Petak Umpet

138 15 0
                                    

"Lili ... main yuk!"

Cacha, Bibi, Selika dan beberapa anak lain sedang memanggil Lili di rumahnya.

Mereka sudah berjanji untuk bermain petak umpet sore hari ini.

Tidak ada sahutan sama sekali.

"Lili! Jadi ikut main gak sih!" teriak Bibi kali ini dengan keras. Bibi adalah yang paling tidak sabaran di antara mereka semuanya.

"Gak nyaut-nyaut tuh Kak Lika." Bibi bersedekap, sambil mulutnya dimanyunkan ke arah Selika. Sebal sih, mereka sudah memanggil sejak tadi dan Lili tidak menyahut juga.

Tak lama setelah Bibi menggerutu, pintu dibuka, dan muncullah gadis kecil berusia lima tahun itu.

"Lili lama ih! Bibi sama yang lain kan capek nunggunya." Bibi langsung mengomeli Lili kecil yang baru keluar.

"Iya maaf. Lili tadi di belakang, jadi gak denger."

Lili menutup pintunya dan menghampiri mereka.

"Tau ah! Yang jelas Lili lama!"

"Udah-udah. Mau berantem dulu nih? Nanti keburu malam, kita gak jadi main dong." Selika menyela, melihat Bibi yang cemberut begitu. Dasar anak-anak.

"Iya-iya." Bibi mengalah juga.

"Ayok pergi."

Cacha berbalik duluan diikuti anak-anak yang lain.

Mereka akan bermain ke lapangan hari ini. Dan setelah itu, sesuai janji, Selika akan mentraktir es krim. Iya, Selika hanya berjanji pada Lili saja, tapi mereka semua kan temannya, jadi harus kebagian dong. Selika sih selalu begitu, dia tidak ingin membeda-bedakan teman-temannya. Semua anak-anak ini sama bagi Selika, dan Selika menyayangi mereka. Karena mereka adalah teman.

"Li, Kak Gaza boleh ikut gak?"

Gaza menyembulkan kepalanya dari pintu, memanggil keponakannya itu. Kemudian memaksakan senyum yang lebar sampai-sampai giginya kelihatan ketika semua mata menatapnya, tak terkecuali Selika.

Sebenarnya Gaza sudah menguping dari tadi, tapi dia agak malu untuk keluar.

"Gak tahu, tanya Kak Lika aja deh." Lili menyaut kemudian mengendikkan bahunya. Menatap ke arah Selika seolah-olah menanyakan apakah Gaza boleh ikut.

Selika menatap Gaza, kemudian tersenyum lebar, "Boleh dong. Semakin banyak orangnya kan semakin seru."

Selika mengacungkan ibu jarinya. Memberi kode kalau ia setuju-setuju saja.

"Boleh tuh, Kak." Lili menatap Gaza, menyampaikan jawaban Selika. Padahal Gaza sudah lihat sendiri loh tadi ya. Tapi, ya sudahlah.

Gaza keluar dari rumah. Memakai sandalnya kemudian mengekor di belakang anak-anak itu yang sudah berjalan lebih dulu. Mereka sudah seperti gerombolan bebek-bebek yang siap menuju sawah saja. Bergerombol dan teratur.

Seumur-umur Gaza belum pernah bermain dengan anak-anak seramai ini. Tapi ... karena ada Selika, apa salahnya?

Mereka tiba di lapangan. Sesuai rencana, mereka akan main petak umpet hari ini.

"Ngumpetnya gak boleh jauh-jauh loh ya. Batasnya rumah Kak Nessi di ujung sana, sampe rumah Pak Haji di ujung sana. Oke?" Selika menyebutkan aturan-aturan mainnya dan menunjukkan arah batas-batas di mana mereka boleh bersembunyi.

Sekitar tujuh anak termasuk Selika dan Gaza sudah berkumpul membentuk lingkaran. Mereka akan melakukam hompimpa untuk menentukan siapa yang berjaga.

"Hom pim pa ala ihum, gambreng!"

Mereka mengipas-ngipas tangan masing-masing dan di ujung lagu membalik tangannya.

Selika [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang