"Gue suka liat cara lo tertawa, Jean."
***********
Untungnya Jean jam segini orang tuanya masih bekerja dan akan pulang nanti malam. Jean ditemani oleh bibi pembantu rumahnya untuk menjaga Jean selagi orang tuanya bekerja.
Untungnya orang tuanya sedang bekerja jika ada orang tuanya tentu saja ia bingung harus bilang apa jika ia habis di tampar oleh seorang laki-laki disekolah.
Tentu saja bibi yang melihat kedatangan nona Jean tampak begitu kaget dengan kondisi sedikit memar di bagian pipinya. tanpa berbasa basi lagi bibi langsung menghampiri dan bertanya padanya.
"Non, kenapa memar itu? siapa yang pukul nona?" tanya bibi panik.
"Tenang bi nggak apa-apa kok. Ini tuh jatuh tadi ," kata Jean berbohong.
"Tidak mungkin non, jangan berbohong pada bibi," jawab bibi menatap Jean.
"Hmm aku memang nggak bisa berbohong pada bibi, bibi ingat Robert?" tanya Jean.
"Robert? teman smp nona itu?" tanyanya terkejut.
"Iya, dia pindah kesekolahku sekarang. Tadi pagi dia baru saja menamparku," ucap Jean menjelaskan.
"Benar-benar kurang ajar sekali anak itu! nona apakah nona tidak apa satu sekolah dengan dia?"tanya bibi mulai khawatir dengan keadaan nonanya.
"Aku juga tidak yakin bi, karena seperti yang bibi tau tentang masa lalu ku dia bisa berbuat nekat sesuka hati dan aku masi takut tentang itu," Jean menatap bibinya itu.
"Tentu saja nona masi sangat ketakutan melihat dia. Saya tau itu tapi tenang saja nona saya akan membantu nona kapan saja saat nona membutuhkan saya. Kalau begitu mari bibi kompres dulu memarnya." Kemudian bibi lalu mengajak Jean duduk diruang tamu untuk mengompres pipinya.
"Oke bi, makasih," jawab Jean disertai senyuman di wajahnya.
****************
Sekarang waktu sudah menujukan pukul 06.23 yang berarti Elvano akan segera menjemputnya sesuai janjinya. sebenarnya jika tidak dipaksa Jean tidak akan keluar jalan-jalan dengan laki-laki di saat-saat seperti ini. Tapi ia merasa harus berbalas budi dengan Elvano sehingga ia menuruti saja permintaanya.
Setelah tadi bibi selesai mengompres memar Jean, ia langsung kembali ke kamarnya untuk mandi dan ganti baju lalu menunggu Elvano menelpon dirinya.
Setelah 20 menitan akhirnya Elvano menelpon Jean menandakan jika sudah sampai lalu Jean berpamitan dengan bibi dan langsung keluar rumah.
"Cepet banget dah lo sampai baru juga jam 06.45," ujar Jean.
"Iya gue pengen cepet-cepet ketemu lo," jawab Elvano dengan cengirannya yang menyebalkan.
Sambil memasang wajah datarnya dan mendengar perkataan Elvano Jean langsung naik ke motornya. Elvano yang melihat kelakuan Jean tampak senyum-senyum sendiri 'lucu juga ni cewek' batin Elvano dan langsung melajukan motornya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh akhirnya mereka sampai di sebuah mall yang berada di tengah-tengah kota. Mall Cempaka.
"Gila gue udah lama banget nggak ke sini," kata Jean sesampainya di Mall.
"Serius? lo kemana aja sampai nggak sempet ke mall?" tanya Elvano heran dengan gadis disebelahnya.
"Nggak ada waktu dan nggak ada temen yang mau nganterin."
"Lo emang anaknya jarang bergaul atau gimana sih?" tanya Elvano lagi.
"Nih gue kasi tau sejujurnya aja gue nggak terlalu suka dan nggak tertarik temenan sama orang asing dan gue emang anaknya dari dulu jarang banget ngomong makanya gue dibilang dingin sama orang-orang," sahut Jean menjelaskan.
"Akhirnya lo ngomong lebih dari dua kalimat ke gue, btw trus kenapa lo bisa sedeket itu sama Justin?" tanya laki-laki itu mulai penasaran.
"Terpaksa deh gue ngomong panjang lebar sama lo sampe pipi gue yang memar nih mulai kesakitan lagi biar lo paham." Elvano tertawa pelan mendengar perkataan Jean barusan kemudian mendengarkannya lagi.
"Soal Justin dia adalah sahabat pertama gue karena emang dari kecil gue deket banget sama dia dan udah gue anggep saudara dan kalo sama dia rasanya gue bisa lakuin apa aja sesuka gue," kata Jean sambil memegangi pipinya yang memar untungnya sudah tidak sesakit tadi sejak bibi mengompresnya dan suda tidak terlalu terlihat.
"Beruntung banget ya si Justin, gue jadi iri," jawab Elvano sambil memasang wajah sedih yang dibuat-buat membuat Jean mengulum senyumnya.
"Gue geli liat kelakuan lo."
"Kalau dilihat-lihat sekarang kita jadi deket ya?" tanya Elvano mengalihkan pembicaraan.
"Nggak tuh gue nggak merasa," singkat Jean.
Lalu mereka lanjut berjalan jalan melihat-lihat sekitar mall. Di tengah-tengah perjalanan Jean melihat suatu barang yang begitu menarik perhatiannya dari jarak jauh.
Dengan cepat ia berlari kecil menuju toko tesebut. "Eh el bentar ya gue mau liat-liat barang disana," ucap Jean bersemangat lalu pergi meninggalkan Elvano. lagi lagi elvano dibuat gemas dengan tingkah lucu Jean.
Karena tidak tertarik dengan barang yang di jual di toko itu akhirnya Elvano memutuskan untuk menunggu Jean di depan toko tersebut sambil memainkan ponselnya.
Rupanya, tanpa diketahui Jean maupun Elvano ternyata Klara juga ada di mall tersebut sedang berbelanja. Klara yang habis pulang berbelanja melewati toko yang didatangi Jean dan Elvano. Klara yang terkejut melihat keberadaan Elvano disana langsung menghampirinya.
"Elvano?" tanya Klara bingung melihat keberadaan Elvano di Mall.
"Eh Klara kok lo bisa disini?" tanya Elvano yang juga kaget melihat keberadaan Klara.
"Iya, biasa lah gue habis belanja. Lo ngapain di Mall tumben?" tanya Klara balik.
"Emm gue...gue lagi nemenin si Jean," jawab Elvano ragu ragu
"Hah?! Jean?" pekik Klara terkejut.
"Sttt, gila lo kecilin suara lo," panik Elvano.
"Lo udah sedeket itu sama si cewek nyebelin itu?" tanya klara tidak percaya.
"Hmm ya bisa dibilang gitu" jawab Elvano yang tak tahu harus bilang apa lagi.
"Gue tau ini bagian dari misi lo kan, kalau gitu semangat dan inget lo nggak boleh baper sama dia dan dalam waktu sebulan lo harus bisa jadiin dia pacar dan putusin dia," jelas Kalara menegaskan.
"I...iya kok ini mah cuman misi gue aja," jawab Elvano berbohong. Padahal sebenarnya Elvano sudah mulai tertarik dengan si Jean.
Klara yang sudah bisa membaca raut wajah sahabatnya ini yakin seratus persen bahwa ada yang disembunyikan dari Elvano dan memang sudah dari hari ke hari terakhir ia tampak curiga dengan sifat Elvano yang tak seperti biasanya.
Klara yang takut jika sahabatnya ini benar-benar jatuh cinta dengan Jean mulai berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bukan hanya karena takut sahabatnya diambil orang lain melainkan dia juga tak terima jika orang yang ia sukai selama beberapa tahun diambil oleh seseorang yang sangat ia benci.
Ya benar, Klara mengakui bahwa ia menyukai Elvano. Sahabatnya sendiri
***************************
HAII GUYSS....
Gimana untuk chapter kali ini??
Semoga aja kalian suka ya..
Inget yang baca jangan lupa untuk di vote dan comment ya makasiii ❤️
YOU ARE READING
DARE
Novela JuvenilIni semua berawal dari sebuah tantangan yang diberikan sahabatnya pada Elvano untuk mendekati Jean Adeline si Putri Es hingga menjadi sebuah cinta yang berujung pada kepedihan dan penyesalan.