Raga Baru 2

824 19 0
                                        


Nafas Nurul terasa berat, ia segera berlari masuk ke dalam ruangan terdekat yang ternayta adalah gudang. Menutup pintu tersebut rapat-rapat. Dengan wajah yang sangat panik, ia berusaha tenang. Kedua tangannya terus menutupi mulut serta hidungnya. Menahan hembusan nafas yang keluar bersama suara. Keringat membasahi area wajah serta terus menyucur deras dari dahi. Suara gemuruh petir yang kencang sesekali mengagetkannya.

"ya tuhan...." Nurul berdoa dalam hatinya. Berjalan mundur dengan mata melebar dengan tatapan ke depan, tepat ke arah pintu.

Saat dirinya tengah fokus, suara gemeretak terdengar dari atas plapon raungan tempatnya mengunci diri. Nurul pun segera mendongkak ke atas. Tidak ada apapun di sana. Ia terus mengawasi kawasan sekitar.

Tretek... Tretekk..

Gagang pintu itu terus bergerak, sepertinya bu Gina berusaha masuk ke dalam. Nurul hanya bisa terdiam, berusaha tenang. Ia kemudian mencari sesuatu untuk di genggam. Matanya menuju ke arah gunting yang ada di atas nakas. Dengan sigap ia mengambil gunting tersebut, mengantisipasi jika bu Gina tiba-tiba menyerangnya.

Kali ini Nurul harus bisa tegar, ia menghadapi bu Gina yang di rasuki setan entah dari mana, sendirian. Gagang pintu tersebut kemudian berhenti bergerak. Suasana sedikit tenang. Nurul pun sedikit demi sedikit melangkahkan kakinya ke depan, mengarah ke pintu. Dengan nafas yang tidak teratur di sertai jantung yang terus berdegup tak karuan, ia mengarahkan gunting ke arah depan. Nurul menodong gunting tersebut, berusaha maju secara perlahan.

Ia memberanikan diri untuk mengintip dari lubang kunci, terlihat Bu Gina membelakanginya, namun tiba-tiba ia memiringkan badannya ke belakang hingga rambut panjangnya yang terurai menyentuh lantai, dilengkapi dengan seringai berliur hijau dari mulutnya

Nurul terkejut bukan kepalang, rasa panik dan ketakutan kini kembali menjulur ke seluruh tubuhnya. Badannya pun bergetar seketika, gunting yang di genggamnya pun jatuh, seakan dirinya tidak bertenaga. Ia pun kembali memundurkan badannya.

Nurul semakin gugup, kakinya seakan kaku untuk melangkah. Ia pun terbujur lemas duduk di lantai. Nurul berusaha merangkak, mengambil gunting yang tadi sempat terlepas. Keringat semakin deras menyucur dari balik dahinya. Tangan Nurul meraba lantai dengan badan mendongkak ke depan. Ia merasa takut jika harus berdiri menuju pintu.

Dengan usahanya Nurul pun akhirnya menggapai gunting tersebut. Ia kemudian menggengamnya dengan kencang. Saat itu juga pintu pun jebol.

"brakkkk!"

Dengan posisi badan yang masih merangkak condong kedepan, dan posisi tangan yang masih menjulur memegang gunting. Nurul pun menoleh ke arah bu Gina yang sudah berdiri tepat di bawah tangannya. Melihat bu Gina yang menekukkan kepalanya ke arah kiri dan ke kanan berulang kali dengan tatapan mata yang kosong, Nurul hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Ia tidak tahu lagi apa yang akan di lakukan oleh sosok setan yang sedang menguasai tubuh bu Gina sekarang.

Setan Gedung KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang