Cinta Pertama Gus Yusuf

851 49 0
                                    

#Pesantren_Untuk_Gadis_Indigo

Pov Yusuf Husein Akbar

Teruntuk Gus Yusuf ....

Puluhan kali ana sudah melaksanakan salat istikharah. Untuk menemukan jawaban yang sulit akan pertanyaan Gus Yusuf. Iya Gus, jawabanku tetap sama. Ana tidak bisa menerima pinangan Gus.

Bukan artinya ana ragu akan itikad baik Gus. Namun, garis takdir ana-lah yang tak dapat menerimamu. Mungkin ana bukanlah bidadari duniamu, tetapi hanyalah bidadari surgamu kelak.

Ana tidak pernah menyesal terlahir buta seperti katamu. Dan juga tidak pernah merasa jika diri ini memiliki kekurangan untuk mendampingimu. Anugerah-Nya tidak hanya soal penglihatan, tetapi segalanya dalam hidup.

Alasanmu melamarku sebenarnya sudah cukup untuk bisa kuterima. Kau mencintaiku karena Allah. Namun, sekali lagi aku tidak bisa menerimamu, Gus. Bukan artinya ana egois, tetapi takdirlah yang membuat kita tidak bisa bersatu di dunia.

Jangan tanyakan kenapa aku selalu mengataskan namakan takdir. Sebagai pembatas hubungan kita. Kelak kau akan mengerti kenapa aku selalu menolak itikad baikmu.

Ketika kelak kau mengetahui alasannya. Janganlah meneteskan air mata, Gus. Ana yakin Allah akan mengirim bidadari lain dalam hidupmu. Seperti Dia yang sudah menitipkan hatimu padaku.

Ana harap kepergiaanmu ke Turki. Akan bisa sedikit mengobati lukamu karena diriku. Ana cukup trenyuh akan cinta Gus terhadap diri ini.

Anta tidak pernah mencintai ana karena rupa, derajat, dan akhlak ana. Katamu itu semua bisa berubah dengan seiringnya waktu. Namun, kau mencintaiku karena Allah. Cinta tertinggi adalah cinta-Nya kepada seorang hamba.

Ketika manusia mencintai kekasihnya karena Allah. Maka ia tidak akan pernah bisa meninggalnya. Meski dalam keadaan apa pun. Ia akan tetap bersamanya untuk melangkah bersama ke surga-Nya. Bidadarimu kelak akan beruntung memiliki imam sepertimu, Gus.

Tersenyumlah Gus ... saat kau membaca suratku ini.

Ruqayah

Entah berapa kali aku sudah membaca surat dari Ruqayah. Tulisannya cukup rapi dan apik meski ditulis dengan huruf brailer. Isinya pun bisa menggetarkan hatiku.

Satu tahun aku berusaha belajar huruf brailer-huruf khusus untuk para tunanetra. Hanya untuk bisa berkomunkasi dengan Ruqayah. Gadis buta yang mampu meluluhkan hatiku. Mungkin hanya dia yang akan bisa meluluhkan hati ini.

Mana mungkin aku tidak meneteskan air mata, Ruqayah ... jika dirimu terus memaksa kehendak-Nya. Untuk tidak menerima ta'arufku. Atau mungkin malah aku yang memaksa kehendak-Nya. Untuk hidup bersama bidadariku di dunia dan akhirat. Bidadari yang selalu menolak untuk hidup bersama. Meski hatinya juga ia titipkan padaku.

Entah alasan apa yang akan membuatku meneteskan air mata. Katanya takdir Illahi-lah yang memisahkan cinta suci kami. Namun, aku tidak tahu takdir seperti apa. Jika kami berjodoh maka apa pun rintangannya, sekuat apa pun Ruqayah menolakku. Maka kami akan tetap bertemu dan bersama.

🌹🌹🌹

Kepulanganku ke Indonesia hanyalah untuk Ruqayah. Selain study-ku sudah selesai. Untuk menanyakan kembali itikad baikku padanya. Aku memang tidak pernah membalas surat ataupun menemuinya untuk menanyainya lagi. Sebelum aku benar-benar pergi ke Turki mengambil beasiswa S2.

Karena aku belum siap untuk melakukannya lagi. Ketika seorang pria belum siap untuk melamar wanita. Maka yang seharusnya dilakukan adalah menjauh.

Pesantren Untuk Gadis IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang