Ayo Cepat Masuk Mobil!

788 47 1
                                    


Pov Yusuf Husein Akbar

Luar biasa!

Ini orang sebenarnya seorang gadis apa masih bocah sih? Tingkahnya masih seperti anak berusia lima tahun. Loncat sana lari sini. Terus teriak-teriak seperti Tarzan. Enggak ada capeknya sama sekali.

Tetapi, gadis gila itu adalah jenis gadis yang unik dan langka. Bagaimana tidak unik dan langka. Ia gadis yang sama sekali tidak mempunyai rasa takut. Terhadap sesuatu yang biasanya sangat ditakuti oleh sebagian orang.

Mungkin jika gadis lain yang melihat jin itu. Pasti sudah lari terbirit-birit mungkin juga sampai terkencing-kencing di celana. Aku pikir tidak hanya seorang gadis saja, tetapi juga lelaki pun bisa ketakutan. Dengan penampakan jin itu yang menyeramkan. 

Namanya sih memang sederhana dan simpel. Nadya Asmara. Eh ssst ...   jangan salah dulu sama orang, orangnya luar biasa.  Paket lengkap dari seorang gadis yang aneh. Konyol,  kekanak-kanakan, dan sedikit lucu.  Gadis antik!

Ini kalau aku masih melayaninya seperti ini. Aku mau sampai pesantren jam berapa. Ini saja Umi dari tadi sudah menghubungiku terus. Tapi, kalau aku tinggal gadis gila itu pasti akan semakin nekad lagi. Dan aku tidak akan membiarkanya pergi sebelum diri ini  mengenalnya lebih jauh. 

Astagfirullah ....

Aku sepertinya mulai lagi. 'Ingat dosa Yusuf dan ingat yang di sana.'

Seseorang yang selalu membuat hati ini terluka akan jawabannya. Haruskah masih kupertanyakannya lagi? Jujur saja aku masih bingung dengan jalan pemikiran Ruqayah.

Sudah jelas jika hatiku dan hatinya telah menjadi satu. Dalam sebuah rasa yang sama. Rasa yang telah ditanamkan langsung oleh-Nya.   Lalu kenapa ia selalu menolak ta'arufku? 

Dengan alasan takdir Allah yang akan memisahkan hubungan kami pada akhirnya. Sebuah hubungan yang sama sekali belum pernah terjalin. Namun, sudah sangat dekat di hati. Katanya akan lebih baik jika aku sakit hati diawal daripada diakhir.

Entahlah ... apa yang akan membuat hatiku akan sakit diakhir. Jika ia menerima pinanganku. Jawabnya masih seperti teka-teki silang yang sulit dipecahkan. Walaupun aku sudah membaca suratnya puluhan kali.

Teguran dari Nadya mampu membuyarkan lamunanku yang sedang melayang entah dimana. Ternyata dari tadi aku masih memandangnya. Pikiran, hati, dan mataku sekarang sedang tidak sinkron.  Astagfirullah ....

Gadis gila itu memberiku handphone  untuk merekam aksinya. Ia kira aku menganggapnya gila karena melayani jin itu. 'Ya ente memang gila sih,  tapi bukan karena bicara dengan jin itu. Namun tingkahmu yang kelewat konyol.'

"Kenapa kamu masih di sini,  Revan?  Pergi dari sini!" teriaknya dengan melompat-lompat berusaha mencapainya.  Dasar masih bocah!  Walaupun kamu melompat-lompat sampai besok. Jin itu tidak bakalan  turun juga.

"Aku tidak mau meninggalkan Kakak ... aku tahu Kakak akan mengulangnya lagi jika nanti Revan pergi," bantah jin itu dengan bertolak pinggang. Jin ini juga jahil sudah tahu orang gila. Eh,  masih saja digodain.

Namun,  jin itu ada benarnya juga sih. Gadis gila itu pasti akan menjadi-jadi jika sendiri. Apalagi otaknya sekarang sedang korslet. Tidak korslet saja sudah aneh apalagi sedang korslet. Nambah parah aneh dan gilanya.

"Emangnya kenapa jika aku ingin melakukannya lagi?" tanyanya dengan nada tinggi. Nih orang benar-benar sudah gila.

"Karena itu tidak baik untuk hidupmu nanti,"ucap kami dengan bersamaan. Aduh aku keceplosan.

Nadya memandangku dengan aneh.  Seperti seorang polisi yang sedang mengintrograsi maling.  Ealah ... gadis itu mendekatiku lagi.  Aku mulai mundur perlahan. Sampai nyaris masuk paritan jalanan.

Pesantren Untuk Gadis IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang