04

133 36 18
                                    

"Mel gue pulang dulu ya, nanti ke sekolah lagi habis Maghrib" Ica berpamitan kepada Melodi yang sedang sibuk mempersiapkan bahan masakan untuk nanti malam, karena Melodi mendapat tugas sebagai S.Konsumsi.

"Iya Ca, jangan lupa nanti gue titip kertas nasi" balas Melodi

"Okay!!" Jawab Ica penuh semangat, lalu pergi meninggalkan dapur yang terletak di Ruang Guru.





"Lo kalo jalan pake mata!" Maki seorang lelaki bertubuh kekar, Kenan.

"Lo salah! Fungsi kaki adalah berjalan, mata untuk melihat!" Balas seorang perempuan yang tak mau disalahkan,Ica. Padahal sangat jelas Kenan lah yang berjalan mundur menabrak dirinya.

"Ck, dasar!" Kenan mendesis kesal, pergi meninggalkan Ica.

"Jelas Lo yang salah!!, kenapa jalan mundur, emang mata Lo ada dibelakang kepala apa?!!" Ica berteriak memaki Kenan. Tapi Kenan terus berjalan pergi tidak peduli.



Diperjalanan pulang Ica terus memikirkan Kenan. Bagaimana mungkin Ica bisa memiliki hati Kenan, jelas-jelas Kenan selalu galak dan bersikap dingin kepadanya. Hanya bersama Grani, Kenan selalu menjadi sosok yang terlihat hangat.

"DASAR ES BATU!" Ica berteriak kesal frustasi memikirkan Kenan. Banyak pasang mata melirik ke arah sumber bunyi teriakan itu. Ica tak sadar kalo dirinya sedang berada didalam Angkutan Umum, karena pikirannya dipenuhi oleh Kenan.

"Kenapa Neng?" Tanya seorang Ibu penumpang duduk dihadapan Ica.

"Eng..engga Bu, saya pengen makan es batu aja hehe" Sungguh Ica sangat merasa malu, dan menyembunyikan wajahnya.





°°°

"Ca bantuin gue nge dekor Photo Booth!" Seorang lelaki datang membawa semua peralatan dekorasi yang penuh ditangannya.

"Raka, Lo gak liat gue lagi pegangin kursi, gimana kalo Galuh jatuh!"

"Dibagian dekor podium udah banyak orang Ca, masa gue nge dekor sendirian disana. Ayoolah" Raka mencoba membujuk Ica. Tanpa pikir panjang Ica mengiyakan permintaan Raka, dan pergi meninggalkan Galuh yang sedang memasang Banner.

"Ica panasin lagi lem tembaknya nih" Galuh menyodorkan lem tembak untuk Ica panaskan tapi kenapa Ica tidak menerima lem nya. Galuh mencoba menengok ke bawah, sial! Ica tidak ada dibawah memegang kursi nya.

"Ki, si Ica mana?" Tanya Galuh kepada Kiki yang sedang memasang karpet.

"Tadi sama Kak Raka pergi buat dekor Photo Booth" jawabnya

"Sial! Gimana kalo gue tadi jatuh Ca!" Galuh memaki Ica, meski Ica tidak ada dihadapannya.





"Gue ngantuk Ka, tidur yu" Ica sedari tadi memandangi Raka yang tak henti memindahkan box dari satu tempat ketempat lain.

"Bentar Ca, belum terlihat estetis nih"
Raka menyidik dan tampak masih berpikir.

"Ah lama Lo!"

"Bentar" Raka memindahkan box dan menyidik memastikan angel saat shoot foto mempunyai nilai estetika. "Nah selesai!!" Lanjutnya.

"Perasan dari tadi Lo bolak-balik dan ujungnya itu box disimpen di tempat semula?!!" Ica menggerang kesal mengacak-acak rambutnya frustasi. Lalu pergi meninggalkan Raka, toh tugasnya sudah beres.

Ica meletakkan tubuhnya bersandar dibawah pohon Cemara, melihat indahnya langit pada malam hari. Ia mengeluarkan sebuah Notes dan pulpen dari sakunya.

Ketika malam gelap gulita
Bulan muncul bercahaya
Mengambang di langit sana
Membawa damai yang melihatnya.

Bintang-bintang bertaburan
Bagaikan permata di jubah malam
Satu dua berkerlipan
Sebagai hiasan wajah alam

Ica mengutip sebuah puisi pendek dalam Notes miliknya. Lalu menatap kembali ke langit, ia tersenyum. Beberapa detik kemudian senyumannya memudar. Ica mengutip sebuah puisi kembali

Dibawah salah satu sisi langit,
Aku terduduk diantara cahaya bulan dan Bintang.
Berharap suatu keajaiban kan datang padaku,
Membawa serta alunan sendu dari hati.

Diantara pohon yang menari
Dan diantara para jangkrik penyanyi.
Aku masih menatap langit dengan penuh harap,
Sebuah bintang akan jatuh di hadapanku.

"Belum tidur?" Tanya seorang lelaki yang menghampiri Ica dan duduk disampingnya.

"Eh" Ica tersentak kaget melihat Kenan yang tiba-tiba duduk disampingnya.

"Kenapa?" Tanya Kenan dingin, sedingin hembusan angin pada malam hari ini.

"Apanya?" Ica bertanya kembali karena ia tak mengerti, karena sejak tadi Ica hanya melamun, menghiraukan Kenan.

"Kenapa Lo belum tidur?" Kenan mengulangi pertanyaannya.

"Gue lagi menikmati indahnya ciptaan Tuhan disini" Ica menatap Kenan lekat-lekat.

"Hah, apaan sih" Kenan dibuat salah tingkah oleh Ica, dan memalingkan wajahnya.

"Ma..mak..sud gue, gu.. gu guee itu lagi mandang langit" Ica memalingkan wajahnya dari Kenan, karena merasa malu. "Indah bukan? Ribuan bintang berkelip-kelip dilangit, bulan pun benderang pada malam hari ini, ah! Sungguh sangat indah ciptaan Tuhan!" Ica menatap langit kembali berusaha mencari alasan.

"Ah iya" Kenan pun melihat ke arah langit yang sama. Benar kata Ica langit malam ini sangatlah indah. "Mending sekarang tidur yu" Kenan berdiri dan menggenggam tangan Ica mengajaknya pergi meninggalkan taman.

"Oh i.. ii  iya" Ica berdiri mematung. Menatap tangannya yang Kenan genggam sekarang.

Kenan menghentikan langkahnya dan berbalik badan "Ah maaf " dan melepaskan genggamannya.

Silent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang