16. Dito dan Permintaannya

678 87 2
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.
.

Semenjak insiden kulit ayam itu, aku mendadak merasa canggung berdekatan dengan pak Bima. Aku ini bukan wanita bodoh yang tak menyadari gelagat Dito yang terang-terangan seperti mendeklarasikan adu senjata dengan pak Bima. Mendadak aku yang burik, buluk dan budug ini merasa menjadi wanita cantik hingga layak diperebutkan dua pria berbeda generasi itu.

Apalagi intensitas perhatian Dito yang kian hari kian meningkat seringkali membuatku kehilangan kata-kata. Dimulai dari tindakan sederhana seperti membawakan macchiato kesukaanku, memutar playlist Frank Sinatra --dengan dia yang ikut bersenandung sampai dengan hal besar yang membuatku gugup saat ia memberikan jaketnya dikala hujan disaat aku menunggu taksi online pesananku.

Tingkah Dito bahkan tertangkap mata karyawan yang lain hingga membuat bu Asri --yang sepertinya didapuk menjadi perwakilan penyalur suara para karyawati sampai nekat menyeretku ke pantry dengan sekantung pertanyaan besar.

"Kamu ada hubungan spesial ya sama si Dito?"

"Astaga bu, jangan bilang ibu cemburu?"

Bu Asri memukul bahuku pelan, "Ngawur kamu. Ibu ini bukan emak-emak penikmat daun muda kayak si Dito. Malu sama cucu."

"Habisnya ibu tiba-tiba nge-interogasi saya."

"Ibu pikir, kamu mau serius sama si Bimbim."

Aku melotot tak percaya. Meski aku sudah menduganya, tapi mendengar perwakilan suara orang-orang kantor begini tak ayal membuatku merasa nge-hits setara dengan para selebritis, seperti Cecillia Judith begitu?

"Bu, saya sama pak Bima gak ada apa-apa."

Bibirnya mengerucut, "Tapi ibu kok lihatnya gak gitu ya?"

"Ibu terlalu banyak nonton sinetron."

"Serius, T."

"Saya serius, bu." Aku menekankan.

"Jadi, pilih yang mana."

Aku menggeleng tegas, "Tidak ada pilih memilih, bu."

"Masa iya kamu mau embat dua-duanya."

"Astagfirullah, bu! Saya bukan wanita murahan seperti itu."

"Ya makanya kamu jangan bikin orang salah paham, kalau bahasa keren-nya tuh jangan PHP-in anak orang."

"Saya gak nge-PHP-in siapapun!" Nada suaraku naik satu oktaf.

Bu Asri mengamati sekitar, seperti tengah mengawasi takutnya ada yang menguping pembicaraan kami. "Begini T, saya juga pernah ngalamin berada di posisi kamu. Kalau kamu biarkan berlarut-larut begini bisa-bisa kamu nyakitin banyak orang. Tinggalkan atau ambil, biar kamu gak jadi wanita jahat yang kasih harapan palsu."

Wanita jahat

Wanita jahat

Aku... wanita jahat?

Berkat ceramah bu Asri, aku kehilangan fokus saat bekerja karena terngiang-ngiang kata-kata ajaibnya. Kepalaku serasa ditimpa beton yang ratusan ton beratnya dan membuat tubuhku mati rasa. Aku paham betul dengan perkataan bu Asri, namun hati kecilku ngeyel dan membantah semua tuduhannya.

Selama ini aku bersikap baik pada pak Bima hanya karena dia adalah atasanku, tentu saja aku harus bersikap patuh dan loyal. Tidak ada maksud lebih, kalaupun dalam faktanya selalu ada sesi baper-baper yang membuat pipi bersemu, namun secara murni kukatakan aku tak memiliki perasaan spesial untuk pak Bima, aku nyaman bersamanya, aku senang tertawa dengan Kayla, namun... menjadikan ia sebagai teman hidupku aku harus berpikir ulang.

It's Start From Fortune Cookies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang