👧 19 👧

14K 819 3
                                    

Author pov

Dua gadis cilik dengan wajah serupa itu, tertidur pulas di atas ranjang berukuran kecil. Tangan dan kaki keduanya terikat oleh tali berwarna putih, begitu juga dengan mata mereka yang sudah dibalut dengan kain hitam.

Klek..

Pintu kamar itu terbuka, lalu menampilkan sosok pria yang membawa nampan berisi dua gelas air dan dua piring nasi beserta lauknya. Pria itu pun meletakan nampan yang ia bawa di atas nakas samping ranjang. Lalu ia menatap pada dua gadis cilik itu dan menampilkan senyum penuh arti.

" tidak kusangka akan semudah ini membawa kalian " ucap pria itu.

Ia pun membuka ikatan tali yang ada di tangan dan kaki dua gadis cilik itu lalu tak lupa ia juga membuka kain yang menutupi mata mereka.

Drtt....drrttt....

Ponsel di saku celana pria itu pun berbunyi, ia segera mengangkat panggilan itu.

" halo "

"....."

" sesuai perintah anda, saya membawa mereka ke apartemen "

"......"

" baiklah "

Setelah menerima panggilan itu ia keluar kamar dan mengunci pintu kamar itu. Meninggalkan dua gadis cilik yang masih belum sadar itu.

***

Tian pov

Kurapikan beberapa berkas yang akan ku bawa untuk meeting dengan Brahmantyo. Sebenarnya setelah mendengar cerita Tania, entah kenapa aku ingin sekali melampiaskan emosiku pada lelaki itu. Tapi mengingat ini menyangkut dua hal berbeda aku berusaha menahan diri dan bersikap profesional.

Tok..tok..tok...

" masuk " ucapku.

Lalu pintu terbuka dan menampilkan sekertarisku Risa " sudah waktunya meeting pak " ucap Risa.

Akupun mengangguk, membawa berkas keperluan meeting dan berjalan menuju ruang meeting yang ada di lantai 16.

" Pak Bram, maaf membuat anda menunggu " ucapku lalu menyalami Brahmantyo.

" tidak masalah, bahkan ada yang saya tunggu lebih lama dari ini " sahutnya lalu menyeringai penuh arti.

Aku mendengus saat berhasil menebak maksud terselubung dari ucapannya itu.

" kalau begitu silahkan duduk, kita langsung mulai saja " balasku berusaha menahan diri untuk tidak menghajar lelaki di depanku ini.

" sepertinya kali ini Pak Sutedja tidak ikut meeting " ucapku karena menyadari ia hanya datang seorang diri.

" iya, ayah saya banyak urusan. dan sepertinya untuk pembahan final ini cukup hanya dengan saya " sahutnya lalu menyilangkan kedua tangan di depan dada dan bersandar di sandaran kursi.

Aku tak menghiraukan sikapnya yang bak raja itu, kuberikan berkas yang akan kami bahas dan mulai membuka lembar pertamanya.

Tok..tok..tok..

Aku mengeram saat melihat Risa memasuki ruang meeting, padahal ia tahu kalau aku sangat tidak suka diganggu saat sedang meeting.

" jika bukan hal penting sebaiknya kau keluar " ucapku tanpa nematap kearah Risa.

" ada kabar dari rumah pak " bisiknya di telingaku.

Akupun diam dan membiarkan dia melanjutkan ucapannya.

Single Mom And Single Dad || CompliteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang