Selamat tinggal musim dingin.Selamat datang musim semi.
Merupakan hal biasa ketika gadis yang sedari tadi mengayuh sepeda putih dengan keranjang penuh bunga itu terus mengulas senyum kepada setiap orang yang ia temui. Menyapa dengan ramah para pejalan kaki pun tak lupa membagikan seikat bunga yang sudah ia rangkai dengan sangat cantik.
Berbagi sedikit kebahagiaan di hari pertama musim semi.
Setidaknya itu yang gadis berkulit pucat tersebut pikirkan.
Tak ada ruginya berbagi. Itu berarti kita peduli pada keadaan orang lain.
Yang gadis itu pikirkan sebenarnya sederhana. Ia tidak suka melihat seseorang bersedih. Menurutnya; Itu seperti kau memiliki bunga di depan halaman rumah, tapi tak pernah dirawat sehingga menjadi layu dan tidak cantik.
Bukankah itu sama halnya dengan kehidupan?
Percuma saja Tuhan memberikan kehidupan jika pada akhirnya tak dinikmati, dijaga, bahkan dirusak.
Atas dasar semua pemikiran itu, gadis yang kini memarkirkan sepedanya di depan sebuah rumah roti bercat senada dengan kayu tersebut selalu memaknai setiap hal dengan positif. Ia tidak segan menyapa orang asing yang ditemui ketika melihat mereka tidak dalam keadaan baik.
Seperti sekarang contohnya.
Membeli sepotong roti di pagi hari sebenarnya tidak ada dalam agenda kegiatan gadis itu hari ini. Tetapi ia rela melangkahkan kaki memasuki rumah roti tersebut ketika tahu bahwa gadis remaja yang saat ini menggenggam tangannya tengah menginginkan sepotong roti.
Siapa yang tega melihat seorang gadis manis hanya berdiri di luar toko, dengan keadaan baju yang kotor dan tak berani masuk, hanya karena alasan tidak mempunyai uang?
Tidak. Itu sangat buruk jika diabaikan.
Bau adonan tepung yang baru saja keluar dari panggangan langsung menyapa indera penciuman kedua gadis berbeda usia tersebut. Mencium bau roti hangat seperti ini telak membuat perut mereka berdemo meminta asupan.
Setelah berhasil tiba di depan sebuah etalase yang menyajikan berbagai jenis roti, patisserie, custard, pudding, pai, juga berbagai jenis dessert lainnya, gadis bernama lengkap Song Airen tersebut mulai memilih beberapa jenis roti dan dessert, lalu memasukkannya pada keranjang cokelat yang sebelumnya telah ia ambil di dekat pintu masuk.
"Miyeon-aa, apa lagi yang kamu inginkan?" tanya Airen sembari melirik gadis di sampingnya.
Namun, sebelum gadis bernama Miyeon tersebut menjawab, Airen kembali bersuara, "Eonnie membelikan beberapa bagel, roti gandum, roti isi coklat, kue sus, dan beberapa biskuit. Apa ini sudah cukup?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Pieces ✔️
Fanfiction[𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐥𝐢𝐨𝐧 𝐩𝐢𝐞𝐜𝐞𝐬] [ written in 𝐛 𝐚 𝐡 𝐚 𝐬 𝐚, 한국어; 𝐫 𝐨 𝐦] completed *** "Bahkan jika aku dan dirimu tidak ditakdirkan bersama pada akhirnya ... aku beryukur karena kau pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupku." *** [warni...