"Sebanyak apapun lo mencoba buat deketin gue, gue nggak akan pernah takluk sama lo"
- Jean AdelineSeperti biasa geng Grexda setiap istirahat akan selalu berada di Kantin. "Tugas lagi Ray?" tanya Arvin pada Ray yang sibuk menjawab soal-soal dari LKS. Berbeda sekali dengan teman-temannya yang kini tengah sangat menikmati makanan yang mereka santap.
Ray pun menganggukkan kepalanya masih sibuk menjawab soal-soal. "Lo kenapa terobsesi banget sih sama tugas?" tanya Galen yang duduk disebelahnya.
"Ya, biar gue pinter lah, gue nggak mau jadi oon kayak lo." Galen menoyor kepala Ray merasa kesal dengan ucapannya barusan.
"Sombong banget ya lo mentang-mentang pinter," ucap Galen pertengkatan kedua sahabatnya membuat Arvin terkekeh geli. Kemudian ia memperhatikan Elvano yang sedari tadi sibuk menatap ke satu arah.
Merasa penasaran dengan apa yang sejak tadi dilihat oleh Elvano, Arvin ikut menolehkan kepalanya dan menaikkan kedua alisnya ternyata yang Elvano perhatikan sedari tadi adalah Jean.
"Ck, kalau lo mau deketin Jean deketin aja sana nggak usah dilihatin dari jauh kayak gini." Elvano menatap tajam Arvin yang duduk di hadapannya. Sedangkan yang ditatap merasa biasa saja mendapati tatapan maut dari Elvano. "Siapa bilang gue perhatiin dia? gue nggak perhatiin dia jangan sok tau deh lo," elaknya.
"Gue tau ya lo daritadi perhatiin dia. Kenapa lo nggak deketin dia aja? takut nggak berhasil lagi Atau.."Arvin menggantungkan ucapannya kemudian nyaris berbisik ia melanjutkan, "takut lo yang duluan jatuh cinta lagi?"
Elvano lantas beranjak dari kursinya membawa nampan makannya mengabaikan panggilan teman-temannya yang menanyakan perihal mau kemana laki-laki itu. Elvano ingin menunjukkan pada Arvin bahwa ia tidak akan jatuh cinta dengan Jean. Ini hanyalah sebuah permainan.
Elvano pun duduk di hadapan Jean mengabaikan tatapan tajam yang diberikan gadis itu padanya. "Ngapain lo duduk disini?"
"Makan lah," sahut Elvano santai.
"Kan banyak tempat duduk kosong ngapain sih lo duduk disini?" Jean masih menatap Elvano dengan tatapannya yang dingin itu.
"Gue maunya makan sama lo,"Elvano menatap kedua mata amber milik gadis itu.
Jean beranjak dari duduknya ingin pergi dari sana namun buru-buru Elvano memegangi pergelangan tangannya, "duduk aja disini gue nggak gigit kok."
Jean mendengus kesal dan kembali duduk dikursinya tadi. Kemudian tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Diam-diam Elvano tersenyum melihat Jean yang akhirnya mau menurut padanya. Ia yakin sekali tidak lama lagi Jean akan luluh padanya.
Pulang Sekolah...
Justin buru-buru ke kelas Jean "Jean gue nggak bisa anterin lo pulang nih mendadak disuruh kumpul sama tim futsal gue. Sorry ya."
Jean menggelengkan kepalanya, "nggak apa buruan sana pergi gue bisa pulang pakai angkutan umum."
"Sorry banget ya Jean." Jean menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Justin. Kemudian Justin pun melangkahkan kakinya menjauh.
Ia memang tidak boleh selalu bergantung pada sahabatnya terus. Pulang selalu di antar bahkan pergi ke Sekolah saja diantar. Walaupun sebenarnya Justin lah yang memaksa Jean.
Awalnya Jean selalu menolak namun, karena selalu dipaksa akhirnya ia mau. Orang tua mereka juga sudah kenal dekat dengan orang tua Justin. Hingga kedua orang tua Jean mempercayakan anak mereka pada Justin untuk selalu menjaganya di Sekolah.
YOU ARE READING
DARE
Teen FictionIni semua berawal dari sebuah tantangan yang diberikan sahabatnya pada Elvano untuk mendekati Jean Adeline si Putri Es hingga menjadi sebuah cinta yang berujung pada kepedihan dan penyesalan.