Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Bab 1 - Rotasi

65.6K 8.8K 257
                                    

"Gue pikir, lo udah kasih laporannya ke Pak Liam, Lun!" Seruan nyaring Vivian menggema di satu ruang divisi marketing & sales pada hari Senin. Tangannya yang meremas pinggiran map hijau teracung tinggi di depan wajah Luna.

Luna merasa weekend-nya sudah berantakan gara-gara mendengar nama Liam sekaligus melihat penampakan laki-laki itu dalam waktu singkat. Apalagi mengingat Tante Erni yang dengan menggebu-gebu menyuruh Luna pindah ke tempat Liam. Dan beberapa saat lalu, dia mesti lari-larian dari bank karena mendapat telepon darurat dari kantor.

Jujur saja, lari siang-siang bolong itu tidak asyik. Lalu, begitu sampai di kantor, malah mendengar cerewetan Vivian. Tiba-tiba saja Luna menyesal karena meninggalkan urusan bank demi menghadapi rekan kerjanya yang lagi kena serangan panik.

"Vi, please banget. Semua orang di kantor ini juga tahu, asmen gunung es itu nggak pernah nongol di kantor hari Senin," ucap Luna setenang mungkin. "Lagian, sebelum pergi tadi, gue udah cek ke ruangannya. Nggak ada Pak Liam. Masa iya, laporan sales gini gue taruh sembarangan? Matilah kita, bisa-bisa kena damprat si asmen gunung es!"

Mata Vivian yang pakai softlens cokelat langsung melebar. Perempuan yang ngaku-ngaku blasteran Belanda itu langsung melempar tatapan ke Gautama, si supervisor.

Dari gesturnya, Luna langsung tahu Tama-gochi pasti akan menegurnya alih-alih Vivian. Tama-gochi itu selalu memihak yang bisa dirayunya. Sambil menahan jengkel, Luna menyambar map hijau dari tangan Vivian. Tanpa basa-basi lagi, menuju divisi operasional.

Seenggaknya ada tiga hal yang mesti Luna hadapi ketika menuju divisi operasional.

Pertama, divisi operasional itu ada di lantai 19. Artinya, Luna mesti naik satu lantai dari lantainya berada sekarang, dan naik tangga darurat lebih cepat daripada menunggu lift.

Kedua, sebelum benar-benar sampai di divisi operasional, Luna masih harus melewati koridor panjang yang diisi beberapa divisi lain.

Dan ketiga, biasanya kalau sudah melewati koridor itu, buntutnya pasti tidak ada yang enak.

"Luna, mau ke mana?" tanya Pak Yunus begitu Luna berhenti dekat pintu ruang divisi product development. Mata pria itu berpindah ke map di tangan Luna. "Ke ruang Pak Liam?"

Luna melirik pria berjenggot tebal di depannya. "Pak Yunus mau titip sesuatu?" tebaknya.

Sebuah cengiran langsung merekah di wajah Pak Yunus. Pria itu meminta Luna menunggu sebentar, sementara dia mengambil barang di dalam ruangan. Tak lama, Pak Yunus sudah keluar sambil menyerahkan sebuah map hitam berlogo Nusa Pharmacy kepada Luna.

"Ini laporan perkembangan untuk produk VitaHeal yang terbaru," ucap Pak Yunus.

Luna mengangguk. Setelah berpamitan, Luna langsung menuju tangga darurat menuju lantai sembilan belas. Begitu masuk, dia langsung menangkap lambaian tangan Bu Farida dari dalam kaca ruang quality assurance. Wanita berambut pendek itu tersenyum lebar dan meminta Luna masuk ke ruangan itu.

"Kamu mau ke ruangan Pak Liam, kan?" tanya Bu Farida ketika Luna menghampiri meja wanita itu dekat jendela. Senyum pasta giginya belum luntur dari bibirnya. Kemudian wanita itu menumpuk map biru di atas map lainnya di tangan Luna. "Saya sekalian titip ini. Itu hasil evaluasi kualitas produk VitaHeal."

"Oh ...." Luna bergumam paham.

"Sekalian, ini titipan juga. Tentang nama dan hak cipta VitaHeal. Anak humas juga tanya kapan bisa press release buat VitaHeal," sambung Bu Farida sambil meletakkan map merah tambahan. "Titip, ya, Luna. Thank you!"

Entah Luna mesti merutuk gara-gara struktur bangunan gedung kantornya atau malah karyawan-karyawan Nusa Pharmacy yang merepotkannya. Dia sampai keki sendiri saking banyaknya memegang map laporan divisi lain, apalagi mesti menyampaikan pesan-pesan dari Pak Yunus dan Bu Farida tadi.

PostscriptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang