Part 2

2.2K 109 0
                                    


#AKU_TIDAK_SELINGKUH

Part 2

Mengenalnya Sekilas

Kuanggukkan kepala seraya tersenyum ramah membalas sapaan para ibu, orang tua siswa yang tengah duduk di bangku panjang di depan kelas. Mereka sudah biasa menunggui putra-putri yang memang bersekolah di TK ini.

Kulangkahkan kaki memasuki ruang kelas, tempatku mengajar dan menemani para jagoan dan princess kecil. Keceriaan dan semangat mereka seperti penyempurna warna bahagia dalam hidupku.

"Bundaa ...," sapa anak-anak dengan riang. Kemudian berebut mencium tanganku.

Aku hanya tersenyum seraya mengelus lembut kepala mereka.

"Bunda," panggil gadis kecil yang baru saja masuk dari pintu kelas. Dia mencium tanganku, aku pun berjongkok mensejajari tinggi tubuhnya. Dia langsung memeluk erat.

"Maaf Ica telat, Bunda," lirihnya tapi sambil tersenyum manja.

Kuusap pipi gembilnya yang putih.

"Gak kok, Sayang. Bunda juga baru masuk. Pembukaan juga belum mulai," ujarku sambil tersenyum dan kembali berdiri tegak.

.

Setelah senam pagi bersama, kami duduk membentuk lingkaran untuk mulai pembiasaan yang terdiri dari bacaan doa-doa mau pun hafalan surat-surat pendek. Setelahnya aku akan menjelaskan tema harian dan juga penjelasan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan hari ini.

"Ica maunya duduk deket Bunda," rengeknya sambil memegang tanganku.

Gadis kecil berusia empat tahun itu memasang wajah memohon. Ica memang selalu begitu. Harus duduk di dekatku. Tidak peduli cibiran teman-temannya yang menyebutnya bayi, karena selalu bertingkah manja.

Berkali-kali kuberikan ia pengertian. Harus mau bergantian dengan teman-temannya yang juga ingin duduk di dekatku. Terkadang mereka sampai berebut dan sampai menangis. Ica memang jarang mau mengalah. Kubujuk, tapi ya, namanya juga anak kecil, kemauannya selalu ingin dituruti.

Aku pun harus kembali bersabar. Menganggukkan kepala sambil tersenyum. Senyum langsung merekah di bibir mungilnya.

.

.

Sudah satu tahun aku menjalani profesi sebagai guru di TK ini. Namun, Ica baru satu bulan bersekolah di sini. Ia adalah siswa pindahan dari Jakarta. Sikap manjanya padaku seolah sudah kenal bertahun-tahun. Mungkin karena dia yang tidak memiliki seorang ibu.

"Al, nanti pulang sekolah kita berdua ada rapat ke Dinas. Sekalian mau ngumpulin laporan bulanan," kata Yanti, teman sekaligus kepala sekolah saat waktu istirahat.

"Iya. Tapi sudah lengkap 'kan laporannya?" tanyaku.

"Nanti abis bubar, kita cek lagi sama-sama, ya," jawab Yanti, yang membuatku dan Ratna mengangguk.

Pintu kantor diketuk. Kami serempak mempersilakan masuk.

"Maaf, Bu Alya. Oma mau minta izin, bawa Ica pulang duluan, boleh?" kata omanya Ica menghampiriku di kantor.

"Memangnya Ica kenapa, Oma?" tanyaku heran. Karena tidak biasanya minta ijin pulang lebih awal.

"Gak apa-apa, kok, Bu. Hanya ada ayahnya yang sudah jemput. Ica jadi pengen pulang," sahut Oma sambil tersenyum.

"Oh, iya boleh aja, Oma. Silahkan," tukasku.

Namun, sebelum Oma pamit dari kantor, Ica masuk dan merengek padaku agar mau keluar dan melihat ayahnya.

Pinggan Retak (Aku tidak Selingkuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang