Konklusi 2

439 17 2
                                    


"Kenapa ? mulai sesak napas ?" Dimas melihat dada Nurul mulai kembang kempis

"Lepaskaan..!" gerung Nurul

"Kalau nggak mau gimana ?"

"Matii..!"

"Lawak lu, gerak aja nggak bisa mau matiin" Di balik lubang yang seharusnya ada pintunya, Dimas melihat Siti mengintip dengan sembunyi-sembunyi setelah mendengar geraman Nurul tadi

"Masuk aja Sit, nggak papa.." Siti masih memberanikan diri untuk melangkah sedikit demi sedikit

"Huuuarghh.." Nurul berbalik badan, dan seperti hendak menerkam Siti, Siti pun sempat berjingkat dari tempatnya berdiri, namun melihat Nurul yang sama sekali tidak bisa keluar dari tempatnya berdiri, ia pun mantap untuk meneruskan langkahnya

"Hati-hati, jangan sampai menggores kapurnya" Dimas menuntun Siti dengan mengarahkan cahaya senter pada sigil yang telah ia buat, mereka berdua kini berdiri berdampingan

"Aku nggak punya banyak waktu, sepertinya ini harus selesai beberapa menit lagi.." Dimas mengeluarkan sebuah tasbih dari kayu

"Siti, mungkin kamu ntar bakal ngeliat tubuh Nurul diselimuti asap, nah pas waktu itu, tetap diam jangan ngapa-ngapain, atau keadaannya akan berbalik" Siti mengangguk

"Mau apa kau ?!!" Nurul membentak mereka berdua

"Brisik!!" Dimas balas membentak

"Sesungguhnya Mahatinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak" mata Dimas memejam, di depan mulutnya ia genggam tasbih yang tadi ia keluarkan

"Hentikaaan.." sang hantu sebenarnya sudah ingin keluar tatkala mendengar mantra tersebut, namun apa daya, sigil yang dibuat Dimas telah mengurungnya

"Musa pun berkata, Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku" Nurul semakin meronta

"Milik Tuhan lah apa yang ada di langit dan bumi, Dia lah Maha pelindung bagi orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.." semakin Dimas meneruskan bacaannya,Nurul semakin bertingkah, sampai akhirnya, seperti yang telah ia peringatkan sebelumnya kepada Siti, badan Nurul mengeluarkan asap, semula hanya tipis seperti layaknya uap air, namun kelamaan asap itu menghitam dan kian tebal. Siti mulai khawatir akan keadaan temannya namun dia selalu teringat perkataan Dimas beberapa saat lalu.

"Aaarghh.." masih berdiri, tubuh Nurul bergetar hebat, sebuah tonjolan di kulit perutnya yg berbentuk wajah berputar dengan cepat, kadang berpindah ke punggung, leher, dan kembali lagi ke perut begitulah seterusnya, asap di tubuhnya masih belum sirna

"Whaaaaaaa" Nurul berteriak, tangannya merentang, ototnya kaku mengejang, dadanya terangkat seperti ditarik dari atas hingga kakinya berjinjit, dari mulutnya yang menganga, matanya yang melotot, keluar asap yang sangat hitam, Nurul pun ambruk dihadapan Dimas dan Siti.

"Sampaikan salamku pada.. ah, aku nggak tau namanya.." ucap Dimas

***

Setelah memberi mereka pakaian yang layak, Dimas membopong Nurul keluar, Siti mengikuti disampingnya, Nurul sebenarnya sudah sadar, namun kondisinya masih lemah. Diluar mereka disambut oleh Doni dan Raka, kelegaan jelas tergambar di muka mereka semua

"Oke.. selanjutnya,akan jauh lebih baik jika kalian stop kelakuan kalian, dunia mistis bukan untuk main-main jika kalian masih ingin hidup" mereka berempat hanya menunduk, tak ada satupun yang berani membantah

"Kalau ini terjadi lagi, gimana kami ngatasinnya ?" tanya Siti

"Selama kalian tidak berbuat aneh-aneh lagi, kalian nggak akan diganggu" Dimas beranjak pergi

"Tunggu Dim" cegah Siti lagi, ia menahan lengan Dimas

"Gimana cara kita berterima kasih ?"

"Ya itu, dengan nggak nyusahin gua lagi, jangan aneh-aneh" jawab Dimas dengan nada bercanda

"Nomer gua masih aktif kok" tambahnya "Kalian bisa hubungin kalo ada apa-apa"

Setan Gedung KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang