9. Lostin' On Winding Road

856 87 0
                                    


















🌴Happy Reading🌴


















Mentari telah kembali terbit. Cahayanya menembus ke dalam kamar Lisa, dan mengganggu tidur nyenyak si gadis. Lisa lantas menyibakkan selimut. Ia mengucek mata pelan, lalu merenggangkan otot.

Gadis itu merasakan sejuk semilir angin AC berhembus di kulit. Ia melirik jam di atas nakas, masih pukul enam pagi ternyata.

Lisa berusaha keras untuk bangun, meski rasa pening menjalar menggerogoti otaknya. Ia menangis semalaman. Jessica tentu marah besar melihat Lisa yang pulang dengan keadaan mengenaskan. Wanita itu menuduh sang putri melakukan hal yang tidak-tidak di kampusnya. Jessica bahkan langsung mengambil kesimpulan sendiri kalau Lisa terlibat tawuran. Dan seperti biasa, bukannya mengobati atau mengurus Lisa yang terluka, Jessica justru menambah rasa sakitnya. Lagi dan lagi.

Lisa menggeleng seraya tertawa bodoh mengingat pertengkarannya semalam dengan sang ibu. Tiba-tiba terlintas di benaknya, kalau ia hanyalah anak yang tak diinginkan.

Lisa sudah lelah. Bisakah takdir berhenti menyakiti Lisa? Mana yang katanya Tuhan itu adil? Lisa sedang mempertanyakannya saat ini. Ia tak pernah berbuat jahat, sama sekali tidak. Ia selalu berusaha untuk membalas setiap perbuatan orang lain dengan kebaikan. Tapi mengapa? Mengapa nasib Lisa tetap saja buruk? Bahkan kebahagiaan sudah seperti hal paling mustahil untuk Lisa dapatkan.

Ia tahu, ia salah. Lisa pernah menentang ibunya dengan masuk ke fakultas seni. Tapi apa harus dampaknya sebesar ini? Apa dosanya separah itu, sampai-sampai hampir setiap hari Lisa menerima lebam di tubuhnya yang luar biasa menyakitkan?

Lisa berteriak frustasi. Beruntunglah karena dulu Jessica merancang kamar ini kedap suara.

Lisa mengusap kasar wajahnya, kemudian menjambak rambutnya sendiri kuat-kuat. Lagi, Lisa menangis tersedu-sedu. Meratapi betapa menyedihkannya ia. Gadis itu kembali menjadi lemah.

"Kenapa harus aku? Kenapa?" lirihnya sendu.

Lisa menjatuhkan dirinya ke lantai dingin. Ia memeluk erat kakinya, lalu menangis di dalam sana. Setidaknya, dulu, ia masih memiliki Jisoo, Jennie, dan Chaeyoung. Merekalah yang selama ini menghibur Lisa kala ia terpuruk. Lisa memang tidak pernah bercerita apa pun. Tetapi ia sangat bersyukur, karena mereka selalu berhasil membuatnya lupa akan masalah yang dihadapi, walau hanya sejenak.

Sekarang, Lisa sendiri. Benar-benar sendiri. Takkan ada lagi yang mengembalikan senyumnya ketika ia sedih. Justru saat ini, semua orang nampak seperti berlomba-lomba untuk menyakitinya.

Lisa lantas menghapus air mata di pipinya. Ia meraba-raba kolong tempat tidur, berniat mengambil sebuah benda yang ia simpan di sana. Dan... Hanya Lisa yang tahu.

Ketemu!

Ya, Lisa baru saja menemukannya. Gadis itu tersenyum. Ia menggenggam benda tersebut erat-erat, bersiap memulai kegiatan rutinnya.

Self injuring. Itulah yang akan Lisa lakukan. Selalu, ketika ia merasa buruk. Tidak ada orang lain yang menyadarinya selama ini.

Lalu, Lisa pun bersegera mengarahkan cutter tersebut ke tangannya. Hanya tinggal selangkah lagi, benda tajam itu akan menggoreskan kulit putihnya. Dan---

TOK TOK TOK

Sial! Lisa mencibir dalam hati orang yang mengacaukan aktivitasnya tersebut. Ia menyembunyikan kembali cutter miliknya dengan penuh ketidakrelaan. Lantas, si gadis Jung langsung berdiri, melangkah ke arah pintu dan membukanya.

Summer Storm || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang