Bab. I - Tatapan

138 14 6
                                    

Dengan sebuah kertas yang berisi nama-nama calon peserta didik baru, seorang MC yang berbicara di atas mimbar upacara tersebut melantangkan suaranya dibantu dengan pengeras suara di depan calon peserta didik baru.

Semuanya berbaris di area lapangan sekolah Cerdikiawan menunggu giliran panggilan nama mereka untuk ditunjukkan kelas mana yang akan mereka tempati oleh kakak-kakak pembimbing yang sudah berdiri di samping MC dengan rapi menyamping.

Bima yang sedang asik bercengkrama dengan kawan-kawannya di antara barisan-barisan siswa laki-laki, pandangannya menoleh kearah kanan tempat ia berdiri.

Di sana, di tiga barisan sebelah kanannya. Matanya kedapatan sedang memandangi sosok gadis. Calon peserta didik baru juga, sama dengan Bima yang baru saja masuk ke jenjang SMK.

"Yar, lo kenal sama cewek itu?" tanya Bima ke Tiar temannya sejak orok sambil menjulurkan tangannya setengah dan mengarahkan dagunya serta pandangannya ke cewek itu.

"Sebentar."

"Ohh, kalau nggak salah itu Nayla, Bim."

"Kalo salah?" ucap anak laki-laki itu sedikit tak percaya.

"Ya, maafin. Kan, gue bukan emaknya."

"Alumni mana?" tanya lagi Bima penasaran.

"Kayaknya sih, dia alumni SMPN 301 Jakarta, Bim."

"Ohh, anak Jakarta."

"Tapi, kayaknya sih, tinggalnya di Tangerang." jelas Tiar.

"Kok, lu tau?" tanya Bima heran.

"Jaman udah canggih. Jangankan dia, Presiden Amerika Serikat juga gue tau mukanya kayak gimana."

"Ohhh... iyaa.. kayaknya gua pernah liat dia sama Wika."

Wika itu dulu satu SMP dengan Bima dan Tiar.

"Nahh, iya. Berarti, benar kalo gitu, Bim."

"Benar apanya?"

"Nayla!"

"Iya, dia pasti itu." ucap Tiar yakin.

"Wah gila, Bim!"

"Lo ngatain gua gila?!" sewot Bima seketika.

"Bukan gitu maksudnya,"

"Terus apa?!"

"Dia cantik banget ternyata, Bim. Beruntung lo bisa dapetin dia."

Bapak guru yang menjadi MC di mimbar upacara tersebut terus memanggil satu persatu calon peserta didik baru.

Sampai pada panggilan yang sedari tadi dibicarakan Bima dan Tiar, "NAAZNEEN NAYLA TIFFANY, DARI SMPN 301 JAKARTA." ucap MC memanggil namanya.

"Eh, aku udah di panggil. Duluan, ya." pamit gadis itu ke siswi lainnya yang sedari tadi menemani ia berbincang-bincang.

Naazneen Nayla Tiffany. Biasa dipanggil Nayla, biasa dipanggil nengok juga, sih. Kalau dengar.

Sosok yang akan membuat saya menulis mati-matian (nyatanya rehat dulu wkwk -29/01/2021) tentangnya di sini. Tentang kisah asmara-nya. Dengan cinta pertamanya di SMK.

"Iya, Semangat!" ucap beberapa siswi yang merepal tangan mereka seperti meragakan semangat kemerdekaan.

"Semangat," senyumnya ke siswi lainnya yang belum ia kenal sebelumnya. Ada pula satu orang yang sudah ia kenal sejak SD dulu. Dara namanya, sewaktu SD dulu, mereka selalu bersama kemanapun.

Ketika Nayla ingin melangkahkan kakinya ke depan menuju kakak pembimbing, Nayla kedapatan tatapan Bima yang menatap kearahnya. Tentu Nayla merasa heran, bagaimana tidak, Bima menatapnya tak henti.

Berpisah sebelum waktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang