15~kelimabelas

200 9 3
                                    

"Moment itu tercipta tampa di sengaja"

      Ketukan langkah sepatu terdengar jelas di koridor kelas,pak iden masih menyapu lapangan raib menghirup udara pagi yang masih bersih tampa polusi, mentari yang masih malu-malu menampakan diri memancar indah di wajah raib.

"Pagi pak iden"sapa raib

"Eh raib, pagi. Cepat bener neng ke sekolah nya"

"Iya pak, ada tugas mau ke perpus, duluan ya pak"

Pak iden menganggukan kepala melanjutkan pekerjaan nya.

Raib menyelusuri setiap rak, mencari buku biologi,tangan nya mencoba maraih buku itu, tak sampai. Raib berusaha lagi menjijitkan kaki nya. Tiba-tiba sebuah tangan meraih buku itu.

"Maka nya tinggi" raib menatap tajam cowok yang kini ada di depan nya.

"Gue nggak mintak bantuan samo lo"

Cowok itu tersenyum jail "oh gitu " buku biologi itu kembali ke tempat nya.

"Tu ambil aja sendiri nggak mau di bantuik kan"

Raib menggeram, menahan kesal nya pada cowok yang entah dari mana ini yang tiba-tiba dateng membawa masa lalu raib.

"Eh, zi tunggu dulu"dave cepat menahan tangan raib.

"Berhenti panggil dengan sebutan yang yang membuat gue jijik"ujar raib penuh penekanan.

"Ok ok, sorry raib"

"Apa mau lo"suara raib sangat ketus mungkin membuat siapa saja yang mendengar nya ngeri sendiri.
Tapi dave harus sabar menghadapi raib, Ini demi kembaran nya.

"Gue mau ngelurusin semua nya"

"Gue nggak punya urusan sama lo"

"Emang, tapi lo punya urusan sama devon"

Nafas raib terasa berhenti,amarah nya terasa memuncak. raib berlari cepat. Hingga tak sengaja menabrak vino.

"woi jangan lari, tangung jawab dulu"
Teriak vino namun raib tak memikirkan nya berlalu begitu saja di koridor kelas.

Vino melihat dave yang mengejar raib. "Anak baru itu punya masalah apa si sama raib, apa mungkin punya hubungan kali" batin vino.

Suara lonceng berbunyi membuat para siswa dengan semangat melangka ke luar kelas mengisi perut yang dari tadi merontak mintak di isi.
"VINOOO...... GUE RINDUU BANGETT SAMA LO"

Vino yang hendak duduk hampir saja terjatuh mendengar teriakan itu, bukan saja vino tapi seisi kantin memandang ke asal suara.

Orang itu berlari ke arah vino memeluk cowok itu.
"Apaain si lo, jijik gue"vino mendorong kuat tubuh sahabat nya itu.

"Ya ela, sans aja kali. Tadi mau nya kayak flim-flim india gitu"

"Ogah gue" cowok itu hanya cengengesan.

Siapa lagi kalau bukan langit sanggara, sahabat vino termasuk incaran para cewek, langit itu nganteng,so pasti. Cool, kaya,punya mulut manis banget apalagi soal ngombalin cewek. Yang pasti nya buaya.

Badboy & coolgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang