Aku menatap kearah Ale dan Ele yang kini sudah duduk di tempat tidur samping bangsalku, keduanya sedang asik menonton acara kartu favorite mereka di ponsel Tian.
" papa mau tanya sebentar sama kalian, kemarin kalian kemana? kenapa tiba-tiba pergi? " tanya Tian seolah mengerti kegelisahaan ku sejak tadi.
Aku memang sudah menceritakan tentang pertemuanku dan kak Bram kemarin, serta ketakutanku akan ucapannya yang akan mengambil Ale serta Ele dari kami. Karena itulah semalam aku bersih keras untuk kembali ke Jakarta, setidaknya aku akan merasa lebih aman disana karena ada mama dan papa yang membantuku menjaga anak-anakku. Reaksi Tian saat aku menceritakan itu tentu saja sesuai prediksi, Tian tentu tidak terima. Tapi ia lebih berusaha untuk menyikapi itu dengan kepala dingin dan tenang.
Aku juga lumayan gelisah karena harus menebak-nebak apa saja isi dari amplop yang diberikan kak Bram kemarin, karena aku hanya membaca sekilas saja sehingga sekarang aku sudah tidak ingat lagi. Akupun tidak tahu meninggalkan amplop itu dimana, karena aku baru teringat saat sedang bercerita pada Tian.
" kemarin? " sahut Ele.
" waktu mama beli jus, kalian kemana? " balas Tian.
" oh, kemalin aku sama Ele mau ambil mainan yang ketinggalan soalnya kan mama suka malah kalo mainan aku sama Ele hilang. telus ketemu temen mama " sahut Ale lalu kembali menatap kearah layar ponsel.
" pa " panggil Ale.
" ehm " sahut Tian.
" masa om temen mama bilang kalo om itu papa aku sama Ele " jelas Ale sambil menatap bingung kearah Tian.
" terus gimana kalian bisa sama om yang nganter kalian? " tanya Tian mengalihkan pembicaraan, aku tahu Tian juga sama syoknya sepertiku yang tidak menduga kak Bram akan mengatakan hal itu pada Ale dan Ele.
" pas kita ketempat jual jus mama gak ada, kita cari-cari tepi gak ketemu. terus aku sama Ale nangis, abis itu di tolongin sama om itu sampe ketemu mama sama papa " jawab Ele.
" mama " panggil Ele.
" iya " sahutku.
" mama, maaf mainannya pas aku sama Ale cari udah ilang " balas Ele dengan raut wajah sedihnya.
" iya gak apa-apa " sahutku.
" boleh beli balu ya ma? " pinta Ale.
" hah? "
" Ale mau buat istana pasil lagi. Boleh beli balu ya? " pintanya lagi.
" nanti ya, karna sore ini kita pulang kerumah " bukan aku yang menjawab tapi Tian.
Aku, Ele dan Ale kompak membelalakan mata.
" kenapa pulang pa? Ale masih mau disini " protes Ale.
" aku juga " tambah Ele.
" kamu serius? tapi kata kamu gak bisa? " tanyaku bingung.
" iya, aku udah konsultasi sama dokter katanya gak apa-apa. dan buat jaga-jaga aku juga udah minta dokter itu buat ikut penerbangan " jawab Tian.
" tapi kan-- "
" udah, gak perlu dipikirin. masalah kerjaan udah aku urus sama Wisnu sama Ferdy " lanjutnya, seolah mengetahui isi pikiranku.
" Ele gak mau pulang! " prostes Ele sambil mengerucutkan bibirnya.
" Ale Juga! " tambah Ale.
" hmm. yaudah, berarti kalian tinggal berdua ya disini, papa, mama sama dede mau pulang " balas Tian.
" papa!! " bantah keduanya, berhasil membuatku terkekeh geli karena saat merajuk mereka terlihat sangat menggemaskan.
" kenapa? " sahut Tian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mom And Single Dad || Complite
RomantizmJudul sebelumnya When Single Mom Meet Single Dad BELUM REVISI Christian Handaja, kehilangan orang yang dicintainya dimasa lalu terpaksa mengubah statusnya menjadi Single daddy dari gadis cilik bernama Aleana Christy. Tania Darson ditinggal suami dem...