v. a missing handkerchief

163 44 21
                                    

Langit malam tampak menyapa tatkala gadis yang berada di antara kerumunan orang itu terus melangkahkan kakinya berjalan menjauhi area konser

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Langit malam tampak menyapa tatkala gadis yang berada di antara kerumunan orang itu terus melangkahkan kakinya berjalan menjauhi area konser. Tak hanya dirinya, orang-orang yang tadi terlarut dalam euphoria konser pun melakukan hal serupa; bergegas pulang ke rumah untuk beristirahat.

Airen sengaja keluar di saat-saat terakhir sebab gadis itu memang tidak terlalu suka berdesak-desakkan dengan orang lain. Ditemani Hana; teman setia menonton konsernya, Airen berjalan menuju pintu keluar sambil sesekali berbagi pendapat tentang konser yang barusan usai.

"Eonnie ... ingin pulang bersama? Kebetulan aku membawa mobil," tawar Hana, tepat seusai keduanya berhasil sampai di pelataran depan Olympic Hall KSPO Dome.

"Gwenchana (tidak apa-apa) Hana-ya, aku naik bis saja. Sudah malam, ibumu pasti khawatir," tolak Airen halus.

"Aniyeyo (tidak apa-apa), aku malah khawatir jika Eonnie pulang sendirian," keukeuh Hana yang tetap ingin mengantarkan Airen pulang.

"Aku ingin mampir ke suatu tempat terlebih dahulu. Jika kau mengantarku, itu artinya kau harus berputar arah dan tentu akan memakan waktu yang lama untuk kau sampai rumah, Hana-ya."

Sebenarnya, Airen hanya beralasan sebab tak ingin merepotkan Hana jika harus mengantarnya pulang terlebih dahulu. Beruntung, gadis itu akhirnya menurut dan tak lagi memaksa ingin mengantar Airen. "Algesseo (baiklah). Jika terjadi sesuatu, hubungi aku, eoh? Jangan pulang terlalu larut, Eonnie. Beristirahatlah," ujar Hana sembari memberikan Airen satu pelukan perpisahan.

Airen mengangguk. "Kau juga langsung pulang. Kasihan ibumu sendirian di rumah. Jangan mengebut, menyetirlah dengan hati-hati, Hana-ya."



***



Setelah menghabiskan waktu berjalan sekitar tujuh menit untuk sampai ke halte, Airen lantas mendudukan diri bersama dua orang lainnya yang ada di sana. Gadis itu cukup beruntung karena mendapatkan bis terakhir yang akan datang sepuluh menit lagi.

Airen kemudian memasukkan slogan dan lighstick-yang sedari tadi dijinjingnya pada sling bag cokelat tua yang tersampir di bahunya dengan hati-hati. Tak lupa gadis itu menghidupkan ponselnya yang sejak tadi ia matikan.

Tak lama berselang, ponsel Airen menyala. Beberapa pesan dan missed call dari teman-temannya berhasil memenuhi notifikasi ponsel gadis itu. Pun kini, muncul panggilan masuk dari Soojung yang Airen angkat seketika itu juga.

Belum sampai Airen mengeluarkan suaranya, Soojung sudah terlebih dahulu berteriak nyaring di seberang sana hingga membuat Airen refleks menjauhkan ponselnya dari telinganya selama beberapa detik.

Dirasa Soojung telah selesai berteriak, Airen kembali mendekatkan ponselnya kemudian berbicara. "Ya Tuhan ... kenapa kau hobi sekali berteriak, sih? Sudah malam, Jungie. Kau tidak takut dimarahi Bongshim Ajeosshi, apa? Arasseo (iya, oke). Aku sedang menunggu bis — iya-iya, langsung pulang. Kkeuno, eoh (aku tutup, ya)."

A Million Pieces ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang