Kedekatan yang tak pantas

14.7K 308 9
                                    

Warning ⚠️

Cerita ini hanya untuk pembelajaran bagi banyak perempuan yang hidup di pesantren. Harap bijak dalam membaca. Tak semua Ustaz itu bisa menjaga pandangan dan hati. Ia adalah laki-laki seperti laki-laki pada umumnya, punya nafsu dan perasaan. Oleh karenanya jagalah pandangan, kemaluan, hati dan raga dari yang bukan mahram.

****

Sekawanan bebek berjalan di atas danau menjadi pemandangan menarik sore itu.

"Saya tak bisa hidup tanpamu." Imam berkata lirih, menatap sekilas wajah Nabila. "Saya telah berusaha melupakanmu namun, tak bisa."

"Jangan ganggu lagi hidup saya, kamu itu egois hanya memikirkan hati kamu saja, meskipun kita pernah saling mencintai kamu telah memiliki istri sekarang. Sadarlah!" Nabila menyahut, berusaha menekan emosi dalam dada.

"Seharusnya dia yang berkorban untuk saya, saya sudah banyak berkorban banyak untuk dia." Imam berkilah. "Apa pun yang Lusi minta saya kasih, namun ia tak mau menuruti saya untuk memakai hijab dengan benar."

"Sebagai suami seharusnya kamu sabar mendidik istri. Lusi adalah ladang pahala bagimu, jika kamu berhasil mendidiknya. Kalau menikahi saya, pahala apa yang akan kamu dapatkan?"

"Saya tetap mencintaimu, Bila ...." Suara Imam bergetar. "Apa pun akan saya lakukan agar kamu jadi istri kedua saya."

"Kamu itu hanya memikirkan perasaanmu, bagiamana nanti masa depan keturunan saya jika saya menikah denganmu." Sesak yang Nabila rasa, susah sekali memberikan pemahaman pada lelaki itu.

"Jika kamu mencintai saya, kamu tidak akan berbicara seperti itu, cukup kamu percaya kepada saya, Bil." Imam menatap dalam wajah Nabila.

Nabila terdiam, seolah tersihir oleh tatapan itu.

"Saya akan membahagiakan kamu, Bil, saya janji, kita saling mencintai, kita akan berbahagia, kita akan pergi jauh."

Tanpa sadar, bibir gadis itu terangkat, mengulas senyuman tipis.

***
Baru saja Imam memasuki rumah selepas salat subuh, Lusi langsung melabraknya sambil menunjukkan ponsel.

"Kamu masih berhubungan dengan Bila? hah!" teriak Lusi tak terkendali, sampai Faruk kecil yang masih tidur langsung bangun dan menangis.

"Tenang dulu Dik, tenang, Mas bisa jelaskan." Imam meraih ke dua lengan istrinya mengajak duduk, tetapi Lusi menepisnya.

"Kamu Ustadz gadungan! Kamu ceramah di mana-mana, tapi kamu selingkuh! kamu kirim pesan mesra pada Bila!" Lusi berteriak, matanya memerah, dadanya naik turun. Ia menunjuk-nunjuk wajah Imam.

Faruk menangis depan pintu kamar melihat pertengkaran orang tuanya.

"Mas ... Bisa jelaskan, Dik tolong tenanglah." Imam berkata memelas, ia mencium kedua tangan istrinya.

Tadi malam pria itu lupa menghapus chat dengan Nabila. Padahal sebelumnya ia selalu menghapus pesan dengan Nabila selepas mengajar sebelum pulang ke rumah sang istri.

"Mas minta maaf, Mas khilaf." Imam berkata dengan raut wajah sendu. Lusi menangis sesenggukan sembari menutupi wajah di hadapannya.

"Pulangkan saya ke rumah orang tua saya." Wanita itu berkata lirih.

"Perlu Adik ketahui, Mas tidak ada perasaan sama Nabila, Nabila yang terus mengejar Mas."

"Tapi kamu yang justru membalas mesra pesan Nabila!"

"Itu ... karena jika Mas tidak jawab Mesra, Nabila akan sakit." Imam menjawab, "percaya sama Mas, Dik."

Lusi teringat ketika menikah dengan Imam, Nabila pernah menelpon berulang kali, agar diangkat sang suami. Mengingat kejadian itu, ucapan Imam ada benarnya, perempuan itu terlalu memuja cinta.

Ucapan Pria Beristri (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang