GWS .09.

25 6 0
                                    

Sebelum membaca harap tinggalkan jejak berupa vote and comment.

◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼

Kamu tidak tahu aku sedalam samudra, jadi berhenti seolah-olah kamu adalah orang paling terluka.

-----

Bruk

" auch! " ringis kesakitan itu berasal dari seorang gadis cantik yang sudah jatuh terduduk kelantai dengan indahnya.

Koridor yang sepi menguntungkan gadis yang jatuh karena kecerobohannya sendiri yang tidak melihat ada tulisan ' lantai licin ' di koridor penghubung kelas regular dan unggulan tersebut.

" aduhh! Bokong berharga gue. Ni juga lantai pake lic- "

Uluran tangan gemetar dari depannya membuat Teya berhenti merutu pada lantai dan mendongakkan kepala untuk melihat sang empunya tangan.

Ngapa tangannya gemeter? Gugup karena mau nolongin gue?

Seketika mata cantik Teya membulat sempurna saat tahu siapa yang mengulurkan tangan gemetar didepannya.

Rafa mengulurkan tangannya pada Teya untuk berniat menolong sambil menahan tawanya melihat Teya yang tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba terjatuh mencium lantai.

Ya, penyebab tangan gemetar Rafa karena menahan tawanya, Teya saja yang terlalu percaya diri mengira Rafa gugup?

Teya yang sudah ingin menggapai tangan tersebut mengurungkan niatnya saat tahu orang itu adalah orang yang menyebalkan.

" l-lo gak mau dibantuin? Oke lah. Gak repot gue " ujar Rafa yang sudah menetralisir hasrat ingin tertawanya yang berganti dengan nada menyebalkan khasnya.

" gak butuh " ujar datar Teya sambil berdiri dan mengelap roknya yang sedikit basah.

" lo kalo mau ketawa, ketawa aja " kata Teya sewot saat melirik Rafa yang masih terkikik geli melihatnya.

" bwahahahaaha ha ha " tawa lantang Rafa pecah seketika saat mendapat izin dari Teya.

Teya hanya memutar bola mata malas dan melanjutkan langkahnya untuk ke kantor.

" Teya! "

Teya hanya menoleh pada Rafa dan menaikkan satu alis bermaksud bertanya.

" lo bener mau kekantor dengan rok basah kayak gitu? " tanya Rafa heran.

Teya membulatkan matanya dan memegang rok bagian belakangnya.

Ahh, iya basah!

" nih hoodie gue. Iket dipinggang lo " ujar Rafa sambil memberikan hoodie yang memang sedari tadi dia kenakan.

***

" Tey! Jawab ga hoodie itu dari siapa " desak Abel yang kepo akan hoodie yang dikenakan seorang Teya. Jelas Abel heboh, karena selama ini temannya yang satu ini tidak pernah bercerita tentang siapa orang yang disukainya. Teya selalu mengelak kalau ditanya.

Dan lihat sekarang sahabatnya sedang memakai hoodie yang sudah jelas kepunyaan laki-laki.

" Bel, Bel masa lo gak sadar kalo itu punya si Rafa. Noh liat aja orangnya yang tadinya pake hoodie sekarang gak pake " sahut Laya sambil mencat kukunya dengan warna hitam.

" ilang kemana coba tuh hoodie, pas balik-balik tadi udah gak ada? Ya, pasti sama Teya lah " lanjut Laya.

" wah, iya! Ada hubungan apa tuh? Ya Tey? " kata Abel setelah menengok ke arah Rafa dan menengok ke Teya yang masih memainkan ponselnya entah membuka apa.

" apa? " yah, hanya 'apa' respon dari Teya ketika sahabat-sahabatnya sudah ngomong panjang lebar.

Laya dan Abel hanya berdecak gemas melihat tingkah menjengkelkan Teya.

" kenapa sih? Tadi kalian tany- "

Duk

Tiba-tiba sebuah bola voli melayang kekepala Teya. Ya walau tidak terlalu keras tapi tetap saja sakit.

Seketika kelas yang ribut berubah jadi hening dan menengok ke arah Teya.

" siapa nih yang ngelempar bolanya?! " kata pertama itulah yang keluar setelah keheningan terjadi. Yang pastinya datang dari bibir seorang Teya.

Wui, Fa. Ngaku sono

Bisikan itu dapat terdengar oleh Teya yang langsung menatap cowok yang sudah maju duluan.

" gue yang lempar " ujar Rafa santai.

" ck! Denger ya, ini tuh kelas bukan tempat main bola! Jadi kena kepala gue kan! " oceh Teya sambil memeluk bola voli tersebut.

" ya salah lo aja yang duduk disitu " jawab santai Rafa.

Masih bisa santai ya nih anak.

" kok jadi salah gue?! Kan ini kursi gue! Kalian aja lah yang harusnya main bola jangan dikelas " balas Teya yang tidak mau disalahkan. Ya memang Teya tidak salah kan

" terserah lo deh, sini balikin bolanya " ujar Rafa sambil maju kedepan hendak mengambil bola dari tangan Teya.

" gak boleh " jawab Teya sambil menyembunyikan bola dibalik tubuhnya.

Namun dengan kilat Rafa mengambil bola tersebut dan dengan sengaja mendorong pelan Teya.

" hih, kok bisa keambil sih " kata Teya menatap tajam Rafa.

Rafa dan teman-temannya hanya tersenyum miring lalu melanjutkan permainan sambil mencibir Teya.

-----

WARNING!!!

Wah jadi di part ini isinya Teya and Rafa ya

Besok kelanjutannya kayak gimana ya?

Kalau penasaran terus ikuti ya ceritanya

Tombol vote terdapat di pojok kiri anda


GET WELL SOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang