"gue diem bukan berati gue lemah"
-Jean AdelineSetelah Klara pulang, Elvano dan Jean masih melanjutkan jalan-jalan mereka. Tiba-tiba saja Jean ditarik ke dalam sebuah Arcade Game. "Gue lagi nggak kepengen main El," ujar Jean menarik tangan Elvano agar berhenti. "Nggak ada penolakan kita harus main." Elvano kembali menarik Jean.
Sedangkan Jean menghela napas pasrah ditarik oleh Elvano. Sesampainya di dalam Elvano memberikan kartu bermainnya untuk Jean gunakan. "Beneran boleh gue pake?" tanya gadis itu ragu menerimanya. "Boleh lah lo mau main apa duluan?"
Jean mengalihkan pandangannya kemudian tatapannya tertuju pada mesin capit boneka. "Main itu." Jean menunjuk mesin capit itu dengan mata berbinar membuat Elvano terkekeh pelan dan mengacak gemas rambut Jean. "Katanya tadi nggak mau main kalau gitu ayo."
"Lo mau dapetin yang mana?" Elvano menanyakannya sambil melihat-lihat boneka yang ada didalam mesin capit. "Gue mau dapetin yang harimau,"
"Cocok sama lo sama-sama galak."
Jean menatap tajam Elvano yang tertawa disebelahnya lalu ia menggesekkan kartunya dan memulai permainannya. Percobaan pertama gagal membuat Jean bergumam kesal kemudian ia mencobanya lagi dan gagal.
Aktivitas itu berulang hingga lima kali tapi tetap saja gagal. "IH KESEL. Nggak dapet-dapet mesinnya curang nih." Jean memukul-mukul tombol untuk mengambil boneka tersebut dengan marah.
Elvano menggeser pelan tubuh Jean kemudian menggesek kartunya. Hanya dengan sekali percobaan Elvano berhasil mendapakannya. "Yess dapet," Elvano mengambil bonekanya dan memberikannya pada Jean.
Jean masih diam mematung tidak percaya, "gimana caranya lo dapetin cuman sekali main?" Elvano tersenyum bangga kemudian berucap, "Main gini tuh butuh skill makanya gue bisa."
Jean mendengus merasa menyesal menanyakan hal itu pada Elvano. Kemudian mereka memainkan banyak permainan hingga mereka merasa lelah dan bosan.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Elvano mengantarkan Jean pulang. Sesampainya dirumah, Jean membuka pagar rumahnya dan masuk ke dalam.
"Sampai ketemu besok ya," ujar Elvano. Sebelum ia melajukan motornya ia sempat melambaikan tangannya pada Jean membuat Jean
tersenyum.Jean cukup terkejut saat masuk ke dalam rumahnya ia melihat mamanya masih duduk di sofa ruang tamu sambil menonton TV. Mendengar bunyi pintu tertutup mama Jean menolehkan kepalanya dan tersenyum menatap putrinya.
"Mama udah liat tadi. Itu siapa pacar kamu ya?" tanya mama Jean menggoda putrinya.
Jean langsung menggelengkan kepalanya, "bukan kok ma. Bukan pacar Jean."
Mamanya tersenyum kemudian berkata, "mama nggak apa-apa kalau kamu pacaran. Mama nggak larang tapi carilah laki-laki yang baik."
Jean menganggukkan kepalanya kemudian naik tangga untuk menuju kamarnya Namun, ia menghentikan langkahnya dan berbalik badan "ma," panggil Jean sehingga mamanya menolehkan kepalanya menatap putrinya kembali.
"Elvano laki-laki yang baik kok," ujarnya disertai senyum tipis kemudian ia melanjutkan kembali langkahnya menuju kamarnya.
****
Hari ini di jam istirahat kedua Jean duduk ditempat biasa yaitu di Taman Sekolah di bawah pohon beringin. Ia ingin duduk santai menikmati semilir angin sambil membaca novelnya akan tetapi, sepertinya ia harus mengurungkan niatnya itu.
Tidak jauh dari tempat Jean duduk Lapangan basket sedang ramai dengan murid-murid. Sorakan para murid terdengar sangat keras sehingga mengganggu Jean yang ingin membaca novelnya. Jean memang hampir tidak pernah menonton pertandingan basket Sekolahnya.
Tapi untuk kali ini entahlah Jean akan mencoba menontonnya. Ia mendekati Lapangan dan duduk di salah satu kursinya. Sepasang netranya membulat karena terkejut saat melihat Elvano adalah pemain basket dan akan bertanding melawan Sekolah lain. Dan yang lebih mengejutkan ia merupakan ketua tim basketnya.
Tanpa sadar Jean terus menatap Elvano hingga tiba-tiba Elvano yang sedang berbincang dengan teman setimnya mengalihkan pandangannya dan menatap Jean. Selama beberapa detik pandangan mereka bertemu Elvano pun melayangkan flying kiss pada Jean.
Hal itu membuat Jean langsung memutus kontak mata mereka dengan mengalihkan pandangannya. Aksi Elvano tadi membuat para siswi yang menontonnya heboh seolah-olah merekalah yang diberikan flying kiss tersebut. Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya itu untuk Jean.
Di tempat lain Klara yang juga menonton pertandingan Elvano untuk mendukungnya mengikuti arah tatapannya dan melihat Jean. Hal itu sontak membuat emosinya memuncak. Ia harus memperingati gadis itu agar tidak mendekati Elvano. Elvano hanya miliknya.
Seusai pertandingan basket yang dimenangkan oleh SMA Garuda. Ya, itu benar tim Elvano memenangkan permainannya. Jean sedikit pulang terlambat sehingga hanya dirinyalah yang tersisa di Kelas. Jean mengambil tasnya dan keluar Kelas. Kemudian ia memberhentikan langkahnya saat sebuah suara menginterupsinya.
"Eh lo Jean."
Jean menatap gadis berparas cantik yang kini sudah berdiri di hadapannya. Jean menunjuk dirinya sendiri sambil mengerutkan dahinya bingung.
"iya lo. Lo tau siapa gue?"
"Nggak," sahut gadis itu dengan suara dinginnya dan raut wajahnya yang datar.
"Gue Klara. Sahabatnya Elvano," ucap Klara dengan kedua tangan bersedekap di dada.
Jean mengangkat sebelah alisnya "lalu?"
"Lo suka sama Elvano?" tanya Klara langsung ingin ke intinya.
"Memangnya kenapa?"
Klara menatap Jean dengan tatapan sebal, "lo nggak boleh deket-deket sama dia."
"Kalau gue nggak mau?" tanya Jean menantang.
Jujur saja saat ini kesabaran Klara sudah habis. Emosinya sudah meluap ia melayangkan tangannya ingin menampar pipi Jean tapi dengan sigap Jean menahannya.
"Lepasin gue," Klara berusaha menarik tangannya dari cengkraman kuat Jean. Jean menatap Klara dengan tatapannya yang tajam, "lo nggak berhak buat nyuruh gue jauhin Elvano dan gue kasi tau ke lo ya cari lawan itu yang setimpal. Mau nampar gue? nanti dulu. Gue bukan cewek lemah seperti yang lo pikir."
Kemudian Jean melepas tangan Klara dengan kasar dan melewatinya sambil sengaja menabrakkan bahunya pada bahu Klara. Hal itu membuat Klara makin geram. Ia menghentakkan kakinya ke lantai dengan keras merasa kalah dengan Jean.
Kemudian Klara tersenyum sinis, "awas aja lo Jean suatu saat nanti bakal gue balas. Tunggu aja"
Sesampainya di rumah, Jean langsung menuju kamarnya. Baru saja ia ingin mandi sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselnya. Jean membuka ponselnya dan membaca pesan yang berasal dari nomor tidak dikenal.
'Hai Jean'
Jean membaca pesan tersebut dengan bingung kemudian mengetik pesan balasan.
'Ini siapa ya?'
Ting
Sebuah pesan balasan masuk lagi.
'Ini gue Robert. Mantan pacar lo.'
Saat itu juga ponsel yang ia pegang terjatuh di lantai. Ia mundur perlahan menatap ponselnya dengan pandangan ketakutan. Jantungnya berdegup kencang dengan keringat dingin mengalir membasahi dahinya.
Laki-laki itu. Bagaimana bisa dia mendapatkan nomornya?
***************Hai Guysssss....
Gimana nih chapter kali ini? kalau aku merasa agak kurang nih sorry banget yaa 😞. Btw bagian akhirnya dramatis sekali ya hahahah. Kira-kira Jean sama Robert di masa lalunya kayak gimana ya sampai si Jeannya bisa ketakutan kayak gitu? kalau mau tau pantengin terus ceritanya ya...
Makasi buat yang baca chapter kali ini jangan lupa untuk meninggalkan jejak dengan vote dan comment.... hehehe.
Sampai bertemu di chapter berikutnya.... 🥰
YOU ARE READING
DARE
Teen FictionIni semua berawal dari sebuah tantangan yang diberikan sahabatnya pada Elvano untuk mendekati Jean Adeline si Putri Es hingga menjadi sebuah cinta yang berujung pada kepedihan dan penyesalan.