Part 6

1.3K 79 0
                                    

#AKU_TIDAK_SELINGKUH

Perceraian

Part 6

Aku tersenyum. Priaku kembali.

Kupandang wajah yang seperti kelelahan atau mungkin kurang tidur itu.

"Sudah sarapan?" tanyaku dan dia hanya mengangguk.

Kutarik napas, bersiap untuk bicara lebih fokus.

"Mas, kamu percaya 'kan sama semua penjelasanku kemarin?" tanyaku kemudian, sambil menggenggam tangannya.

Dia menatap mataku.

"Ini bagaimana?" HP-nya kini kembali memperlihatkan sebuah foto. Lagi.

Tampak Pak Reza, yang sedang berdiri di depan pintu rumah, dan aku yang juga berdiri di depannya. Kutatap wajah Mas Bara yang datar. Tidak ada emosi di sana, sepertinya dia tidak marah. Namnu, mengapa harus ada lagi foto yang ....

Napas rasanya terasa berat, dadaku sesak.

"Ini saat Pak Reza menjemput Ica. Waktu itu aku sudah cerita, Ica nginap di sini. Dia tidak mau pulang, Oma dan ayahnya bergantian menjemput. Ica maen dari siang sama Raka, sampai mau nginap," jelasku.

Hari itu, omanya Ica menitipkan cucunya itu sejak jam istirahat di sekolah. Katanya dia ada urusan. Namun, sampai jam pulang, omanya tidak juga datang menjemput Ica. Akhirnya kubawa saja dulu pulang ke rumah.

Dia bermain bersama Raka, saat omanya menjemput ke rumah pun, Ica tidak mau pulang. Katanya betah. Karena memang Raka mengasuhnya layaknya seorang adik yang memang dia harapkan selama ini. Aku tidak mungkin memaksa apalagi mengusir anak kecil yang betah bermain di rumah.

Saat malam, ayahnya dari Jakarta langsung datang ke rumah untuk menjemput Ica. Lagi-lagi, Ica tidak mau pulang. Gadis kecil bermata bulat itu malah ingin menginap, dan tidur denganku. Ayahnya terus saja membujuk, tapi nihil. Dia kalah oleh keinginan putrinya. Ada Emak di rumah saat itu, lalu apa yang harus jadi alasan kecurigaan Mas Bara? Kupaparkan semuanya agar dia yakin.

Mas Bara diam.

"Mas!" Kini dia menatapku, tangannya menangkup wajahku. Tarikan napasnya seolah berat dan sesak.

"Aku tidak tau, apa yang kamu katakan itu jujur atau hanya alasan untuk menutupi semuanya. Aku benar-benar bingung, tapi yang pasti. Kepercayaanku rasanya tidak utuh lagi, Dek," ujarnya dengan suara berat. Matanya mulai berembun.

"Mas, percayalah. Selama ini aku tidak pernah berpikir apalagi berniat untuk mengkhianati kamu. Apapun yang kulakukan, tidak pernah tanpa sepengetahuanmu, izinmu," ucapku seraya memegang tangannya yang masih menangkup pipi.

Mataku terasa panas, entah mengapa ada rasa sakit yang begitu nyata. Saat laki-lakiku mempertanyakan kesetiaan yang selama ini selalu kujaga.

"Kumohon, jangan ragukan kesetiaanku, Mas. Aku hanya mencintai kamu, imam yang selalu kurindukan saat jauh. Menjadi berkah bagiku, memilki suami bertanggung jawab dan penuh kasih sepertimu, apa yang harus jadi alasanku berpaling dari kamu, Mas?" ungkapku. Berharap itu akan menambah keyakinannya, bahwa foto-foto itu hanya alat fitnah.

Tangis akhirnya tidak bisa kutahan.

Mas Bara membawaku dalam dekapan hangatnya.

"Aku tau, ini menyakitimu, Dek. Mencurigaimu dan menuduhmu selingkuh bukan keinginanku, tapi bukti-bukti ini ... membuatku merasa ragu. Aku minta maaf. Aku tidak ingin terus menyakitimu, tapi aku juga terlalu sulit untuk meyakinkan diriku sendiri, bahwa semua akan baik-baik saja nanti," lirih Mas Bara. Membuatku terhenyak.

Pinggan Retak (Aku tidak Selingkuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang