Setelah kejadian seminggu lalu yang sempat membuat punggung Airen mendapatkan satu suntikan pereda nyeri, keadaan Jukyung kini kian membaik. Ya ... meskipun terkadang masih sulit untuk diajak berkomunikasi sebab gadis itu terus mengurung diri di dalam kamar milik Soojung.Seungcheol juga masih setia menginap di rumah Airen. Berjaga-jaga, takut kejadian seminggu yang lalu bisa saja terulang kembali. Pria yang usianya terpaut empat tahun lebih tua dari Airen tersebut rela menahan sakit karena setiap malam harus meringkuk di sofa yang bahkan berukuran jauh lebih kecil dari tubuhnya demi menjaga Jukyung.
Soojung yang minggu lalu mendapat kabar tentang temannya itu pun sudah kembali dari Paris setelah menghadiri pameran fashion yang diadakan selama dua hari.
Keadaan rumah milik Airen dan Soojung kian terasa ramai ketika pagi ini, Seungkwan dan Seokmin yang datang langsung dari Busan, berkunjung untuk melihat keadaan sepupunya alias Jukyung.
Airen yang sedang memasak sesekali tergelak kala mendengar celotehan Seungkwan yang mampu terdengar hingga area dapur. Gadis itu juga bisa mendengar Soojung yang sesekali mengomentari fashion ketiga pria yang ada di sana dengan mulut tajamnya.
Saat Airen berjalan ke arah lemari pendingin untuk mengambil beberapa potong daging, gadis itu dikejutkan dengan seseorang yang sudah berdiri di belakangnya, lengkap bersama raut dungu khas Lee Seokmin.
"Aku tidak butuh wajah konyolmu jika kau ke sini hanya untuk itu, Oppa." Airen berujar sambil melengos; meninggalkan Seokmin yang masih saja memasang ekspresi yang sama saat pertama kali pria itu datang ke dapur.
Seokmin yang niat awalnya ingin menghibur Airen dengan jokes recehnya seketika dibuat mati kutu. Pria itu kemudian mengeluarkan tawa garingnya barang menutupi rasa canggung yang kini menghampiri. "Aku berniat mengambil cola tadinya, tapi sepertinya kau membutuhkan bantuanku, Airen-aa," ujar Seokmin, sembari mengambil alih sup tulang sapi yang mulai mendidih.
"Tidak apa-apa, aku bisa melakukannya sendiri. Memangnya kau tidak lelah, Oppa?" tanya Airen, tanpa repot mengalihkan fokusnya pada cabai yang sibuk ia potong.
Sambil meletakkan sudip yang ia pegang, Seokmin balik melemparkan Airen pertanyaan. "Kenapa aku harus lelah?"
"Busan ke Seoul itu cukup jauh. Setidaknya kau membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke sini," jelas Airen.
"Aku, 'kan kesini naik mobil, bukan berjalan kaki. Bagaimana bisa lelah?"
Ya Tuhan.
Jika saja membunuh orang itu tidak dilarang, Airen tentu dengan senang hati akan melakukannya saat ini juga.
Melenyapkan laki-laki yang selalu membuat stok kesabarannya habis ini dengan cara membuangnya ke laut hitam supaya dimakan hiu-hiu kelaparan yang ada di sana sekalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Pieces ✔️
Fanfiction[𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐥𝐢𝐨𝐧 𝐩𝐢𝐞𝐜𝐞𝐬] [ written in 𝐛 𝐚 𝐡 𝐚 𝐬 𝐚, 한국어; 𝐫 𝐨 𝐦] completed *** "Bahkan jika aku dan dirimu tidak ditakdirkan bersama pada akhirnya ... aku beryukur karena kau pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupku." *** [warni...