Konklusi 1

466 18 0
                                    

"Lu yakin Dim, mau kesono sendirian ?" tanya Raka

"Ada banyak hal yang udah gua alamin semenjak keluar dari sekolah Ka, lu tenang aja" jawab Dimas mantap

"Hati-hati Dim" Doni dan Raka akhirnya melepas Dimas sendirian masuk ke dalam gedung

"Emangnya kemana dia selama ini ?" bisik Raka

"Tauk, ngelmu ke Banten kali" sahut Doni sembarangan

Dimas menjelajahi setiap ruangan gedung tersebut dengan bantuan cahaya senter milik Doni, sampai akhirnya sayup-sayup ia mendengar suara minta tolong dan mengantarnya ke salah satu ruangan.

"Ya Tuhan, Siti.." ia menemukan Siti yang meringkuk ketakutan, ia menangis tersedu-sedu sambil berusaha menutupi tubuhnya yg polos

"Dimas, tolongin gua Dim, Nurul.."

"Nurul kenapa ?" Dimas melepas jaket kulitnya, dan menutup tubuh Siti sekenanya

"Nurul kerasukan" terang Siti

"Mahluk itu ternyata berpindah-pindah, sebelum merasuki Siti, Nurul lah korbannya" batin Dimas

"Lu tunggu disini dulu Sit, jangan kemana-mana, tungguin gua mau ambilin barang buat nutupin tubuh lu"

"Cepetan Dim, aku takut" Dimas pun beranjak pergi, meninggalkan Siti meringkuk sendirian

Beberapa menit telah berlalu, Dimas belum kembali, Siti semakin takut dibuatnya sampai dia mendengar langkah kaki mendekat, membuat pikirannya lega

"Dimas.." panggilnya, namun ternyata yang mendatangi adalah orang lain, orang itu adalah Nurul, kali ini tak ada sehelai benang pun yang menyelimuti tubuhnya, liurnya menetes, ekspresi mukanya mengerikan, dan yang paling menarik perhatian Siti adalah, dari dalam lubang intim Nurul tumbuh keluar sebuah alat vital laki-laki yang mendongak bangga. Pandangan penuh nafsu Nurul mengarah ke organ intim Siti yang kini dirinya memang sedang dalam posisi duduk memeluk kaki, sehingga lubang tersebut seperti mengundang Nurul untuk menggagahinya

"Hei hantu sialan, sini kalo berani.." Dimas muncul dari lain ruangan, jari tengahnya mengacung ke arah Nurul yang menengok, yang mana manusia biasa tak akan pernah bisa menengok sampai sejauh itu. Nurul terpancing oleh tantangan Dimas, pun Dimas dengan mudah menggiring Nurul ke tempat yang memang telah ia siapkan, Dimas telah berdiri di pojokan suatu kamar

"Kau terpojok ?" ucap Nurul dengan suara serak menggema. Dimas berlaga bingung, ekspresi ini akhirnya mengundang Nurul semakin mendekat, sampai akhirnya...

"Uuugh.." sebuah tembok tak terlihat menahan laju Nurul, ia terperangkap di dalam posisinya berdiri saat ini

"Terlalu gelap memang disini, nggak keliatan" Dimas menyoroti rentetan ubin di bawah Nurul, ubin-ubin itu telah dilukis dengan kapur, membentuk semacam sigil berpola gabungan lingkaran dan bintang.

Setan Gedung KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang