Ruqayah Berkata Jujur pada Nadya

772 52 4
                                    


🍂🍂🍂

Mulut gadis cantik itu seolah-olah selalu terkunci. Sepertinya ia benar-benar dalam delima besar. Entahlah apa yang akan ia bicarakan padaku sebenarnya.

Aku hanya bisa mengamati gerak-gerik dan mimik wajahnya. Lalu menebak delimanya saat ini. Pasti ini soal hubungannya dengan manusia kutub itu.

Menurut analisaku, setelah membaca suratnya secara diam-diam kemarin. Wah Nadya ... kamu udah kaya ilmuan aja, pake main analisa-analisa.

Akar permasalahan hubungan ini sebenarnya ada padanya sendiri. Tidak mau berterus terang pada manusia kutub itu.

Hubungan mereka sudah membulet persis kentut. Ibaratnya susah keluar, tetapi malah muter-muter di perut. Masalahnya sebenarnya cuma satu, tetapi penyelesaiannya sangat rumit dan misterius.

Mudah-mudah saja aku tidak diikut sertakan dalam masalah mereka. Melihatnya saja aku sudah pusing apalagi ikut terlibat jauh. Dan pada akhirnya yang akan sakit juga adalah aku.

"Kakak sebenarnya mau ngomong apa sama aku," tanyaku pada cintanya Gus Yusuf itu. Sengaja panggil kakak biar kelihatan anggun dan sopan. Sekali-sekali pencitraan sama orang, gak papa kan.

Ruqayah malah menangis tersedu-sedu lalu memelukku. Ini sebenarnya ada masalah apalagi sih. Palingan si manusia kutub itu tadi memaki-makinya dengan kasar karena selalu menolaknya.

Tetapi, sepertinya tidak mungkin deh. Secara manusia kutub itu hanya berani kasar denganku.  Ceramahnya yang ngalor kidul gak jelas itu juga cuma khusus buat aku.

Dia panggil orang sebagai gadis gila juga baru aku yang dipanggilnya begitu.  Secara Gus Yusuf itu kalau sama orang sopan banget. Ya kalau dinginnya jangan ditanya lagi, ya pastinya tetap sama.

Sepertinya Gus Yusuf hanya berani menunjukkan watak aslinya padaku. Kalau sama orang si manusia kutub itu mana berani. Kadang-kadang aku heran juga dengan hubunganku dengan Gus Yusuf. Seperti sudah mengenalnya berabad-abad lalu. Padahal baru kemarin aku mengenalnya.

"Sebenarnya ada apa, Kak? Kalau ada masalah ceritain aja ke aku, mungkin aku bisa bantu dikit-dikit." Aku mencoba menenangkannya.

Baru kali ini ada orang datang padaku untuk  curhat. Biasanya mereka langsung lari kalau melihatku. Jangankan mau bicara melihatku saja mereka sudah ketakutan setengah mati.

Gus Yusuf memang telah mengubah semua tatanan hidupku. Ia memberiku ibu dan ayah baru melalui sosok Umi Aisyah dan Kyai Husein. Pertengkaran dan pendebatan yang ia ciptakan untukku. 'Terima kasih Gus karena telah hadir dalam hidupku.'

"Jadilah bidadari dunia dan surganya Nadya demiku. Aku mohon padamu, Nadya. Baru kali ini aku melihatnya tertarik dengan gadis lain," ucap Ruqayah dengan sesegukan. Air matanya terus membasahi pipi semunya.

Perkataannya itu sungguh mengejutkanku. Aku masih setengah tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Mana ada gadis yang meminta gadis lain untuk mengambil cintanya. Kalau bukan gadis bodoh atau memang berjiwa malaikat.

Kalau semua wanita sepertinya, wanita jalang gak perlu repot-repot jadi pelakor lagi. Mesti sebenarnya aku ingin melakukannya. Namun, hati ini tak bisa mengisi cinta dengan mengambil cinta yang lainnya.

"Maksud Kakak apa? Aku benar-benar tidak mengerti," jawabku sembari melepaskan pelukannya.

Jugaan kalau aku sampai hidup dengannya. Bisa-bisa saja ada perang dunia ke-III setiap hari. Mau tidur ribut, mau makan debat dulu, bangun tidur perang mulut yang masih bau aroma naga. Bayangi aja aku udah gak sanggup apalagi lakuin. No ... no ... no ....

"Aku akan pergi jauh, Nadya. Menempuh hidup baru dengan takdir-Nya. Mana mungkin aku meninggalkan Gus Yusuf sendirian," ucap Ruqayah membuatku semakin terkejut. Ternyata alasan Ruqayah menolak Gus Yusuf adalah ia ingin menikah lagi.

Gadis yang polos dan sesederhana itu bisa menjadi seegois seperti itu jugakah? Jika ia sudah memiliki rasa dengan orang lain. Lalu kenapa ia harus memberi harapan pada Gus Yusuf lebih jauh?

Awalnya aku kagum dengan kata-kata indahnya di suratnya itu. Namun, setelah aku menemuinya rasa kagum itu hilang. Karena ternyata dia hanya sebatas gadis yang egois.

Tidak seperti yang kubayangkan selama ini. Jika ia gadis yang benar-benar istimewa karena bisa mengambil hati manusia kutub itu. Pantas saja manusia kutub tadi terlihat sangat terluka.

"Aku tidak menyangka jika Kakak bisa seegois ini pada Gus Yusuf. Kakak seharusnya tidak pantas memiliki cintanya Gus Yusuf. Wanita egois sepertimu tidak pantas untuk dicintai," ketusku dengan suara agak keras. Bodoh amat kalau perkataanku ini terdengar pedas dan menyakitnya.

Siapa suruh menyakiti Gus Yusufku. Astaga Gus Yusufku? Sejak kapan manusia kutub itu menjadi milikku. Aduh Nadya sepertinya kamu sudah benar-benar gila seperti katanya.

Ruqayah malah terlihat sedang tersenyum manis seperti itu. Apa yang membuatnya tersenyum manis seperti itu? Bukankah perkataanku tadi sudah terdengar pedas. Aish ... aku benar-benar bingung.

"Sepertinya aku tidak perlu memohon lagi padamu, Nadya. Karena sepertinya kamu memang bidadari yang dikirim oleh Allah untuknya. Biarlah waktu yang akan menjawab semua perkataanmu tadi," balas Ruqayah dengan lembut. Gadis ini benar-benar sangat misterius.

Aku hanya terdiam saat Ruqayah kembali memelukku. Namun, aku bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Ruqayah saat ini. Seperti orang yang sedang sakit.

Tak sengaja Sebuah cairan kental  jatuh di bahuku. Ya Allah ... Ruqayah mimisan sebanyak ini. Apakah Ruqayah sedang sakit? Inikah alasannya menolak Gus Yusuf yang sebenarnya. Jika ia sedang sakit parah.

"Apa ini alasan Kakak menolak Gus Yusuf yang sebenarnya? Katakanlah sejujurnya padaku, Kak! Aku janji akan membantu Kakak asal Kakak mau jujur padaku," ucapku sedikit mendesaknya. Aku yakin dengan berjanjinya diriku, Ruqayah akan mau bicara berkata jujur.

"Sungguh?" tanya Ruqayah kembali semangat seolah-olah ia mendapatkan kekuatan baru.

Namun, aku harap janjiku ini tidak menjadi bumerang dalam hidupku nanti. Kenapa aku harus peduli dengan hubungan mereka seperti ini?  Aish ... apa boleh buat ini bukan kehendakku melainkan kehendak hati.

"Iya." Aku kembali menyakinkannya dengan membalas pelukannya dengan erat.

"Tapi kamu harus janji padaku sekarang, Nadya.  Kalau kamu tidak bakalan ngomong ke Gus Yusuf yang sebenarnya," ucap Ruqayah sembari menggengam tanganku dengan erat. Aduh ... aku harus bagaimana sekarang? Jadinya serba salah.

Aku masih membisu belum bisa merespon permintaannya. Antara mau jawab iya atau tidak, aku masih bingung. Kalau semisal aku jawab iya, nantinya aku malah jadi serba salah sama Gus Yusuf. Kalau aku jawab tidak, nanti Ruqayah pasti tidak mau berterus terang.

"Nadya ...." Panggilan Ruqayah menyadarkanku dari kebisuan. "Jadi apa keputusanmu?"

"Iya, aku janji tidak akan memberi tahu Gus Yusuf tentang semuanya. Jika aku sudah tahu nanti, Kak," jawabku dengan setengah tidak sadar. Sepertinya saat ini yang bicara bukan aku melainkan hatiku.

Ruqayah mulai menceritakan semuanya padaku. Jika lima tahun yang lalu sebelum ia benar-benar menerima lamaran Gus Yusuf. Diagrosa dokter tentang penyakitnya datang terlebih dulu. Jika ia mengindap leukimia standium tiga.

Ruqayah pikir jika kanker darahnya itu masih bisa sembuh. Karena itulah ia terus menunda-nunda jawabannya. Berharap Gus Yusuf bisa menunggu kesembuhannya. Namun, sayang setahun kemudian saat Gus Yusuf ingin pergi ke Turki. Dan menanyaikan lagi perihal lamarannya. 

Kanker darahnya sudah menjadi standium empat. Hidup Ruqayah diperkiraan tinggal berapa tahun lagi. Gadis cantik itu tak ingin menjadi egois. Jika ia sampai menerima lamaran Gus Yusuf.

Ruqayah tahu jika Gus Yusuf akan tetap bersamanya. Walaupun ia sudah mengetahui semuannya. Karena cintanya Gus Yusuf karena Allah. Saat seorang mencintai makhluk-Nya karena Allah. Maka ia tidak akan meninggalkannya karena apa pun.

Lantas haruskah Ruqayah tetap egois dengan cintanya? Memikirkan kesenangannya sendiri diatas penderitaan orang lain.

Saat ia menerimanya nanti lalu pergi pasti Gus Yusuf akan hancur. Dalam kehancurannya, 
ia akan sendirian. Ruqayah tak ingim itu semua. Ia ingin ada orang yang bisa menghibur dan menggantikan posisinya itu di hatinya.




Pesantren Untuk Gadis IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang