Part 8

1.3K 85 0
                                    

#AKU_TIDAK_SELINGKUH

Part 8

Berjuang Sendiri

----

Seketika aku menoleh ke arah pintu yang dibuka dari luar.

"Pak Reza?" Aku sedikit kaget.

Dia hanya tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam ruangan. Kemudian berdiri di samping ranjang Ica, berseberangan denganku. Tangannya terulur menyentuh kening sang putri.

"Maaf, sudah merepotkan Bu Alya. Semalem omanya memberi kabar kalau Ica demam dan juga mengigau menyebut nama Ibu. Jadi, saya minta sama Oma agar menghubungi Ibu, " jelasnya seraya duduk di kursi kecil yang disediakan untuk penunggu pasien.

"Iya, gak apa-apa, Pak," datarku, hanya melirik sekilas kepadanya. Canggung rasanya berada dalam satu ruangan dengan non muhrim, sedangkan Ica masih terlelap.

"Saya tunggu di luar saja, Bu," ujar Pak Reza seraya berdiri. Mungkin dia mengerti.

Aku segera berdiri, mencegahnya.

"Saya saja yang keluar, Pak. Mau langsung pulang juga, sudah Zuhur," pamitku. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Terima kasih, Bu."
"Sama-sama, Pak. Semoga Ica cepat sembuh, saya permisi. Assalamualaikum," ucapku sambil menarik gagang pintu.

Kudengar jawaban salam darinya, tapi aku tak berniat melihat lagi ke arahnya. Lega rasanya saat keluar dari ruangan, kemudian berjalan menuju parkiran.

Ayahnya Ica sudah datang, Oma. Saya pamit pulang.

Pesan chat kukirimkan, agar omanya Ica tahu bahwa ada yang menggantikanku.

Ya, Bu Alya. Terima kasih banyak, maaf sudah merepotkan. Balasnya.

Sama-sama, Oma. Semoga Ica cepat sembuh.

Aamiin.

.

Setelah pulang dari rawat inap, para siswa, guru, dan orang tua berinisiatif untuk menengok Ica ke rumahnya.

Wajah Ica yang masih pucat, tampak senang saat menyambut kami. Teman-temannya langsung duduk mengerumuni Ica yang juga tengah duduk di atas kasur, di ruangan tengah.

Pak Reza menghampiri kami dan bersalaman kemudian. Dia mengucapkan terima kasih karena kami datang menjenguk putrinya. Saat akan berbalik, mata kami tak sengaja berserobok. Hanya sekejap, kemudian aku segera mengalihkan pandangan.

"Ayahnya sengaja ngambil cuti beberapa hari selama Ica belum pulih, mungkin dia khawatir," tutur Oma saat salah satu orang tua siswa yang menanyakan keberadaan mantan menantunya itu. Aku hanya tersenyum, saat omanya berkata sambil melihat ke arahku.

Hari-hari selanjutnya di sekolah berjalan seperti biasa. Ica kuperlakukan sama saja dengan siswa lain. Meski ia masih suka merengek, meminta perhatianku. Manjanya sedikit berkurang sejak sembuh dari sakit. Sesuatu yang baik untuknya, belajar lebih mandiri.

.

Selain ke sekolah, aku juga menjalankan usahaku. Berdagang pakaian di lingkungan sekitar rumah. Awalnya hanya berbelanja baju atau kerudung pesanan saja, tapi kini jumlah barang yang kujual menjadi lebih banyak.

Sahabatku selama kuliah di Bandung dulu menghubungiku, sekadar bertukar kabar awalnya. Kemudian teringat bahwa dia menjalankan usaha konveksi yang khusus membuat kerudung. Kujelaskan usaha yang sedang kujalankan. Dia tampak antusias, menawarkan produknya agar kujual juga.

"Kamu bisa ngambil barangku, Al. Menjualnya di sana, harga grosiran lah aku kasih, boleh retur barang juga," kata Desi dari seberang telepon.

"Tapi modalku gak banyak, Des," jujurku.

Pinggan Retak (Aku tidak Selingkuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang