Part 2

19 8 3
                                    

~Happy Reading~ :)



Seperti dugaannya, rencananya akan terlaksana, Daddy yang awalnya keras menolak usulan pun akhirnya setuju.

Meskipun drama keluarga tetap tidak terelakkan, mommy dan kakaknya menentang keras rencananya, terlebih saat Dalton mengatakan pada mereka putri James tersebut buta dan bisu.

Namun, itu tetap tidak menghalangi apa yang sudah ia susun. Malam ini keluarganya akan mendatangi rumah sang miliarder di kawasan perumahan elit Washington D.C untuk membicarakan lamaran yang akan di ajukannya pada sang putri.

Sepanjang jalan Mrs. Lincoln terus saja mendiamkan sang putra -Dhariel-.  ia masih belum menerima rencana pernikahan putranya itu.

"Sudahlah mom, ikuti saja alurnya, ya? Ini keinginan mommy untuk aku segera menikah, bukan?"tanya Dhariel di kursi belakang.

Mrs. lincoln menatap putranya lewat kaca spion dengan tajam. "Tapi, tidak dengan wanita yang kau pilih Dhariel."tukasnya.

"Dad saja setuju dengan rencanaku, Janice pun akhirnya setuju, hanya mommy yang masih meragukan pilihanku. Kasihan calon menantu mommy saat dia tahu mommy sudah menolaknya sebagai menantu bahkan sebelum kami menikah."bujuk Dhariel dengan lembut.

"Sudahlah mom, ikuti saja keinginan anak bungsumu ini, aku yakin dia sudah memikirkan segala resikonya."tutur Janice yang duduk di sebelah Dhariel.

Dhariel tersenyum senang, merasa menang dengan jawaban kakak tercintanya, itu berarti tinggal mommynya yang harus di bujuk lebih keras lagi.

Mrs. Lincoln berdecak pelan lalu memalingkan wajahnya ke samping, tak berniat menjawab perkataan putrinya.
Tak lama mobil yang di tumpangi mereka sampai di depan sebuah rumah besar bergaya klasik dengan cat putih sehingga menampilkan kemegahan rumah itu sendiri.

Keluarga Dhariel di sambut oleh kepala pelayan rumah tersebut yang datang dengan seragam khas hitam dan putihnya.
"Silahkan masuk, saya akan panggilkan Mr. Smith untuk anda."ujarnya lalu menghilang dibalik pintu.

"Selamat siang Mr. Smith. Maaf mengganggu waktu liburmu."sapa Mr. Lincoln saat tuan rumah datang menghampiri mereka.

"Selamat siang Mr. Lincoln, tidak apa-apa, silahkan duduk."ucap Mr. Lincoln seraya tersenyum ramah. Tak lama beberapa pelayan menyajikan minuman dan beberapa cemilan di atas meja.

"Jadi, ada urusan penting apakah sehingga anda sekeluarga datang pada saya siang ini?"

"Seperti apa yang saya katakan terakhir kali saat saya berkunjung ke rumah anda, saya ingin menikahi putri anda, sir."tutur Dhariel dengan mantap menatap mata Mr. Smith.

Mr. Smith tersenyum hingga menampilkan sedikit lesung pipit di pipi kirinya. "Saya benar-benar menghargai kegigihan putra anda Mr. Lincoln. Terakhir dia kemari saya sudah menolak permintaannya, namun saya tak menyangka ia datang kembali dengan membawa keluarganya."

Mr. Lincoln tersenyum ramah, "Bukankah seorang pemuda sejati memang harus seperti itu?"

Mr. Smith mengangguk, "Saya setuju akan hal itu, namun anak muda, apa keluargamu sudah tahu bagaimana kondisi wanita yang akan kau nikahi?"

Dhariel menatap ibunya lalu kembali menatap Mr. Smith di depannya. "Sudah, Sir."tukasnya dengan tegas.

Mr. Smith kembali mengangguk. "Apa kau yakin kakak dan terutama ibumu akan menerimanya dengan tangan terbuka? Meskipun mereka tahu wanita yang akan kau nikahi bisu juga tuli?"

Dhariel bisa melihat tatapan tegang dan penolakan ibunya saat mendengar penuturan Mr. Smith yang mengatakan kondisi putrinya. Dhariel menatap ibunya memelas. Ia tidak mungkin gagal lagi kali ini, bukan?

Meeted You was a Gift for MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang