Sepasang Catatan

6 0 0
                                    

Semesta apalagi ini, kenapa kamu harus mengirimkan laki-laki itu, semuanya sudah sangat sulit, kumohon jangan di tambah sulit.

Tapi aku tahu kamu dengan waktu pasti sudah punya rencana yang jauh lebih baik lagi kan? Yang sekarang ku lakukan hanya terus berjuang sebisaku kan? Aku harus tetap berjalan kan? Toh dia hanya seorang laki-laki sama sepertiku, kenapa aku harus takut.

Akupun membalas pesan dari sigit Ra

"Waalaikumsalam"

"Bro gue bukan siapa-siapa nya si Ara, tapi udahlah jangan ganggu si Ara lagi ya"

"Nggak ada niatan buat gangguin Tyara kok, jadi kalem weh Tyara nggak bakal kenapa-kenapa"

"Si Ara malah takut sama lo, dia tadi nelpon gue, katanya lu datang ke rumah dia"

"bukan nya so yaa, tapi cara lu berlebihan cuy"

Aku tak membalasnya lagi, akan lebih baik jika hanya kita yang tahu cerita kita, tak perlu ada orang lain, tak usah ada sigit Ra, aku tidak mau.

Setelah aku ke rumahmu, ternyata semuanya menjadi lebih parah, kamu membiarkan pesanku menumpuk begitu saja, ketika kau bertemu denganku kau malah membuang muka seakan tidak pernah dan tidak mau kenal denganku, iyaa aku ini berlebihan, tapi aku tidak tahu caranya harus seperti apa Ra? Aku baru pertama kali seperti ini, aku benar-benar jatuh cinta padamu Ra.

Kenapa aku bisa menyayangimu Ra? Kamu tahu pertanyaan itu di ciptakan tidak dengan jawaban nya, tapi aku sudah menyayangimu sejak belum tahu namamu.

Hari sabtunya aku memutuskan untuk ke rumah mu lagi Ra, aku tidak tahu ini keputusan yang tepat atau salah, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih maaf, hanya ingin meminta izin untuk mengangkat cerita ini ke dalam buku, dan sedikit member hadiah kecil dariku Ra.

Setelah puang dari kantor penerbit untuk membereskan naskah buku, aku langsung ke rumahmu Ra, jarak dari kantor penerbit ke rumahmu sangatlah jauh, tapi aku harus ke rumahmu, aku ingin ini baik-baik saja, aku ingin masalah ini segera selesai, aku ingin kau cepat membuka hati, atau setidak nya mengizinkan aku untuk menyayangimu, aku akan melakukan dan memberikan apapun, aku hanya ingin menyayangimu.

Kali ini aku sendiri Ra, seperti biasanya aku beristirahat sejenak di masjid depan rumahmu untuk mengumpulkan nyali,untuk berdoa agar kita baik-baik saja, agar hatimu dan hatiku lekas menggenap.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" terdengar suara anak kecil yang menjawab salam ku Ra, dan ia adalah adikmu yang wajah nya sangat mirip sekali denganmu meski dia seorang laki-laki.

"Ada kak Tyara nya de?"

"ohh ada kak, sebentar yaa, motor nya masukin aja dulu kak !" jawab adikmu sambil membuka pintu gerbang dan mempersilahkan aku masuk.

"Iyaa makasih de" balasku sambil mendorong motor masuk melewati gerbang

Akhinya aku menunggu di motor sambil memainkan ponsel yang dari tadi hanya ku genggam.

"Sini duduk !"

Aku menoleh, dan ternyata itu adalah kamu Ra, dengan pakaian sederhana dan secangkir teh yang kamu bawa tanpa aku minta, suaramu mengalihkan pandanganku yang sedari tadi, menatap ponselku.

"Ohh iyaa Ra" jawabku sambil menghampirimu

"Ada apa lagi?" sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir manismu, dengan raut yang tak pernah berubah ketika bertemu denganku

"Fikri mau cerita Ra" jawabku lembut

"Cerita apa?, Tyara juga tahu Fikri bohong sama Tyara soal ngembaliin tas nya ke Dani, Tyara tahu kalo selama ini Fikri sering merhatiin Tyara, bukan nya geer atau apa yaa, Tyara ngerasa risih dan nggak nyaman banget Fik"

Aku tidak menyangka bahwa kamu akan berbicara seperti tu, ternyata benar, banyak sekali kesalahan yang sudah aku lakukan, sehingga kata maaf sungguh sulit untuk keluar dari bibirmu itu.

Aku diam seribu bahasa, tidak tahu harus menjawab apa, "Apakah sudahi saja? Apakah langsung pulang saja? Tapi aku belum sempat bicara apa-apa" gumamku dalam hati

Setelah cukup lama aku diam, akhirnya aku berani ngomong Ra,

"Maaf Ra, aku nggak tau itu udah maaf yang keberapa kali, aku nggak tau nyampe kapan kata maaf ini terus terucap, yaa mungkin selama ini di antara kita cuma ada kata maaf"

"Terus... kamu berharapnya ada kata cinta gituu di antara kita?"

"Nggak kok Ra, aku tau kalo itu cuma ungkapan klise, aku emang sayang sama kamu, tapi aku tau diri kok Ra, aku tau siapa aku dan siapa kamu, jadi nggak akan mungkin kalo kita punya perasaan yang sama" jelasku sendu

"Emang nggak mungkin, dan nggak akan pernah mungkin" jawabmu ketus

"Aku kesini cuma pengen ngasih ini Ra" kataku sambil mengeluarkan dua buah buku catatan berwarna hitam dan biru.

"Buat apa?" tanyamu dengan raut wajah yang sama sekali tak pernah berubah saat bertemu atau berbicara denganku; kesal.

"Tadi pas di toko buku aku lihat dua buku ini di pojokan Ra, jauh sekali dari buku-buku lain yang tersusun rapi disana, seperti terasingkan, jadi aku memutuskan untuk beli kedua buku ini, kamu bisa pakai buku yang warna biru, dan aku pakai warna hitam"

"Aku nggak suka nulis, dan aku nggak tahu harus nulis apa, lagian buat apa, cuma buang-buang waktu"

"Kamu boleh namain buku itu "Biru" Ra, kamu boleh nulis apa aja disana, entah itu kebahagiaan, kesedihan, kekesalan, penyesalan, apapun itu Ra, dan kadang kita nggak terlalu berani buat cerita ke orang, karena takut menambah beban si pendengar, karena takut ia hanya bisa mendengarkan tapi tidak bisa mengerti, maka cobalah untuk menulis Ra" jelasku panjang

"Yaudah deh, nanti aku coba nulis, makasih ya Fik" jawabmu dengan raut wajah yang sedikit berubah

"Ohh iyaa aku mau sekalian minta izin Ra,"

"Buat?"

"Aku mau ngambil karakter kamu buat buku aku Ra, boleh ggak?"

"Hmm gimana yaa, jangan deh"

"Ohh gitu yaa, yaudah aku pamit ya Ra"

"Fik"

Saat hendak melangkah pergi, tiba-tiba kamu manggil aku Ra, dan perasaanku sungguh tidak bisa di gambarkan lagi

"Iya Ra"

Kamu menghampiriku yang jaraknya beberapa langkah darimu, karena tanganku memang hendak meraih pitu gerbang untuk membuka nya

"Besok-besok jangan kesini lagi yaa Fik, jangan ngikutin Tyara lagi, jangan ganggu Tyara lagi, intinya jangan ada di hidup Tyara lagi" Jelasmu sambil meninggalkanku pergi masuk ke dalam rumah, tanpa menunggu jawaban dariku.

"Aku nggak akan pernah sekalipun meninggalkan apa yang selama ini aku cintai Ra, aku akan ada dimanapun kamu berada, aku akan lebih sakit ketika kamu terluka, aku akan lebih merasa gagal ketika kamu menyesal, aku akan lebih mencintaimu ketika bencimu sudah memuncak" gumamku dalam hati.

CATATAN PERJUANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang