Ancaman 1

579 16 2
                                        

"Nurul kagak ada di kostnya nih, Don" ucap Raka pada temannya

"Siti juga nggak ngangkat telpon gua dari tadi, apa jangan-jangan mereka udah disana ?" tanya Doni

"Ke gedung yang kemarin lagi ? yaelah ngapain, kemaren kan nggak ada kejadian apa-apa"

"Liat dulu aja yuk" diiringi oleh Raka, Doni mulai memacu motor sport nya, dalam waktu belasan menit akhirnya mereka sampai di lokasi, tak lupa berbekal senter mereka memasuki gedung yang beberapa hari yang lalu mereka sambangi untuk melakukan ritual jailangkung

"Nurul... Siti... kalian kesini ?" panggil Doni sambil mengedarkan cahaya senternya ke segala penjuru

"Kalau nggak salah, ini kan tempat kita kemarin bikin lingkaran berempat ?" ucap Raka menunjuk deretan ubin kusam tempatnya berdiri dengan cahaya senter

"Iya nih"

"Kayaknya mereka berdua nggak berani deh Don kalo masuk lebih dalem lagi, apalagi sampai kesono tuh" Raka menyorot halaman belakang rumah yang berisi sumur tua, "Mending nyari tempat lain aja dah"

"Iya, tempat lain tuh dim.." Doni menghentikan bicaranya, sorot cahaya senternya terpaku kepada tetesan cairan merah kental yang menetes ke ubin. Mereka berdua saling bertatapan ngeri, sebelum secara perlahan mengarahkan senternya ke langit-langit bersamaan.

Raka jatuh terduduk dikala menangkap sosok wanita bergelantungan di langit-langit dengan posisi terbalik, kakinya masih mengait kayu rusuk rumah kosong tersebut, sedangkan dua tangannya sibuk dengan bangkai tikus besar yang ia gigiti dengan ganas

"Siti... ! lo ngapain Sit ?" bentak Doni yang melihat temannya berkelakuan aneh

"Dia bukan Siti Don, lo liat..!" Raka mencengkeram bahu Doni sambil menunjuk Siti yang saat ini tanpa tertutup sehelai benang pun tubuhnya. Yang ditunjuk pun tiba-tiba mendesis, matanya merah menyala ke arah mereka berdua. Tanpa diberi aba-aba, keduanya sepakat lari tunggang langgang, keluar dari rumah itu tanpa peduli dengan motor yang tadinya mereka bawa

Siti mendarat turun, hantu itu tidak berniat untuk mengejar kedua laki-laki tersebut, terlihat sepertinya ia sulit bergerak dengan tubuh Siti kali ini, mahluk ini merasakan bahwa tubuh Siti tidak memberinya kenyamanan, sehingga ia memutuskan untuk kembali memasuki Nurul.

Krek! Krek!

Leher Siti bergemeretak saat kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri, ia terlempar seperti ditarik tambang dari belakang, telentang dan menggelepar di lantai, dari dadanya yang lumayan besar untuk gadis seusianya, timbul sebuah tonjolan sebesar bola kasti, tonjolan itu lalu perlahan berubah menjadi wujud sebuah wajah, dada Siti terangkat ketika sosok bayangan sang hantu keluar dari dalam dadanya.

Setan Gedung KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang