sebuah erangan kecil keluar begitu saja dari mulut alysa. Ia tak habis pikir jika posisi tidurnya sekarang sangat sempit dikarenakan nessa yang mengambil alih tempat tidurnya.
dengan mata yang setengah menahan kantuk ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 05.00 pagi. Tandanya ia harus segera pergi kesungai untuk mencuci mukanya atau sekedar menggosok giginya.
ia melihat ke sekitarnya yang masih tampak tertidur pulas. Sebenarnya ia tidak tega untuk membangunkan arin-teman barunya tapi daripada ia harus pergi ke sungai sendirian. Baginya sangat menyeramkan.
alysa mulai menggoyah-goyahkan tubuh arin yang saat ini posisi tidurnya menyamping membelakangi alysa. Tidak ada respon dari arin. Alysa tak putus asa ia kembali menggoyah-goyahkan tubuh arin. Lagi-lagi tidak ada respon dari arin. Ia tidak menyerah sampai disitu , ia kembali menggoyah-goyahkannya lagi sampai arin terbangun.
ternyata perjuangan alysa membangunkan arin tidak sia-sia. Rupanya arin terbangun dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna. Ia duduk mendekati alysa, menatapnya intens. Sebelum ia bertanya kepada alysa tentang mengapa ia membangunkan dirinya sepagi ini, alysa sudah lebih dulu berbicara. "ayo ke sungai, dikit lagi mau jam enam"
arin menyeringit bingung. Untuk apa ia pergi kesungai sepagi ini. "ngapain?"
"jam enam kan udah disuruh kumpul lagi didepan"
arin menepuk keningnya pelan. Ia hampir saja lupa untuk acara pagi ini. Tanpa menunggu lama-lama ia terlihat beranjak menuju sungai, dengan alysa tentunya.
ditengah-tengah perjalanannya menuju sungai ia dikejutkan atas kehadiran dani yang tiba-tiba berada di sisi kirinya. Ia terlihat sendiri, tanpa teman-temannya yang biasanya berada di sisinya. Alysa memperhatikannya, wajahnya terlihat sangat tampan meskipun baru bangun tidur. Tiba-tiba bayangan tadi malam yang menampilkan dani melindunginya terlintas di benak alysa begitu saja. "Mengapa dani tiba-tiba melindunginya? Apa ia ada maksud tertentu?" Batin alysa.
"gue duluan sya, lo lama jalannya" Ucap arin membuyarkan lamunannya. Ia melihat arin yang berlari menuju sungai dan meninggalkannya sendiri dengan makhluk disampingnya ini.
"tungguin alysa rin" Alya berteriak, hendak ingin menyusul.
"udah santai aja, gak usah buru-buru. Masih pagi" Ujar dani begitu tiba-tiba. Bukan sifat dani sekali bersikap baik seperti ini apalagi kepada orang yang tak terlalu dekat dengannya. Tapi ia harus membiasakan bersikap seperti ini, tenang. Hanya didepan alysa kok, alasannya untuk mengetahui kelemahan musuhnya.
"dani kok semalem ngelindungin alysa?" Tanyanya ragu-ragu, takut ia salah bicara.
"kenapa emang?"
"gapapa, alysa heran aja"
"gak usah heran, karena mulai saat ini gue bakal ngelindungin lo"
Halah
basi lah basiPipi alysa seperti tomat sekarang. Ia bingung antara harus senang karena ada yang melindunginya mulai saat ini atau sedih karena takut dani punya maksud tertentu.
"kok gitu?"
bukannya menjawab, dani lebih memilih meninggalkan alysa dengan seribu pertanyaan yang ada didalam pikiran alysa.
---
pukul 06.00 pagi mereka diharuskan bangun dan bersiap-siap untuk acara selanjutnya tak lupa mereka disarankan untuk mengenakan pakaian olahraga sekolah khususnya.seluruh murid sudah rapih dengan pakaian olahraganya. Semuanya tampak bersemangat, tidak seperti putra yang sekarang masih mengumpulkan nyawanya ya meskipun ia sudah rapih dengan pakaian olahraganya. Ia terlihat lesu dan tidak bersemangat. Masa bodo dengan arahan pemberian febry yang saat ini bersuara dibalik speakernya.
ia terlihat duduk diantara teman-temanya yang saat ini sedang berbaris. Ia berada dibelakang, agar tidak ada yang melihatnya kalau ia sedang duduk. Tapi siapa sangka kalau rizky tiba-tiba berada disampingnya "siapa yang suruh duduk!"
teriakannya membuat seluruh pasang mata mengedarkan arah kesumber suara. Teman-teman putra pun ikut melihat kejadian tersebut dimana rizky yang sedang mengomeli putra dan hanya dibalas dengan dengusan kasar. Ia sama sekali tak berniat untuk berbaris seperti yang lainnya, mengapa guru yang satu ini tidak mengerti!
"bangun! Maju kedepan! selalu saja bikin ulah"
Lagi-lagi hanya dengusan kasar yang terdengar oleh rizky. Kesal sekali ia harus mengomeli putra seperti sekarang. Hampir saja putus asa dengan murid dihadapannya ini kalau saja suara febry tidak menghampirinya. "ada apa ini?"
"dia tidak mengikuti aturan bu, dia malah duduk santai disini. Sedangkan yang lainnya saja berbaris" Perjelas rizky.
Febry melirik putra yang terduduk lemah diatas rerumputan basah. "kenapa ga baris?" Tanyanya kali ini berkacak pinggang.
tidak ada respon kali ini. Dengusan kasarpun tidak terdengar.
"Putra!maju ke depan!
kali ini sang pemilik nama itu beranjak dari duduknya dan segera mengikuti febry. Ia mengikuti febry sembari menunduk, bukan karena ia malu. Karena ia lebih nyaman saja menunduk saat ini. Aneh memang.
---
kecurigaan muncul didalam diri rere setelah melihat putra yang saat ini berada didepan dengan posisi istirahat. Ia sangat tidak mengetahui apa yang terjadi pada temannya yang satu ini. Merasa heran ia bertanya pada nessa " kenapa dia?"Nessa mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban tidak tahu atas pertanyaan yang dilontarkan oleh rere.
---
hantaman dikepalanya sudah menyerangnya sedari tadi. Ia sangat pusing sekarang, tapi sekuat mungkin untuk tidak terjatuh saat ini juga. Pandangannya kabur sehingga ia mengucek-ngucek matanya untuk yang kesekian kalinya. Tidak ingin terlihat lemah dihadapan semua orang, ia berusaha untuk tetap berdiri dengan posisi istirahatnya."Jadi masing-masing kelompok harus nemuin bendera yang ada di pinggir-pinggir sungai, ingat jangan masuk kedalam hutan loh ya!" Samar-samar ia mendengar Suara febry yang memperingati semua murid-muridnya.
"siap bu!!"
semuanya mulai berpencar, menuju sungai untuk mencari keberadaan sang bendera yang diperintahkan oleh febry.
febry mengalihkan pandangannya pada renza yang masih setia dengan posisinya. "kamu ikut mencari bendera sana"Perintahnya.
setelah mengatakan itu febry terlihat meninggalkan area perkemehan.
Putra seorang diri sekarang. Pusing dikepalanya semakin menjadi, jadi ia putuskan untuk tetap disitu tetapi dengan posisi yang berbeda. Ia terlihat mulai duduk sekarang, tangannya tak lepas dari kepalanya. Bagaimana bisa ia membawa minuman keras diwaktu perkemahan ini. Bukan hanya satu yang ia bawa, tetapi empat yang ia bawa dan ia habiskan malam itu juga. Tidak ada yang melihatnya malam itu,sampai-sampai ia melanjutkan aksi gilanya itu.
---Votenya sa x ehehehe,tq.
KAMU SEDANG MEMBACA
~ALTRA~
Teen Fictionpembullyan yang dialami alysa belum seberapa dibandingkan kisah hidup kelamnya. mempunyai sifat yang ceria dan baik hati, membuat alysa tidak mempunyai teman. aneh bukan?