3. My Patience Day By Day

759 82 3
                                    


















🌴Happy Reading🌴



















Hari Senin sudah bertukar peran dengan Selasa.

Pada siang hari yang cukup cerah, Lisa berjalan di koridor kampus. Ia mendengar bisik-bisik orang membicarakannya ketika ia lewat. Lisa sangat tidak suka itu. Lisa benci kebisingan dan keributan. Terlebih itu karena dirinya.

Lisa berusaha menguatkan hati dan menulikan telinga. Ia tetap berjalan dengan tampang yang terlihat tenang. Namun ia tak bisa lagi menahannya, kala ada yang membawa-bawa kedua orang tuanya.

"Dia seperti orang yang tidak punya sopan santun."

"Kau benar. Orang tuanya sibuk. Pasti gadis itu tak pernah dididik dengan benar."

"Orang tuanya saja tidak peduli. Jangan-jangan, dia hanya anak pungut."

BUK

Lisa memukul keras tembok di samping tiga gadis tersebut---Irene, Seulgi, dan Joy. Entahlah, bagaimana bisa ia tidak merasakan sakit. Emosinya memuncak, dadanya bergemuruh hebat. Sorot mata gadis itu menajam, seolah akan mengeluarkan api dari sana.

"Kalau kalian tidak menyukaiku, cukup bahas aku! Terserah kalian ingin menghinaku seperti apa, aku takkan marah! Tapi jangan bawa-bawa orang tuaku," kata Lisa memperingati, dengan jari telunjuk yang diangkat tinggi sampai depan wajah gadis-gadis itu.

Mereka terkekeh sinis bersamaan. Hal tersebut sukses membuat Lisa semakin kesal.

"Kau pikir kami takut denganmu?" ujar Joy sambil menyeringai evil.

"Kau tidak tahu siapa kami. Jadi jangan coba bermain-main, bocah! Memangnya apa yang salah dari pembicaraan kami, huh? Kau tersinggung?" Seulgi berkata angkuh. "Lemah!"

Lisa mengepalkan tangannya kuat-kuat. Gadis itu sudah berada di batas kesabarannya. Ia mengangkat tangan kanannya, hendak menampar mereka bertiga. Namun hal tersebut terhenti karena ucapan dari Irene.

"Kau berani pada kami? Akan kuberitahu, aku Irene, kakak dari Oh Sehun---kekasihmu. Kau menyakiti kami, maka aku akan melaporkannya pada adikku. Dan kau, akan semakin menderita." Lisa menurunkan tangannya dengan tatapan kosong. "Nah, itu dia orangnya! Sehun, sini!"

Lisa sontak ikut menoleh. Ia terkejut bukan main. Ternyata benar, ada Sehun di sana. Pemuda itu kini sedang berlari menghampiri mereka.

"Ada apa, Kak?" tanya Sehun dengan napas yang sedikit terengah.

"Kekasihmu ini benar-benar tidak sopan! Dia tadi hampir menampar kami," adu Irene.

Lisa langsung gemetaran di tempat. "T-tapi---"

Sehun menatapnya marah. Pemuda itu lantas menarik tangan Lisa kasar dan membawanya pergi. Irene beserta kawan-kawannya pun tertawa puas melihat hal tersebut.

Kini, Sehun dan Lisa sedang berada di rooftop. Lisa meringis, kala Sehun menghempas kasar dirinya. Dan bisa ia lihat kalau pergelangan tangannya memerah.

"Apa maumu, huh?!" bentak Sehun, yang berhasil membuat Lisa berjengit kaget.

"S-Sehun, t-tadi mereka duluan yang memulai." Lisa berusaha membela diri. Ia mati-matian menahan rasa gugupnya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku tidak peduli siapa yang memulai! Sekali pun memang benar mereka, seharusnya kau tidak perlu membalas! Kau hanya perlu diam!"

Lisa mendongak, menatap tak percaya pemuda di hadapannya ini. "Diam? Kau pikir aku akan diam kalau mereka membawa-bawa orang tuaku?"

Summer Storm || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang