Bab. IV - Sore Ajaib

72 11 3
                                    

Sebelum bel pulang sekolah dibunyikan, seluruh siswa sementara menunggu di kelas masing-masing. Ada waktu setengah jam diberikan kepada siswa untuk beristirahat di ruang kelas masing-masing setelah menghadiri acara penutupan masa pengenalan lingkungan sekolah di lapangan tadi.

Tepat apa yang diminta oleh Bima ketika di lapangan, Nayla mengambil kertas yang dilipat-lipat itu di sakunya dan membukanya dengan sedikit penasaran.

"Nay, yang tadi dikasih cowok itu, ya?" tanya Dara memandangi lipatan kertas yang Nayla pegang di kolong mejanya.

"Apa isinya?"

"Nggak tahu." jawab Nayla.

Nayla mencoba perlahan membuka lipatan kertas itu, Dara semakin penasaran, kepalanya mendekati pundak Naila mencoba melihat lebih dekat.

"Hai,
Kemarin aku beli helm, khusus untuk mengantarmu kemanapun, asal pakai motor. Jika kamu bersedia menjadi majikan helm yang malang ini, aku tunggu sepulang sekolah di depan gerbang sekolah."

"Maksudnya apa, ya?" tanya Nayla bingung. Dara menarik nafas sedikit panjang, tubuhnya kembali tegak bersandar di kursinya sambil menatap Nayla,

"Dia mau nganterin lo pulang,"

"Jaman udah canggih, masih aja pake surat-suratan." sambungnya.

"Lo kenal, Nay?"

"Aku baru tau namanya aja dari surat ini, Ra."

"Tapi, kemarin dia sempet ngajakin aku makan di kantin sih." jelasnya.

"Pantesan aja tadi dia percaya diri banget nyamperin lo walaupun ada gue dan yang lain."

Disampingnya, Vira yang berada di tempat duduknya itu, terlihat sangat gelisah sekali, mukanya memucat seperti ada yang dipikirkan.

"Kenapa lo?" tanya Dara heran.

Vira mencoba menenangkan dirinya yang sedari tadi tak bisa diam.

"Mau pipisss," ucapnya memasang wajah yang memelas.

Nayla dan Dara tertawa kecil mendengar pengakuan temannya itu.

"Ya Allah... kirain kenapa."

"Ya udah ke toilet atuh, Vi." Dara mencoba menyuruhnya untuk segera pergi ke toilet.

"Tiga menit lagi bel. Nanti aja deh," ucap Vira.

"Jangan ditahan-tahan, nanti sakit," ujar Nayla.

"Gapapa, sebentar lagi pulang." Vira mencoba yakin masih bisa bertahan lebih lama.

"Kalo pipis di sini, ngepel ditanggung pemenang lhoh, Vi," ledek Dara.

"Ra, lo diem dulu. Gue nggak bisa ngomong banyak, nanti malah beneran," ucap Vira yang masih mencoba menenangkan diri.

"Ok, gue diem."

"Itu lo masih ngomong, ihh!"

"Itu lo juga ngomong, Vi, gimana sih."

"Ohiyaiya," Vira dengan wajah bingung dengan ucapannya sendiri.
"Ah, udah deh!" ujarnya,

"Udah apa?" tanya Dara.

"Daraaaa!!" Vira menatapnya sedikit pasang muka gregetan.

"Ok, gue diem!" kata Dara sambil memainkan jarinya di depan mulutnya seperti sedang pantomim mengunci mulut sebagai simbolis bahwa dirinya tak akan berbicara lagi. Nayla pun mengikuti gerakan jari Dara sambil mesam-mesem.

*****

Jam pulang sudah dibunyikan, seluruh siswa berpamitan serta bersalaman dengan kakak pembimbing sesudah sesi foto bersama. Tentunya seperti pada biasanya pertemuan di kehidupan, sebelum ada sesi perpisahan paling tidak harus ada sesi foto bersama. Ya, untuk kenang-kenangan semata, katanya.

Berpisah sebelum waktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang