Dua Belas

105 23 1
                                    


Selamat membaca ^^







Selamat membaca ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Hari demi hari Yerin lewati di tahun 1991. Semua itu karena ada Yeonjun yang selalu mengisi hari-hari Yerin. Apa saja keseharian Yerin ketika menunggu Yeonjun sekolah? Yaitu dengan ikut berjualan dengan salah satu tetangganya.

Menurut Yerin, itu bukan sesuatu yang memalukan. Justru itu adalah hal yang sangat menyenangkan baginya. Semasa hidupnya, ia tidak pernah mersakan bekerja keras seperti ini.

Jadi, Yerin sangat bersyukur kembali ke masa ini. Karena Yerin bisa merasakan bagaimana seseorang bekerja dengan keras untuk endapatkan uang.

Yerin berjualan cepat saji di jalanan pasar yang sangat ramai. Yerin tidak memasak. Ia hanya mengemasi makanan itu dan memberikannya ke pada pembeli.

Dengan cara membantu berjualan, Yerin bisa membantu perekonomian Yeonjun yang jauh dari orang tua.

“Yerin, apa kau bisa membantuku?” tanya wanita paruh baya yang memiliki warung jongko ini.

“Bantu apa, Bi?” tanya Yerin.

“Tolong kau masak ini ya, aku ingin ke kamar mandi sebentar,” ucap Bibi Han sambil berlari ke arah WC umum.

Yerin menatap bahan-bahan masakan yang akan Bibi Han masak. Tangannya dengan cekatan memasukkan beberapa bahan dan bumbu pada masakannya. Jika Bibi Han tahu kalau masakan Yerin itu seenak masakan restoran, pasti Bibi Han akan menyuruh Yerin setiap hari.

“Tumben, kau memasak,” celetuk Yeonjun yang sudah ada di sebelah Yerin.

Yerin sedikit terkaget, karena Yeonjun datang dengan tiba-tiba.

“Kau ini, kenapa mengagetkanku Yeonjun,” protes Yerin.

“Habisnya kau sangat serius,” cicit Yeonjun. “Tumben, kau memasak,” lanjut Yeonjun.

“Bibi Han sedang ke kamar mandi,” jawab Yerin. “Apa, kau sudah makan?” tanya Yerin.

Yeonjun menggelengkan kepalanya. “Belum, aku tidak nafsu makan tadi,” jawab Yeonjun.

Yerin menyisikan masakan Bibi Han yang sudah matang tadi. “Bawa ke rumah, nanti sebentar lagi aku pulang. Cepat, sebelum Bibi Han melihatnya!” usir Yerin pada Yeonjun.

Yeonjun terkekeh lalu pergi karena Bibi Han tampaknya sudah berjalan ke arahnya. Yeonjun berjalan dengan gesit, karena takut Yerin kena omelan Bibi Han.

“Tadi Yeonjun?” tanya Bibi Han.

“Iya Bi, dia baru pulang sekolah,” jawab Yerin.

Warga di desa itu awalnya bingung siapa Yerin sebenarnya. Terus, mereka pun bingung kenapa Yerin tidak ikut bersekolah dengan Yeonjun. Padahal, Yerin 1 tahun di bawah Yeonjun.

Jika ada yang bertanya kenapa Yerin tidak sekolah, Yerin dengan tegas menjawab. ‘Aku tidak memiliki uang untuk bersekolah. Tapi, aku sudah pintar. Jadi aku ingin membantu Bibi Han saja dari pada bersekolah.’ Jawaban Yerin itu membuat semua yang bertanya menjadi bungkam.

Sesudah di izinkan untuk pulang, Yerin langsung pulang dengan wajah ceria. Sepertinya, ia sudah terbiasa tinggal bersama Yeonjun.

Para tetangga selalu menanyakan, kenapa Yerin biasa saja satu rumah dengan seorang lelaki. Biasanya, seorang wanita yang masih gadis selalu tidak enak jika berduaan dengan seorang pria.

Tapi, Yerin, kan, sudah menikah dengan Taehyung dan hidup bersama Taehyung. Jadi, ia sudah terbiasa dengan hal itu.

“Hey! Kau, mau ke mana?” tanya Yerin ketika berpapasan dengan Yeonjun.

“Jalan-jalan,” jawab Yeonjun.

“Kenapa tidak mengajakku?” tanya Yerin lagi.

“Aku baru saja ingin menjemputmu. Tapi kau sudah ada di sini,” timpal Yeonjun.

Yerin tersenyum manis dengan mata yang menghilang. “Mau ke mana?” tanya Yerin yang sudah berjalan bersebelahan.

“Entah, aku hanya ingin berjalan di sekitar Sungai Han. Sudah lama aku tidak pergi ke sana,” ujar Yeonjun.

Mendengar nama Sungai Han, lagi-lagi Yerin teringat Taehyung. Tempat pertama kali Taehyung dan Yerin bertemu.

Sepertinya Yerin sudah terbiasa jalan kaki saat ini. Masalahnya, saat Yeonjun mengajak Yerin pergi ke rumahnya waktu itu, Yerin sangat kaget, karena jarak rumah Yeonjun dan daerah rumah Yerin saat itu sangat jauh.

Saat ini, bus dan taxi jarang sekali di pergunakan oleh para warga. Apalagi, tempat tinggal Yeonjun termasuk daerah terpencil.

Sesudah sampai di Sungai Han, Yerin menelusuri seluruh sudut tempat itu. Banyak yang berubah. Tempat pertama kali Taehyung dan Yerin bertemu pun, Yerin tidak bisa menemukannya.

“Kau mencari apa?” tanya Yeonjun.

“Aku mencari kursi bercat  hitam,” ucap Yerin.

“Tidak ada kursi di sini. Pemerintah sangat pelit, hingga tidak mah memberikan satu kursi saja,” protes Yeonjun dengan bibir yang di majukan.

“Tapi, di masa depan, di sini akan banyak kursi dan tempat ini akan lebih indah,” kata Yerin.

“Apa kau memiliki kenangan dengan Taehyung, di sini?” tanya Yeonjun.

Yerin mengangguk. “Iya, Sungai Han adalah tempat bersejarah bagi kami berdua. Karena di sinilah, aku bisa bertemu untuk pertama kalinya dengan sosok lelaki yang paling aku sayangi,” curah Yerin.

“Kalau jodohmu di ganti, bagaimana?” celetuk Yeonjun.

“Maksudnya?” Yerin tak mengerti, apa yang Yeonjun ucapkan.

“Bagaimana, jika jodohmu di masa depan itu, aku, bukan Taehyung,” ucap Yeonjun.

Yerin terdiam. Benar juga, jika ia kembali ke masa depan nanti, apakah ia akan bertemu dan hidup bersama lagi dengan Taehyung? Atau, ia malah akan hidup bersama Yeonjun.

“Jika kau memang di takdirkan Tuhan menggantikan Taehyung, aku akan menerimanya,” jawab Yerin, sambil berjalan meninggalkan Yeonjun.
























Memang takdir tidak dapat di ubah, tapi, jika takdir benar-benar berubah, dan aku tidak akan bertemu denganmu lagi, aku hanya ingin berterima kasih, setidaknya aku pernah hidup denganmu – Curahan hati Yerin untuk seorang Kim Taehyung, yang sudah tenang di alam sana.







Back in Time [TAERIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang