Super Lika

156 17 0
                                    

Gaza sedang duduk-duduk di kursi teras rumah Lili sambil bermain HP. Membalas pesan-pesan LINE dari teman-temannya.

Sampai kemudian perhatiannya teralih ketika gadis dengan seragam putih abu-abu dan rambut yang diikat ekor kuda kiri dan kanan itu hendak lewat di depan pagar rumahnya sambil mengendarai sepeda.

Kening Gaza berkerut, matanya menyipit dengan sebelah bibir terangkat. Ia menatap keranjang depan sepeda gadis itu. Lebih tepatnya pada beruang coklat. Eh, bukan, tas berbentuk boneka beruang coklat. Dasar bocah!

Gaza kemudian terkekeh pelan.

Serius, gadis dengan sepeda di depan sana lebih seperti anak TK dibandingkan siswi SMA. Hanya kurang botol air minum yang digantung di leher saja.

Gaza menopang dagunya dengan siku menumpu meja di samping. Terus mengamati gadis yang kata keponakannya kemarin bernama Lika itu.

Sesekali Gaza terkekeh juga, apalagi mendengar gadis itu menyanyikan lagu soundtrack Doraemon. Yang membuat Gaza tertawa, Selika menyanyikan lagunya dengan suara keras namun iramanya amburadul.

"Bener-bener aneh," gumam Gaza kecil masih dengan mengamati gadis yang kini sudah tepat berada di jalan depan pagar rumahnya.

Gaza jadi bisa mengamati wajah dengan senyuman riang itu lebih jelas. Bibir tipisnya yang merah itu. Pipinya yang agak cabi sesekali tertarik ke atas ketika bernyanyi. Atau rambut ekor kudanya yang bergoyang-goyang karena si gadis sibuk mengayuh sepedanya lambat dan sesekali menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama lagunya.

Goblok! Kok malah ngelantur gini sih. Gaza menggeleng-gelengkan kepalanya, sesekali memukulnya pelan. Kenapa ia jadi memperhatikan gadis itu?

Dan kemudian fokus Gaza kembali teralih. Ketika Selika menghentikan sepedanya dan turun. Kenapa tuh?

Gaza menyipitkan matanya, mencari-cari penyebab gadis itu turun dari sepeda.

"Jovi ngapain di sini?"

Selika turun dari sepedanya. Menghampiri seorang anak laki-laki dengan seragam putih merah berusia enam tahun itu yang sedang menangis tersedu-sedu dan duduk di pinggiran jalan.

"Jo-jo ditinggal sama Kak Bibi."

Jojo, dengan tangan mengusap mata itu mengadu pada Selika kenapa ia menangis sekarang.

"Loh, kok gitu?" Selika sedikit membungkuk, menopang kedua tangannya pada lutut.

"G-gak tau tuh. Jojo kan gak tahu jalan ke sekolah." Jojo semakin menangis, mengingat ia sudah ditinggalkan Bibi.

Selika tersenyum, menepuk-nepuk puncak kepala Jojo.

"Yaudah, perginya sama Kak Lika aja."

Jojo mengusap air matanya, tapi tangisnya belum berhenti. "Beneran ya, Kak. Jojo gak ditinggal lagi."

"Iya."

Selika menggandeng tangan Jojo, membawanya ke sepedanya.

Kemudian melirik Jojo lagi. Anak itu masih menangis. Selika tahu, anak-anak kalau sudah menangis memang susah diamnya. Makanya sekarang Selika sedang mengobrak-abrik isi tasnya.

"Nih, Kak Lika kasih permen. Tapi Jojo diem, ya?"

Selika membungkuk lagi, mengulurkan permen lolipopnya kepada anak itu sambil tersenyum. Untung Selika membawa banyak permen lolipop hari ini, jadinya bisa diberikan untuk membujuk Jojo agar tidak menangis. Sebenarnya permen-permen ini untuk bekalnya di sekolah nanti, karena Selika kan sudah punya janji untuk membelikan Lili es krim, jadi dia harus menghemat uang jajannya hari ini. Tapi karena Selika tidak bisa melihat anak-anak menangis terlalu lama, ya sudah.

Selika [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang