Part 12

1.7K 90 2
                                    

#AKU_TIDAK_SELINGKUH

Part 12

Pov Bara

Keputusan yang teramat berat harus kuambil saat hati merasa terluka oleh sebuah pengkhianatan. Tindakan paling kubenci dalam hidup ini. Perbuatan paling menjijikan dan memalukan. Alya, istriku sepertinya tidak menyadari bahwa perbuatannya, sudah mengikis semua rasa percaya dan menyulut rasa cemburuku.

Aku, seorang pria, suami, sekaligus ayah bagi putraku, harus mengakhiri pernikahan yang sudah berjalan delapan tahun dengannya. Hal yang tidak pernah terbayangkan dan tentu saja tidak kuinginkan.

Wanita yang kukenal sebagai pribadi yang lemah lembut, dewasa, dan tentu saja shaliha. Aku bahkan jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama. Bukan hanya karena paras ayunya, tapi sikap yang mencerminkan kebaikan hatinya. Dia adalah wanitaku yang mau menerima kelebihan serta kekurangan yang kumiliki. Sosok Ibu terbaik bagi Raka, bahkan anak berbakti bagi Emak.

"Mas, temenku ngajak ngajar di TK yang deket perempatan itu, boleh enggak, Mas?" tanyanya satu ketika. Memang sejak lama Alya ingin mengajar dan menjadi guru, seperti cita-citanya sejak kecil.

"Boleh saja, asal kamu tetap prioritaskan Raka dan keluarga, Dek," jawabku sambil mengelus rambut panjangnya yang tergerai, kemudian menghidu wanginya yang selalu menjadi candu bagiku.

Dia tersenyum, kemudian memelukku erat. Aku bahagia bila dia bahagia.

"Makasih, Mas. Aku janji akan selalu memprioritaskan Raka," ujarnya sambil mengecup pipiku. Wanita yang terlihat pemalu di depan orang itu, nyatanya selalu menjadi manja dan hangat saat bersamaku. Meski 'tak pernah ada kata cinta terucap dari bibir tipisnya, tapi aku tahu rasa kami sama. Saling mencinta. Bukankah kata sudah tidak dibutuhkan, saat kesetiaan dan tanggung jawab sudah menjadi bukti yang nyata?

.

[Jangan lupa, sekarang jadwalnya untuk kontrol IUD, Dek.] pesan chat kukirimkan padanya, sekadar mengingatkan.

[Ya, Mas.] Balasnya.

Kusimpan kembali ponsel.

"Woii, abis nginngetin apa lagi sama istrimu, Bar?" Yoga, kawan STM yang mengajakku berlayar itu menepuk bahu sambil tertawa keras.

"Cuma ngingetin dia, napa emang?" tanyaku balik.

"Elaahh, kebiasaanmu itu gak bisa diilangin, ya? Istrimu gak gerah apa punya suami over prtotektif kayak gini, Bar?" selorohnya lagi. Aku hanya melengos meninggalkannya yang masih tertawa, menertawakan perhatian yang kuberi untuk wanitaku. Sedangkan jauh di sana, Alya pasti selalu manut apa pun yang kukatakan.

Aku memang sudah terbiasa menghubungi dan menanyakan keadaan ataupun aktivitas Alya dan Raka. Inilah bukti tanggung jawab yang kupunya, meski raga terhalang jarak dan waktu. Mereka juga terlihat menikmati perhatian yang kuberi, buktinya mereka tidak pernah mengeluh.

"Bar, aku ini, ya, istri nelepon atau chat dua kali sehari aja ngerasa bosen dan eneg. Eh, kamu hampir tiap jam kalo lagi senggang hubungin mereka, terutama istrimu. Hati-hati, lama-lama dia ngerasa kayak yang aku rasakan," tutur Yoga lagi. Aku mendengkus kasar. Dia tidak bosannya berkata kalimat yang sama. Dari semua ABK, Yoga adalah kawan paling dekat dan tempatku berbagi cerita. Begitu pun sebaliknya.

"Dia nyaman-nyaman aja. Gak pernah ngeluh. Bahkan dia selalu minta ijin dan kasih kabar kalau mau keluar rumah," dalihku. Dia malah tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Dah lah, terserah. Aku cuma kasih tau, semoga aja dia beneran nyaman dipantau terus, kek cctv, hahaa ...," semburnya. Asem.

.

Pinggan Retak (Aku tidak Selingkuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang