.
.
.* * *
"Iya, aku takut..."
Sougo terdiam beribu bahasa. Ia sengaja menutup mulutnya rapat-rapat agar Kagura melanjutkan kalimatnya, agar gadis di sampingnya ini mulai meluapkan emosi di dalam dirinya yang selama ini dia pendam.
Apa?
Ada apa dengan dirimu?
Apa yang kau takutkan? Apa yang kau inginkan untuk kembali?
Apa Kagura? Apa...?
"Kupikir... Dengan membawa kembali Sadaharu, kami bertiga akan kembali seperti sedia kala---tertawa bersama, menangis, berteriak, mengais rezeki, hidup juga bersama..., aku tidak mengerti mengapa..."—
Si Gadis bermanik sewarna laut itu menjeda kalimat dengan tarikan nafas panjang.
"Aku tidak mengerti, setelah bertemu dengan Shinpachi hari ini justru membuatku lemah, aku tidak ingin menghadapinya, aku masih belum pantas untuk berdiri di depannya...."
Kagura menaikkan kakinya dan menekuk lututnya, ia lingkarkan tangannya juga memeluk kakinya itu. Menutupi suara detak jantung yang tak beraturan ini, menormalkan hembusan nafas menyesakkan dan tersekat ini. Ia tidak ingin menangis di dekat Sougo, ia tidak ingin terlihat lemah di depan rivalnya.
Aku tidak mau mengatakan ini padanya, aku tidak ingin menceritakannya, tetapi..., kalau aku terus menahannya juga akan berbahaya. Si Sadist itu pasti menjahiliku lebih parah dari ini..., batin Kagura yang tengah bersusah payah menahan tangisannya.
"Lalu...?"
Sougo membuka mulutnya yang secara tak langsung ia meminta Kagura untuk melanjutkan sesi curhatnya agar perasaan gadis bercepol itu lebih baik.
"Sudah pernah kubilang awal itu kan? Yorozuya hancur karena aku, karena keegoisanku...—"
"Aku.... Aku tidak mau bertemu mereka dulu..."
Kagura membenamkan wajahnya pada lekukan kaki indahnya itu, menutupi semuanya dan bersikap layaknya Kagura pada Sougo secara normal. Mereka berdua tidak pernah seperti ini, yang selalu mereka lakukan ketika berdua hanyalah bertarung, bertarung, dan bertarung. Jangankan duduk bersama di satu bangku seperti ini-mereka berdua bahkan tak ingin berbagi oksigen di ruangan dan tempat yang sama.
Ini aneh, Kagura merasakan itu.
Okita Sougo berbeda dengan dirinya yang dulu, seorang sadist yang selalu mengganggunya dan menyebalkan itu kini tak ada baunya sama sekali. Kagura tidak begitu merasakan aura menjengkelkan itu lagi untuk saat ini.
Kenapa ya kira-kira...?
Senja pun cepat berlalu, langit malam yang gelap pun kini menggantikan suasana sore yang tenang tadi. Cahaya-cahaya cilik mulai bermunculan perlahan menghiasi kegelapan ini, orang-orang yang berlalu lalang tadi berangsur-angsur berkurang. Kini sudah jamnya para penggila kerja pulang, waktunya kumpulan manusia-manusia ini untuk beristirahat dan bercengkarama ria dengan keluarga mereka masing-masing di rumah.
Sougo memperhatikan semua perubahan suasana yang terasa cepat ini, menikmatinya, merasakannya...
Aah... Ini benar-benar klasik, duduk bersama gadis manis dan menikmati berakhirnya senja. Tidak buruk..., pikir Si Surai Pasir dengan senyuman tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
RomansaKagura yang baru pulang dari menjelajah ruang angkasa mencari tujuh buah bola naga untuk menyelamatkan Sadaharu, Shinpachi yang menetap di Edo dan Gintoki yang berkelana mencari kitab suci. Ada banyak hal yang berubah termasuk Sougo Okita yang menja...