"TUBIR"

23 8 2
                                    

"SAKURA ARTHABELLA!" suara nyaring Pak Hendry membangunkan lamunan Sakura

"Eh, saya pak?" Tanya Sakura.

"Iya kamu! Siapa lagi! Kamu merhatiin pelajaran saya ga, sih?" Tegurnya.

Sakura hanya cengengesan. Tidak merasa bersalah sama sekali.

"Bapak mau diperhatiin? Cie" kata Sakura.

"Apa-apaan kamu? Kamu kerjakan soal nomor 1 di papan tulis!" Perintah Pak Hendry.

Sakura menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tadi gua udah nyenggol lu berkali-kali tapi lu nya ngelamun terus" kata Violet.

Sakura tersenyum masam. Ia sama sekali tidak mengerti rumus-rumus fisika Pak Hendry.

"Ayo, tunggu apa lagi? Isi. Keburu jam saya habis"

"Saya gangerti, pak" jawab Sakura seadanya.

"MAKANYA KALO PELAJARAN SAYA TUH PERHATIIN! JANGAN NGELAMUN AJA!" Nada Pak Hendry makin tinggi. Ia berbicara begitu sambil menjewer telinga Sakura.

"Sekarang kamu hormat ke bendera merah putih sampai jam pelajaran saya selesai" perintah Pak Hendry.

"Tapi, pak...."

"Tidak ada tapi-tapian! Kamu bagaimana bisa membanggakan bangsa? Perilaku kamu saja begini. Sana keluar dan hormat pada bendera!" Titah Pak Hendry.

"Saya kan baru sekali ngelamun di pelajaran bapak. Masa udah dihukum? Saya kan juga mau belajar , supaya bisa membanggakan bangsa" kilah Sakura.

"Kamu udah tiga kali saya panggil tapi ga menyahut! Tunggu apa lagi? Hormat pada bendera. Mumpung belum terlalu siang!"

Sakura mendecih. Ia lalu menuju lapangan dan hormat pada bendera. Ah sialnya, hari ini kelas Bagas sedang pelajaran Olahraga. Dan guru olahraga mereka tidak masuk. Jadi kelas 11 IPS  4 Free class hari ini.

"Ciaaa, Sakura dihukum yaaa?" Goda Ibram.

Sakura hanya mendelikan matanya. Ibram ini benar-benar cowok minta dihajar!

"Sini, Ra. Gabung sama kita aja" kata Zion.

Sementara Bagas hanya diam saja. Tidak berkata apapun. Sementara dari kejauhan, Aurin, Selin dan Irene hanya tertawa. Ngomong-ngomong, Aurin sekelas dengan Bagas. Jadi dia juga sedang free class hari ini.

"Kata lu, Bagas bakal suka sama Sakura apa enggak?" Tanya Aurin.

"Gabakal, lah. Emang Bagas suka sama cewek bar-bar banyak masalah kayak dia?" Tambah Selin.

"Dia tuh deket cuma sebatas Temen di Vilkezter doang kan?" Tanya Irene. "Percaya, deh. Lu yang bakal menang, Rin"

"Lu temen TK dia, kan? Lu selangkah lebih maju daripada Sakura yang baru kenal Bagas" Selin mengompori.

Aurin tersenyum miring.
"Gua bakal dapetin hati lo Bagas. Jadi lo tenang aja"

"Eh, Rin. Bentar itu Bagas ngapain diri di samping Sakura?" Tanya Irene.

"Eh anjing! Caper banget dah bocahnya!" Aurin berapi-api. Hendak menghampiri mereka.

"Sabar-sabar. Jangan sekarang, Rin. Lu cantik. Dan mainnya juga harus cantik. Lu nyerang Sakura sekarang, bisa-bisa Bagas ilfeel sama lu"

Aurin akhirnya hanya memandangi mereka dari kejauhan. Tidak berbicara apapun. Sekaligus mengamati.

Bagas berdiri di samping Sakura. Sakura lalu menatap Bagas. Cowok itu tidak bergeming. Hanya berdiri bersama panas matahari.

SAKURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang