Warning ⚠️
Cerita ini hanya untuk pembelajaran bagi banyak perempuan yang hidup di pesantren. Harap bijak dalam membaca. Tak semua Ustaz itu bisa menjaga pandangan dan hati. Ia adalah laki-laki seperti laki-laki pada umumnya, punya nafsu dan perasaan. Oleh karenanya jagalah pandangan, kemaluan, hati dan raga dari yang bukan mahram.
Menurut buku yang saya baca, di 'fadilah Wanita Shalihah' karya Abdurahman Andi, pimpinan pesantren jamaah tablig di cirebon (Beliau juga berpoligami), gak papa katanya, berbohong untuk menyenangkan antara istri satu dan istri lainnya. Dari bahasanya saya simpulkan, lelaki emang begito kalau punya target, ngibul, supaya berhasil dan akan melindungi diri sendiri kala, kelakuan busuknya terkuak. Nah kan ... Ujung-ujungnya perempuan yang jadi korban. Makanya jangan percaya sama pria manis beristri, wahai perempuan, meskipun Ustaz, terlepas dari statusnya Ustaz juga laki-laki.
Langsung cus ... ke inti cerita.
============
Nabila tak menghiraukan panggilan Imam di belakang, ia teramat geram dan sakit hati, terburu wanita itu berjalan memasuki asrama putri.
Dalam ponsel 30 panggilan terlewat dari Imam. Berikut sederet pesan.
"Bil, saya bisa jelaskan, yang ngadu kepada Ustaz Hasby bukan saya. Tapi Lusi."
Kadung sakit Hati, Nabila mengabaikan semua pesan itu. Ia membasuh muka berulang kali dan menunaikan salat untuk menenangkan hati.
Rupanya Imam tak menyerah dan masih menelponnya.
"Ada, apa?" Nabil menjawab telepon, pada akhirnya, ia melangkah keluar dari dalam kamar, sebab banyak teman-temanya di dalam. Tak enak jika terdengar teleponan dengan lelaki.
"Beri saya kesempatan untuk menjelaskan, Nabil."
Nabila menghela napas, ia sadar sedang menjalani hubungan terlarang, batinnya ingin lepas namun hatinya terperangkap.
"Lusi cemburu karena saya mencintaimu. Hanya kamu perempuan yang mengerti bagaimana saya, Lusi selalu bikin saya sakit hati."
"Bukannya kamu menikahinya karena ia penurut? Manis, cantik."
"Sulit untuk menjelaskan memang, ia selalu membentak saya, pekerjaan rumah pun saya yang urusi, ia santai bermain HP, kalau Faruk nangis tengah malam pun saya yang bangun bikinin susu, kami tidur di kasur tipis, sementara ia tidur di kasur empuk sendirian."
"Sabar ya Stadz. Mungkin Allah sedang menguji keikhlasan antum." Nabila merasa prihatin. Jika Imam mulai curhat masalah rumah tangganya.
"Saya selalu sabar, Nabil. Kalau saya tak sabar, saya sudah menceraikannya."
Nabila tersenyum tipis, kebencian kepada Imam menguap begitu saja.
"Semoga kita selalu istiqomah di jalannya."
"Iya, Stadz aamiin."
"Jaga hati untuk saya ya ...."
"Apaan sih, Stadz."
"Jangan lupa, kita akan menikah." Imam berbisik.
"Apaan sih Stadz." Pipi Nabila merona.
"Eh ... Pasti lagi senyum, kan?" Imam menebak dari seberang. "Saya itu tak cukup dengan satu istri Nabil, saya bisa menggauli empat istri sekaligus. Sementara Lusi tak sanggup melayani."
Nabila menelan ludah mendengar nada lirih Imam di seberang.
"Lagi ngapain kamu?" terdengar suara Lusi di seberang sana, sambungan langsung terputus. Nabila mengernyit dan memastikan ulang sambungan. Tak lama berselang, panggilan Imam kembali masuk.
"Udah dulu ya, Sayang. Ada istri saya, Love u." Imam hanya mengatakan hal tersebut dengan berbisik, lalu menutup telepon.
***
"Lagi ngapain kamu?" tanya Lusi menyusul sang suami ke dapur. Tadi ia meminta Imam untuk mencuci piring karena ia sendiri sedang ngelonin Faruk.
"Lagi telepon ama teman, Yank." Ponsel langsung Imam matikan. Ia berdiri lalu melanjutkan mencuci piring.
Lusi balik lagi ke ruang tengah, memegang kepala merasa pusing dan sakit badan. Mengurusi batita begitu menguras energi.
"Mas ... habis cuci piring, aku minta pijitin, ya." Lusi berseru
"Iya!" Imam menyahut.
Setelah selesai membereskan dapur, Imam mendatangi istrinya. Membawa minyak zaitun.
"Yank ...." Imam memberikan kode, karena Faruk telah tidur.
"Apaan, sih?" Lusi menepis tangan Imam, langsung memunggungi, ia begitu letih tak punya tenaga untuk hal lainnya.
Imam menghela napas, melihat Lusi benar-benar tidur dengan begitu lelapnya. Lelaki itu turun dari ranjang mencium pipi Lusi sekilas lalu melangkah ke luar kamar.
***
"Saya bawa hadiah, Yank!" Imam berseru semangat membawa paper bag. Namun, dilihatnya Lusi sedang menata Pakaian yang masih ada merknya.
"Apaan, ini?" Lusi berkata menatap tak suka pakaian yang Imam berikan. "Cadar, jilbab besar, kaya emak-emak saya tidak suka!" Lusi melemparkan pakaian pemberian Imam. Ia lebih suka tampil apa adanya, memakai jilbab tipis pashmina disenadakan dengan pakaian.
"Kamu itu istri saya, jamaah saya cadaran, seharusnya Adik lebih islami penampilannya daripada mereka."
"Mulai ceramah lagi! saya lagi capek, saya udah beli sendiri pakaian untuk lebaran! mana sini, ganti uangnya!" Lusi menyodorkan tangan kepada Imam, lelaki itu merogoh saku dan memberikan sejumlah uang berwarna merah.
"Makasih, Yank." Lusi langsung bersorak bahagia, ia mencium pipi Imam sekilas. "Aku udah masak gulai sapi. Makan yuk!"
Imam tersenyum membelai lembut kepala istrinya. "Kamu emang pintar masak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ucapan Pria Beristri (Tamat)
RomansaMempercayai pria bersitri, sama saja dengan masuk ke dalam mulut buaya