EXTRA PART IV

18.2K 936 15
                                    

Bram's pov

Iri. Mungkin itulah satu kata yang bisa menggambarkan perasaanku saat ini.

Bagaimana tidak, saat ini aku melihat kedua putri yang ku sedang bercengkrama dengan lelaki yang mereka panggil 'papa'

Rasa-rasanya tidak salah jika mereka menolak dan tidak mau mengakui diriku. Karena pada kenyataanya memang Tian jauh lebih pantas menjadi papa mereka.

"Papa, Key mau minum." Ucap Key yang sudah berdiri di hadapanku. Aku langsung mengambil gelas yang ada di atas meja sampingku lalu membantu Key untuk minum.

Selesai minum Key kembali bermain dengan anak Tania dan Tian yang aku tahu bernama Rouen dan Mauren.

Tepukan di pundak kananku membuat aku langsung menoleh, ternyata Tian menghampiriku. Ia duduk persis di sampingku.

"Bersabarlah sedikit lagi, mereka hanya perlu waktu." Ucapnya.

Aku mengangguk sambil tersenyum getir. "Ini memang hukuman yang harus aku jalani."

Aku menghela napas lalu memandang Ale dan Ele yang asik berdua. "Dulu aku terlalu berambisi dengan uang sampai terbujuk rayuan Papa dan mengorbankan mereka." Lanjutku.

"Papa."

"Emm?" Aku bergumam sambil menautkan alis menatap Key.

Tanpa menjawab Key menghampiriku lalu langsung duduk di atas pangkuanku. Putriku ini memang sedikit manja. Aku bersyukur dengan kehadirannya serta istriku, karena mampu mengisi kekosongan di hatiku.

Aku mengelus rambutnya sambil menepuk-nepuk pelan pahanya. Ia memang sudah biasa seperti ini jika sudah mengantuk.

Tidak terlalu lama Key pun sudah terlelap. Akupun berinisiatif untuk membawanya ke kamar.

"Aku ke kamar dulu." Ucapku pada Tian, ia pun mengangguk ringan.

Setelah meletakan Key di tempat tidur dan menyelimutinya, aku kembali keluar kamar.

Ruang tamu yang tadinya cukup ramai kini sepi sekali.

Hanya ada Ale dan Ele yang kini menonton tv. Sedangkan yang lain tidak tahu kemana? Bahkan istriku yang sejak tadi pergi dengan Tania dan anak kembarnya sampai sekarang belum kembali.

Dengan sedikit canggung aku pun menghampiri mereka.

"Ehem."

Setelah berdeham untuk mengurangi ke canggungan aku ikut duduk di sofa yang ada di samping mereka.

Mereka pun terlihat sama canggungnya dengan ku.

Kriuk...

Aku menoleh kearah mereka, entah siapa  mengeluarkan suara perut itu.

"Kalian laper?" Tanyaku.

"Ah, iya Om." Sahut Ale sambil meringis.

"Kalo begitu biar saya buatin makanan." Balasku.

"Gak perlu Om, tunggu Mama pulang aja. Jangan repot-repot." Sahut Ele dengan nada sedikit ketus.

Sesak. Itulah yang aku rasakan sekarang. Ternyata Ele benar-benar tidak bisa menerimaku.

"Tidak apa, biar saya buatkan. Kebetulan saya juga laper."

Aku pun langsung berdiri dan menuju dapur.

Dengan kemampuan memasak yang seadanya aku membuat roti ini atau sandwich yang sangat sederhana.

Ku letakan piring berisi 3 potong sandwich itu ke atas nampan serta dua gelas jus jeruk.

Single Mom And Single Dad || CompliteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang