🌴Happy Reading🌴
Kecewa.
Itulah yang Lisa rasakan saat ini. Ia meremas kuat ponsel tersebut, yang masih terhubung dengan sosok gadis di seberang sana.
"Halo? Hun-ie, apa kau mendengarku?"
Lisa kembali menempelkannya di telinga. Ia berusaha untuk tidak bersuara. Ia menahan isakannya, meskipun air matanya sudah jatuh entah sejak kapan.
"Sayang, halo? Hey, kenapa kau diam saja? Kau marah padaku? Tapi, kenapa?"
Lisa mendongak guna mencegah cairan bening itu turun lagi dan lagi. Suara gadis bernama Sejeong ini terdengar sangat merdu. Lisa bahkan sudah bisa menebak kalau dia adalah gadis ramah yang hangat. Tentu itu jauh berbeda dengan dirinya.
"Sehun-ie, sepertinya sinyal di apartemenmu sedang buruk, ya? Uhm, kalau begitu, nanti aku telepon lagi, ne? Bye, bye."
Panggilan tersebut berakhir. Lisa meletakkan kembali ponsel Sehun di tempat semula. Ia jadi merasa rendah diri.
Bukan, bukan karena Sehun tampan dan sebagainya. Tentu saja mengingat ke-bangsat-an Sehun, Lisa yakin ia terlalu baik untuk pemuda itu.
Tapi ini karena Sejeong. Gadis barusan yang berhasil mengambil hati Sehun. Sejeong sepertinya tak pernah merasakan apa yang Lisa rasakan selama ini ketika bersama Sehun. Sehun terlihat sangat mencintai gadis itu. Sejeong pasti diperlakukan lembut, selayaknya seorang kekasih.
Berbeda dengan Lisa. Sudah dikasari, diancam, ditampar, huft~ apa lagi yang kurang?
Dan sebagai sesama wanita, tentu Lisa merasa iri. Sejeong begitu dicintai, tapi mengapa ia tidak?
Namun Lisa bukanlah orang bodoh yang gegabah. Ia tidak akan menyalahkan Sejeong dalam hal ini. Itu takdir, bukan? Yang seharusnya Lisa terima-terima saja.
Ia juga tidak akan menyalahkan Sehun. Jelas, pemuda itu tahu mana yang lebih baik. Kalau Lisa jadi Sehun pun Lisa pasti akan melakukan hal yang sama, yakni memilih Sejeong.
Jadi Lisa harus menyalahkan siapa? Dalam masalah ini, tidak ada yang lebih pantas ia salahkan, selain dirinya sendiri. Itu yang selalu Lisa lakukan, ketika ia merasa buruk.
"Pantas saja kau bilang aku hanya mainan baru." Lisa tertawa pedih. "Ternyata ini alasannya."
Sebenarnya Lisa sudah ingin sekali pergi dari tempat terkutuk ini. Tapi ia masih punya hati. Sehun sedang sakit. Ia mana tega meninggalkannya begitu saja. Mungkin, Lisa akan menunggu Sehun bangun terlebih dahulu. Ia akan coba membicarakannya baik-baik perihal Sejeong.
Lisa menghembuskan napasnya panjang, berusaha menetralkan emosi yang bergerumul menyesakkan di dadanya. Ia tidak ingin asal mengambil keputusan. Gadis itu lantas menenangkan diri, mengusir dulu berbagai pemikiran negatif di otaknya.
"Sebaiknya aku ke dapur mengambil minum."
Ya, Lisa pun memilih untuk pergi ke dapur. Ia mengambil gelas, kemudian mengisinya dengan air. Lantas Lisa meminumnya perlahan. "Hah, ini terasa lebih baik."
Gadis itu kembali ke kamar si pemilik apartemen. Ia duduk di samping Sehun dengan memandang sendu wajahnya. Tak bisa dipungkiri, sejak awal pertemuan mereka, Lisa telah membuka hatinya sedikit demi sedikit. Dan mungkin, ada benarnya pula kata pepatah. Benci bisa menjadi cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Storm || Hunlice ✓
Fanfiction"Aku hanya ingin kembali pada badai musim panas saat itu---saat kau menyatakan cinta padaku." ~ Jung Lisa "Tapi aku, hanya ingin kau pergi." ~ Oh Sehun