhir kau menolak ajakan ta'arufku.

Sebelum aku benar-benar memasuki pondoknya. Ruqayah sudah terlebih dulu menyambutku. Ia selalu bisa mengetahui kedatanganku hanya melalu langkahku saja.

Ruqayah memang sudah hafal dengan seluk-beluk tentangku. Dari hal sederhana hingga hal rumit saja tentang dia tahu. Kami berteman sejak kecil hingga benih-benih cinta itu tumbuh seiringnya waktu.

Tidak ada yang bisa memahamiku sebaik Ruqayah dan tidak ada yang bisa memahami Ruqayah sebaik diriku. Inilah yang membuat ikatan hubungan kami dekat sedekat jantung dan hati.

Namun, wajahnya kali ini terlihat lesu dan pucat. Apakah ia sedang sakit? Aku bisa melihatnya dari raut wajahnya yang tak biasa.

"Ternyata anta sudah kembali dari Turki, Gus. Maaf ana tidak bisa menyambutmu di bandara ...." Ucapannya terpotong karena cairan hangat itu keluar dari hidungnya. Membasahi cadarnya dengan perlahan.

"Apa kamu sedang sakit Ruqayah? Katakan padaku sekarang, Qaya,"desakku dengan wajah kepanikan.

"Gak kok Gus, alergi dinginku hanya sedang kumat saja. Akhir-akhir cuaca sedang tak menentu dan badanku tak bisa beradaptasi," jawabnya sembari membalikkan badan untuk membersihkan berkas mimisannya itu.

Lalu ia segera kembali ke kamarnya dengan berlari. Saat ia kembali untuk menemuiku lagi. Semua pakaiannya sudah berbeda. Sebenarnya apa yang sedang disembunyikan Ruqayah? Aku tahu dia telah berbohong padaku.

Pesantren Untuk Gadis IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang