Part 3

222 21 0
                                    

Kamis siang dan Miyeon tidak memiliki pekerjaan lain yang harus ia lakukan. Akhirnya, dengan bujuk dan rayu di sana-sini, ia berhasil menyeret Jungkook untuk menemaninya berbelanja di Apgujeong-dong. Berbekal iming-iming sarapan gratis sampai akhir minggu, Jungkook pun setuju menemaninya. Sekarang, setelah keluar-masuk toko berkali-kali dan Miyeon tak kunjung mendapatkan apa yang diinginkan, Jungkook mulai menyesali keputusannya.

“Kenapa aku harus setuju dengan ajakannya tadi,” gerutu Jungkook. Miyeon menoleh galak ke arahnya.

“Kau sudah berjanji,” kata Miyeon tegas. Jungkook mengangkat kedua tangannya di depan dada, menyerah. Ia tidak akan pernah menang berdebat dengan Miyeon, anyway.

Miyeon baru akan masuk ke sebuah butik ketika Jungkook tiba-tiba menahan lengannya. “Bagaimana kalau kita beristirahat sebentar? Secangkir kopi tidak ada salahnya.”

Melihat wajah memelas sahabatnya, tawa Miyeon nyaris meledak. Jungkook memang aneh. Dia tidak tahan berjalan jauh, tidak seperti Miyeon yang energinya seolah-olah tidak pernah habis walaupun ia berjalan terus-menerus. Seperti di Tokyo sebulan lalu. Miyeon tidak ingat berapa kali dan berapa jauh ia berjalan, tetapi ia ingat bahwa saat itu ia tidak merasa lelah sama sekali walaupun kakinya sakit karena sepatu berhak tingginya yang mematikan itu. Apalagi ditambah kehadiran Dokyeom. Perjalanan waktu itu terasa lebih menyenangkan.

Ah, Dokyeom-ssi, Miyeon merenung. Bagaimana kabarnya sekarang? Sudahkah ia kembali ke Seoul? Atau ia sedang mengurusi proyek lainnya di luar negeri?

“Yak!” Suara Jungkook mampu menyadarkan Miyeon dari lamunan sesaatnya. “Kita istirahat sekarang, kan?” desak Jungkook tidak sabar.

Akhirnya, keduanya memutuskan untuk beristirahat di café di ujung jalan. Cafe itu adalah café langganan Miyeon. Wanita cantik itu sangat menyukai tiramisu tidak pernah bosan membeli tiramisu dari café itu. Tiramisu di sana memang enak. Kopinya terasa dan krimnya sangat lembut, mampu memanjakan lidah siapa saja yang mencobanya.

Lonceng di pintu masuk berdenting ketika Miyeon dan Jungkook melangkah masuk. Keduanya harus mengantri di depan kasir untuk memesan. Ada sepasang anak SMA di depan mereka berdua, dan seorang wanita paruh baya yang sedang memesan di antrian terdepan. Waktu menunggu antrian Miyeon gunakan untuk mengecek ponselnya. Di sampingnya, Jungkook juga melakukan hal yang sama.

Miyeon mengecek beberapa email dan pesan yang masuk. Setelah membalas semua email itu, ia mengangkat kepala. Tepat pada saat itu, seseorang memanggil namanya. Bingung, Miyeon mengedarkan pandangannya dan menemukan Jeonghan yang sedang melambaikan tangan ke arahnya dari meja di dekat jendela. Pria itu tersenyum lebar yang dibalas Miyeon dengan senyum yang tak kalah lebarnya.

***

Dokyeom tidak terkejut ketika mendapat kunjungan tak terduga dari Mingyu di kantornya. Duduk nyaman di sofa di ruang kerja milik Dokyeom, Mingyu menyeringai begitu Dokyeom memasuki kantornya setelah rapat dengan beberapa atasannya. Sahabatnya itu mengajaknya makan siang dan Dokyeom tidak memiliki alasan untuk menolak. Mingyu membawanya ke café favorit mereka di Apgujeong-dong. Sesampainya di sana, ternyata Jeonghan, Yugyeom, dan Wonwoo sudah menunggu.

“Apakah kalian semua pengangguran?” tanya Dokyeom sambil menarik salah satu kursi.

Yugyeom mengernyit, pura-pura tersinggung. “Hanya karena kami tidak sesibuk dirimu bukan berarti kami pengangguran.”

Since I Found You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang