Aku Tidak Diam

9 0 0
                                    

Memaksakan hal yang seharusnya ku pasrahkan, meninggalkan yang seharusnya sedari dulu ku tanggalkan, sadar yang seharusnya dari dulu aku lakukan, pergi yang seharusnya dari dulu aku tidak pernah datang.

Kalo sudah begini mau bagaimana? Sudah terlanjur cinta meski di benci, sudah terlanjur berjuang meskipun baru setengah jalan, mau bagaimanapun cerita ini harus tetap berlanjut, buku catatan perjuanganku belum penuh, pena nya juga belum habis, yaa meski aku tahu bahwa suatu tokoh tidak harus ada di satu di cerita yang sama dan cerita juga tidak harus selalu berakhir dengan bahagia.

Setelah kamu tahu bahwa aku telah mengikutimu hari itu, kau mengirim pesan yang membuatku takut karena cerita ini mungkin akan berakhir disini.

"Fikri"

"Iya Ra?"

"Kemaren maksudnya apa ngikutin Tyara sampe Sungai Buntu?"

"Maaf Ra udah lancang, Fikri cuma pengen tau dimana Rumah Tyara, terus sama sekalian ke rumahnya Dani sih"

"Tapi kok pas Tyara puter balik, Fikri juga ikutan gitu? Kenapa nggak sama Dani nya?"

"Mending juju raja"

"Iya Raa"

"Tapi bener Ra, tadinya Fikri cuma mau ke rumah nya Dani, karena mau ngembaliin tas carrier yang sempet Fikri pinjem Kemarin"

Tanpa ada balasan lagi setelah itu, dan ku rasa biarkan saat ini waktu memainkan perannya, untuk meredam amarah, untuk menyusun rencana agar tak salah langkah, untuk memberikan otak ini sedikit celah agar tak terlalu lelah.

Satu bulan aku berusaha untuk tidak menghubungi dan mengganggu mu Ra. Tapi kamu ingat kan kalo aku nggak pernah diam? aku nggak pernah bener-bener diam, aku punya teropong yang selalu mengawasimu, yaa meski sebenarnya susah sih untuk kita nggak ketemu, karena kita satu sekolah, tapi saat itu aku berusaha buat nggak ketemu sama kamu Ra, aku nggak mau kamu ngerasa nggak nyaman saat belajar karena terus ngerasa terganggu dengan hadirnya aku.

Kamu tau Farida? Anak dua belas ips 4, aku bertemu dengannya saat pulang sekolah di parkiran, aku menghampirinya ketika ia mengobrol dengan temannya yang bernama Merlina, aku masih ingat perbincangannya sampai saat ini.

"Gue Fikri anak 12 Ipa 5"

"Iyaa udah tau, gausah kenalan" jawabnya ketus menolak untuk bersalaman

"Tau dari mana?" tanyaku heran.

"Lo Fikri yang suka bikin puisi itu kan?"

"Iyaa, gue boleh minta tolong gak?"

"Hah, minta tolong apaan" jawabnya dengan agak sedikit terkejut.

"Jadi gini, lo kenal kan? sama cewek yang namanya Tyara Yuliantika, nah gue pengen lo perhatiin dia, dia ngapain aja, sama siapa, terus kalo ada apa-apa sama dia lo bilang ke gue"

"Buat apa gue ngelakuin itu?"

"Cuma buat mastiin kalo dia baik-baik aja, dan gue nggak bisa buat ngelakuin itu, gue mohon lo mau yaa" jawabku dengan sedikit memohon.

"Yaudah iya, gue mau bantuin lo"

Akhirnya Farida mau buat jadi teropong aku Ra, semenjak saat itu Farida selalu kirim kabar kamu lewat WhatsApp.

"Aku emang pendiem Ra, tapi bukan berarti aku harus diem buat dapetin kamu, kalo terjadi sesuatu yang buruk sama kamu, aku nggak akan maafin diri aku sendiri, karena kamu adalah wanita titipan semesta buat aku bahagiain Ra"

CATATAN PERJUANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang