prolog

157 27 16
                                    

Lelaki berkaos hitam dengan karakter caipten Amerika di bagian dadanya mulai bercerita,jari telunjuk pada tangan kanannya pun terangkat dan terdapat sebuah emoticon tertawa bahagia yang terpampang jelas.

"Hujan yang di nanti pun turun,tawa kegembiraan tak luput dari wajah gadis kecil yang sangat menyukai hujan,dia berteriak melompat kegirangan." tangannya bergerak seolah-olah melompat.


"Hingga tanpa disadari seseorang berlari menghampirinya membawa payung berwarna pelangi, ternyata itu adik bungsunya yang terburu-buru meneduhkan sang kakak dengan payung ditangannya."

Sekarang ibu jari miliknya terangkat berdampingan dengan jari telunjuk, emoticon sedih menghiasi ibu jari sebagai sang adik.

Tangis gadis yang tertunduk dihadapannya perlahan berhenti, nafasnya sesenggukan tetapi rambut kecoklatan miliknya menghalangi wajah cantiknya.

Lelaki itu tersenyum tipis, kembali melanjutkan ceritanya. "Sang gadis menatap heran pada adiknya, dia berdiri mengambil alih payung lalu mengusap rambut sang adik penuh rasa sayang dan berkata,"Kakak mau main hujan.kamu mau ikut?" Jari telunjuknya bergerak seolah mengangguk. 

"Sang adik mengangguk menerima tawaran kakak nya."  Kini berganti ibu jarinya yang bergerak.

gadis itu mengangkat wajahnya dan melupakan kesedihannya,tertarik akan cerita lelaki didepannya.

"Tersenyumlah keduanya saat sang kakak melempar payungnya, buliran air hujan membasahi baju mereka, teriakan dan tawa mereka menembus hujan. Si bungsu Berlari mengejar sang kakak,dia masih berusaha menangkap kakaknya sendiri. "Coba tangkap kakak!"teriak sang kakak berlari memutari adiknya." Lelaki itu mengerakkan jarinya kekanan dan ke kiri.

JEDR!

Gadis itu sedikit terkesiap kaget mendengar gertakan tersebut,lain halnya dengan dirinya yang menahan tawa karena melihat ekspresi bengong gadis di hadapannya sekarang.

Dengan matanya yang semakin tipis karena terlalu lama menangis ditambah lagi bibirnya yang tipis pucat dan rambut acak-acakan membuat kesan seperti mayat hidup pikir lelaki itu.

"Zombie Made in Indonesia"celetuknya membuat wajah gadis itu terangkat.

"Bilang apa tadi?"ucap gadis itu,baru saja membuka suaranya.

'Jangan ketawa! Nih mulut kagak bisa diajak kompromi,' rutuknya dalam hati sembari menepuk mulutnya.

Lelaki itu pun menetralkan tawanya dan melanjutkan aksi mendongeng.

"Kilatan petir menggelegar dengan cepat sang adik menutup kedua telinganya,ia berjongkok ketakutan dadanya seakan sesak menahan tangisnya. Sang kakak yang menyadari hal itu pun berlari menghampiri adiknya," jedanya menatap gadis tersebut.

Kedua manik yang sembab itu sempurna menatap sorot matanya masih dengan ekspresi semula.

"Ane gak kuat!" ujar lelaki itu mengangkat kedua tangannya, memundurkan tubuhnya. "Yakin muka lo cengoh, kayak zombie gak dapat jatah makan."

"Emang durhaka lo sama temen sendiri!" Protes gadis itu mengusap sisa air matanya.

"Kenapa muka cengoh Lo unik? beneran gue gak kuat ngelihatnya,"jedanya menahan tawa sebelum meledak. 

"Lo nangis gak bikin gue terharu,tapi bikin gue terhura."

Karena tak sanggup lagi menahan tawanya, berakhir lah pecah dengan tawa. "Uluh-uluh si mbak nangis air mata iguana...."ejeknya.

"Buaya bukan iguana!"

"Terserah ane. Kalau lo mau buaya silahkan,ane sih maunya iguana,"balasnya enteng.

Gadis itu mendengus kasar,"Emang lo ngeselin,Tarzan."

Senyuman manis menghiasi wajah gadis tersebut. Tidak sia-sia dia membuat emoticon di jarinya dan sukses menghalau rasa sedih dari salah satu stok Korban kejahilannya disekolah.

'Karena senyuman mu yang membuat ku mengerti arti menerima dan memberi,' batinnya penuh kepedihan menatap kondisi gadis didepannya.

Hola semuanya!!!!!!!!!
😀😀😀😀😀😀😀😀😀😀
Terima kasih udah mampir........🙄🙄🙄🙄🙄🙄

Jangan lupa aku tunggu kome kalian
Dan kalau mau ngasih vote boleh


Maaf masih banyak yang salah, maklum masih amatir 😁😁

Selamat menikmati alur cerita mereka semua 🙄🙄🙄


FragileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang