"Gue takut kalau suatu saat nanti gue bakal kehilangan lo."
-Elvano Savian AltezzaPerlahan-lahan Jean mulai membuka kedua matanya. Ia langsung memposisikan badannya yang tadinya berbaring menjadi duduk. Kedua maniknya terlihat menelusuri semua bagian dari ruangan ini. Ini bukan Kamarnya. Tapi, anehnya Jean merasa familiar dengan ruangan ini.
Saat itulah pintu terbuka dan terlihat Robert yang sedang berdiri menatapnya sambil memegang mangkuk disalah satu tangannya. Hal itu membuat Jean beranjak dari kasur tersebut dan menatap Robert dengan pandangan was-was saat laki-laki itu mulai mendekatinya. Tubuhnya kembali bergetar karena ketakutan.
"Tenang aja gue nggak bakal sakitin lo," ujar Robert dengan raut wajahnya yang terlihat santai berbeda dengan Jean yang terlihat pucat karena ketakutan. Bagaimana tidak? Barusan ia dicekik oleh Robert dan kini ia sedang berada dirumahnya.
"Makan ini." Robert menjulurkan mangkok berisi bubur pada Jean. Sedangkan Jean tidak kunjung menerima mangkok tersebut dan memandangi bubur tersebut. Dipikirannya saat ini terlintas hal-hal yang bersifat negatif.
"Gue nggak kasi racun cepetan makan!" Mau tidak mau Jean menerimanya. Jujur saja ia juga kelaparan saat ini. Setelah itu Robert keluar dari kamar itu meninggalkan Jean.
***
Disisi lain Elvano sedang mencari-cari Jean yang tidak kunjung ketemu. Elvano mengacak rambutnya merasa frustrasi. Ia memiliki firasat buruk dan untuk sesaat ia sungguh berharap hal yang dipikirannya tidak terjadi.
Elvano merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya guna menghubungi seseorang. "Justin lo tau alamat rumahnya Robert?"
"Rumahnya Robert? Mau ngapain lo?" tanya Justin di seberang sana.
"Udah cepetan kasi tau aja."
"Oke oke gue kirimin alamatnya."
Kemudian sambungan terputus. Dan sebuah notifikasi masuk muncul di ponsel Elvano. Tanpa menunggu lebih lama lagi ia menuju motornya dan melajukannya ke alamat yang dikirim Justin.
Sesampainya di Rumah itu Elvano langsung menekan bel rumah itu berkali-kali dengan tidak sabaran. Hingga pintu terbuka dan Elvano langsung memukul Robert tepat di wajahnya. Tidak terima dipukul seperti itu Robert balas memukul Elvano dan mengenai pipinya.
Cukup sudah, kesabaran Elvano sudah habis ia tidak bisa lagi mengontrol amarahnya. Ia pun menendang Robert tepat di perutnya hingga membuat Robert sedikit terpental dan tersungkur di lantai. Tidak hanya itu, Elvano memukul kembali wajah Robert.
Ia menarik kerah bajunya, "DIMANA JEAN?"
Jean yang mendengar keributan itu dan mengenali suara Elvano langsung berlari keluar. Ia menatap tidak percaya pemandangan di hadapannya saat ini. Sebelum Elvano hendak melayangkan kembali pukulannya, Jean buru-buru berlari dan memegangi lengan Elvano.
"Sudah cukup El!" ujarnya setengah berteriak. Perlahan Elvano menurunkan tangannya ia menolehkan kepalanya dan menatap Jean. Ia langsung menarik Jean ke dalam pelukannya dan mengusap pelan kepala Jean. Jean membalas pelukan Elvano dengan sebelah tangannya yang menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkan Elvano.
Elvano pun melepaskan pelukannya. Kedua tangannya menangkup pipi Jean. "Lo nggak apa-apa kan?" Jean menggeleng pelan.
"Beneran nggak apa-apa kan? dia nggak macem-macem sama lo kan?" Jean memegangi tangan Elvano yang menangkup pipinya. "Beneran nggak apa-apa."
YOU ARE READING
DARE
Teen FictionIni semua berawal dari sebuah tantangan yang diberikan sahabatnya pada Elvano untuk mendekati Jean Adeline si Putri Es hingga menjadi sebuah cinta yang berujung pada kepedihan dan penyesalan.