xv. walk away

114 34 18
                                    

Dulu saat kecil, ketika musim semi tiba, Airen dan sang ibu akan menghabiskan hari dengan berkeliling kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Dulu saat kecil, ketika musim semi tiba, Airen dan sang ibu akan menghabiskan hari dengan berkeliling kota. Menikmati berbagai festival yang dapat dengan mudah ditemui di berbagai tempat, hingga berakhir menyisakan puluhan permen berbagai rasa yang gadis itu beli untuk dibagikan pada teman-teman sebayanya sebagai buah tangan favoritnya.

Airen sangat menyukai musim semi lebih dari apa pun. Baginya, semua musim adalah kebahagiaan. Namun, di musim semi, kebahagiaan menjadi berlipat-lipat kali lebih indah pun menakjubkan.

Contohnya saja, pemandangan di taman belakang gereja Basilica.

Saat musim semi, tempat itu akan sangat indah dipenuhi hamparan bluebells. Semburat jingga yang masuk melalui celah pepohonan oak telak membuat udara sejuk menguar ke berbagai penjuru taman.

Tidak terkecuali saat ini.

Taman itu masih terasa sama indahnya seperti dulu. Namun, perasaan membuncah yang dulu Airen rasakan tiap kali menghabiskan waktu di tempat ini seakan hilang. Tergantikan sepenuhnya oleh perasaan canggung begitu sosok yang selama ini dinanti-nantikan keberadaannya, secara tiba-tiba muncul dan berakhir mendudukan diri di bangku yang sama dengan dirinya.

"Kurasa, para nymph sedang sibuk bersenandung saat ini."

Airen terkesiap. Jantung gadis itu bertalu kencang saat suara berat yang berasal dari pria berambut hitam legam dengan belahan tengah itu bersuara, berusaha mengurai canggung yang terjadi sejak keduanya berhasil mendudukan diri di kursi taman penuh kenangan masa lalu keduanya, lima belas menit yang lalu.

Baik Airen maupun Jaehyun bingung bagaimana mengurai atmosfir canggung yang terjadi saat ini. Airen, gadis itu sudah seperti anak ayam yang baru saja keluar dari cangkang telurnya; tertegun di tempat pun tak berani barang melakukan sesuatu. Jaehyun lain lagi. Pria itu terlalu sibuk menetralkan debaran jantungnya yang berdetak di luar batas normal.

Airen sangat sadar dengan pria di sebelahnya yang sesekali mencuri pandang. Sekali lagi, gadis itu dapat mendengar Jaehyun berdehem dan bersuara, berusaha mendapatkan atensi dari Airen seutuhnya.

"Ibu Sera ...,"

Jaehyun tak bisa melanjutkan ucapannya begitu melihat sudut mata Airen bergetar saat dirinya menyinggung perihal mendiang wanita tua yang sangat dicintai anak-anak panti, tidak terkecuali mereka berdua.

Pria itu menurunkan pandangannya, berusaha menepis rasa sesak saat melihat keadaan Airen yang dirundung perasaan sendu.

"Kau pasti membenciku," lirih Jaehyun.

Airen ingin menyanggah kalimat itu. Namun yang dapat gadis itu lakukan hanyalah diam; menjadi pihak yang pasif dan berusaha mendengarkan kalimat demi kalimat yang akan keluar dari bibir pria masa lalunya tersebut.

A Million Pieces ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang