EXTRA PART III

13.9K 793 2
                                    

Setelah sore tadi menikmati sunset di pantai Kuta, kini kami berdelapan sedang menikmati makan malam di salah satu restoran dekat bibir pantai.

Seperti biasa aku sibuk menyuapi si kembar kecil, kadang aku juga sesekali menyuapi Mauren. Sejak Grien dan Zreen lahir, ia memang jadi lebih manja, terutama padaku. Awalnya aku tidak terlalu paham kenapa ia yang dulunya biasa saja tiba-tiba berubah manja.

Dan mendengar cerita Grisella, temanku juga guru Tk Ale dan Ele dulu. Katanya perubahan sikap Mauren itu wajar. Karena ia merasa perhatian ku padanya teralihkan ke si kembar, jadi membuatnya iri.

Ngomong-ngomong soal Grisel, dia juga sudah menikah dengan teman Tian, Wisnu. Mereka juga sudah di karuniai dua anak, laki-laki dan perempuan.

"Pah pulang yuk." Ajak Ale tiba-tiba. Ia baru saja kembali dari toilet bersama Ele.

"Loh kenapa? makanan kalian belum habis?" Tanya Tian.

"Iya, mending abisin dulu. Gak baik buang-buang makanan." Tambahku.

"Tapi kita takut Mah." Sahut Ele.

"Takut apa sih Kak?" Tanyaku.

"Tadi pas keluar toilet ada om-om aneh ngikutin kita Mah." Jelas Ale dengan wajah paniknya.

"Masa sih?" Tanya Tian, sambil memperhatikan sekitar.

"Iya makanya ayo pulang Pah. Kalo itu penculik gimana?" Ucap Ele.

"Jangan lebay deh Kak. Siapa juga yang mau nyulik kalian, yang ada rugi mereka." Ucap Rouen yang langsung ku hadiahi tatapan tajam.

"Huss. Kalian ini ya ngomongnya." Tegurku.

"Lagian Kakak lebay banget Mah. Bisa aja om itu habis dari toilet juga. Kan toilet cowo sama cewe sebelahan." Sahut Rouen.

"Kamu jangan sok tau ya. Jelas-jelas dia jalan ngikutin kita." Balas Ale tak terima.

"Dari pada ribut mending kalian habisin makan kalian. Habis itu kita balik ke villa." Ucapku.

"Sini biar aku yang nyuapin mereka, kamu makan aja." Ucap Tian. Aku mengangguk lalu memberikan piring yang aku pegang padanya.

"Oren, bolanya simpen dulu ya. Kalau main terus makannya gak abis-abis nanti." Ucapku sambil berusaha mengambil bola karet yang di mainkan Mauren.

"Argh. Oren mau makan sambil main." Sahutnya, sambil menarik bola itu dari tanganku.

Alhasil bola karet itu malah terbang dan berpindah ke meja lain, yang ada di belakangku. Aku segara bangun dan menghampiri meja itu, karena merasa tidak enak pada pengunjung yang sedang makan disana.

"Maaf, saya tidak bermaksud melepar bola kesini." Ucapku.

"Iya tidak apa-apa." Sahut seorang wanita lalu mengambil bola yang jatuh di mejanya. Untung saja tidak sampai masuk kedalam makanan mereka.

"Terima kasih." Aku mengambil bola itu. Lalu mengangguk padanya juga pada laki-laki yang berada di sampingku.

Betapa terkejutnya aku begitu menyadari laki-laki itu. Dua belas tahu tidak bertemu, ternyata ia tidak berubah banyak. Bahkan aku masih bisa mengenalinya dengan jelas.

"Hai. Lama tidak ketemu." Sapanya.

Aku hanya mengangguk kikuk, bibirku rasanya kelu untuk menyahuti ucapannya.

"Gimana kabar kalian?" Tanya lelaki itu.

"Baik Kak. Kak Bram gimana?" Sahut ku. Ya, lelaki itu adalah Kak Bram. Mantan suamiku sekaligus ayah dari kedua putri kembar ku.

Single Mom And Single Dad || CompliteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang