Jalanan sekitar Yongsan cukup padat meskipun langit terlihat akan mengeluarkan cairan beningnya. Beberapa orang kedapatan memegang payung sambil berjalan, menyiapkan diri jika tiba-tiba awan hitam itu menumpahkan isi di dalamnya.Gadis tinggi nan kurus yang tengah berjalan itu salah satunya. Kaki panjang berbalut stiletto merahnya bergerak cepat menyusuri jalanan yang ia lewati. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, menutupi kantung mata yang menghitam karena deadline pekerjaan ditambah kesibukannya mengurus apartemen yang baru ia tempati.
Tak sadar, langkah panjang gadis itu telah sampai tepat di depan gedung berlantai empat dengan keseluruhan bangunan berwarna hitam. Jemari lentiknya bergerak membuka panel kunci yang terpasang di depan pintu masuk; hendak memasukkan rangakaian angka yang sudah sangat ia hapal, tetapi sedetik kemudian, tangan itu berhenti. Gadis itu terdiam selama beberapa saat barang menimbang beberapa hal yang berkecamuk di kepalanya, hingga pada akhirnya memutuskan untuk memencet bell door setelahnya, alih-alih langsung memasukkan password apartemen yang kini tak lagi dihuninya.
Tak berselang lama, terdengar suara yang sudah sangat gadis itu hapal keluar dari monitor yang tertempel tak jauh dari bell pintu.
'Nuguseyo (dengan siapa ini)?' tanya salah seorang di dalam sana.
"Jeo (saya) ... Lee Jukyung imnida. Ajeosshi ... bisakah kau membukakan pintu ini untukku?" tanya Jukyung ragu.
Sesaat, tak ada jawaban yang keluar dari seseorang di dalam sana. Namun, tak berselang lama, pintu kaca di depan gadis bernama Jukyung tersebut tampak terbuka. Gadis itu lantas melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan dibuat kaget dengan kemunculan sosok tua berseragam hitam yang keluar terburu dari ruangan persegi tepat di samping pintu masuk.
"Eoh ... Ajeosshi ... Annyeonghaseyo," sapa Jukyung sambil membungkukkan sedikit tubuhnya, canggung.
"Agasshi ... oraenman-iyeyo (sudah lama tidak bertemu denganmu). Sudah satu bulan sejak terakhir kali aku melihatmu pergi pagi itu, apakah semuanya baik-baik saja?" tanya sosok tua itu, sedikit terkejut dengan kedatangan Jukyung hari ini.
Laki-laki tua yang bertugas menjaga keamanan apartemen tersebut sudah lama tak melihat atau mendengar kabar gadis baik di depannya ini. Pun pria tua yang akrab disapa Yoon Ajeosshi itu juga sering melihat pria yang menghuni salah satu unit apartemen yang sama dengan gadis di depannya ini membawa seorang gadis asing.
"Ne, gwaenchanseumnida (ya, semuanya baik-baik saja)," balas Jukyung, yang sedikit tak nyaman dengan tatapan menelisik Yoon ajeosshi itu.
"Ah, maaf jika aku lancang, tetapi ... kupikir Agasshi harus tahu tentang ini. Geu (itu) ... Tuan Hong ... aku beberapa kali melihatnya membawa seorang wanita ke mari," kata Yoon Ajeosshi dengan sangat hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Pieces ✔️
Fanfic[𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐥𝐢𝐨𝐧 𝐩𝐢𝐞𝐜𝐞𝐬] [ written in 𝐛 𝐚 𝐡 𝐚 𝐬 𝐚, 한국어; 𝐫 𝐨 𝐦] completed *** "Bahkan jika aku dan dirimu tidak ditakdirkan bersama pada akhirnya ... aku beryukur karena kau pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupku." *** [warni...